Bank Muamalat targetkan right issue Rp1,5 T
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk manargetkan akan melakukan right issue sebesar Rp1,5 triliun tahun ini, untuk mengantisipasi penundaan Secondary Public Offering (SPO) perseroan tahun ini.
Kondisi perekonomian yang masih memburuk membuat bank syariah tersebut mengandalkan pemegang saham untuk pendanaan rencana ekspansi perseroan.
Direktur Keuangan Bank Muamalat, Hendiarto menyatakan perseroan memilih pendanaan melalui skema right issue dengan menerbitkan saham baru dalam Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Target nilai tersebut untuk mengantisipasi pendanaan dalam dua tahun ke depan. Prosesnya ditargetkan akan dilakukan pada akhir tahun ini.
"Kami targetkan pendanaan sebesar Rp1,5 triliun, sepenuhnya untuk ekspansi pembiayaan. Dana ini rencananya akan menaikkan rasio kecukupan modal (CAR) menjadi 17 persen pada tahun ini. Sebelumnya berada di 12 persen. Nanti 2015 baru kita gunakan skema go public," ujarnya saat ditemui usai menerima penghargaan The Best Islamic Finance Bank ke-5 oleh Majalah Alpha Southeast di Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Menurutnya, aksi ini sebagai alternatif melihat kondisi perekonomian saat ini. Perseroan memilih untuk melepaskan saham kepada investor, yang menandakan adanya kepercayaan dari para investor terhadap prospek perseroan kedepannya.
Sementara, rencana SPO disebutnya akan ditunda hingga 2015 dengan melihat kondisi perekonomian saat ini. "Kalau sekarang kondisi tidak baik untuk perseroan dan pemegang saham, maka lebih baik ditunda dulu, mungkin 2015," katanya.
Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin mengatakan, melalui hasil rights issue diharapkan bisa mendukung ekspansi pembiayaan perseroan selama tiga tahun ke depan. Pada tahun depan perseroan hanya menargetkan pertumbuhan pembiayaan di kisaran 15-20 persen, menyesuaikan dengan perlambatan perekonomian.
"Kita ingin paling tidak CAR bisa sama dengan industri sekitar 17 persen. Akhir tahun modal bisa mencapai Rp4,5 triliun. Untuk SPO timeline kayanya tidak keburu tahun ini, kan sudah mau Oktober. Tapi untuk penambahan modal, tetap dilakukan tahun ini. Nilai Rp1,5 triliun, di luar penawaran dari SPO," terangnya dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, dia juga mengatakan dengan penghargaan yang diterima perseroan tersebut, membuktikan sisi performances semakin baik. Hal ini disebutnya terlihat dari penghargaan yang diterima.
Perseroan juga menerima award yang lain. "Ini penghargaan yang kelima kalinya. Hasil ini sebagai bukti transformasi bisnis yang kami lakukan akhir akhir ini dengan fokus ke business positioning dan perbaikan sistem IT," pungkas Arviyan.
Kondisi perekonomian yang masih memburuk membuat bank syariah tersebut mengandalkan pemegang saham untuk pendanaan rencana ekspansi perseroan.
Direktur Keuangan Bank Muamalat, Hendiarto menyatakan perseroan memilih pendanaan melalui skema right issue dengan menerbitkan saham baru dalam Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Target nilai tersebut untuk mengantisipasi pendanaan dalam dua tahun ke depan. Prosesnya ditargetkan akan dilakukan pada akhir tahun ini.
"Kami targetkan pendanaan sebesar Rp1,5 triliun, sepenuhnya untuk ekspansi pembiayaan. Dana ini rencananya akan menaikkan rasio kecukupan modal (CAR) menjadi 17 persen pada tahun ini. Sebelumnya berada di 12 persen. Nanti 2015 baru kita gunakan skema go public," ujarnya saat ditemui usai menerima penghargaan The Best Islamic Finance Bank ke-5 oleh Majalah Alpha Southeast di Jakarta, Rabu (18/9/2013).
Menurutnya, aksi ini sebagai alternatif melihat kondisi perekonomian saat ini. Perseroan memilih untuk melepaskan saham kepada investor, yang menandakan adanya kepercayaan dari para investor terhadap prospek perseroan kedepannya.
Sementara, rencana SPO disebutnya akan ditunda hingga 2015 dengan melihat kondisi perekonomian saat ini. "Kalau sekarang kondisi tidak baik untuk perseroan dan pemegang saham, maka lebih baik ditunda dulu, mungkin 2015," katanya.
Direktur Utama Bank Muamalat Arviyan Arifin mengatakan, melalui hasil rights issue diharapkan bisa mendukung ekspansi pembiayaan perseroan selama tiga tahun ke depan. Pada tahun depan perseroan hanya menargetkan pertumbuhan pembiayaan di kisaran 15-20 persen, menyesuaikan dengan perlambatan perekonomian.
"Kita ingin paling tidak CAR bisa sama dengan industri sekitar 17 persen. Akhir tahun modal bisa mencapai Rp4,5 triliun. Untuk SPO timeline kayanya tidak keburu tahun ini, kan sudah mau Oktober. Tapi untuk penambahan modal, tetap dilakukan tahun ini. Nilai Rp1,5 triliun, di luar penawaran dari SPO," terangnya dalam kesempatan yang sama.
Selain itu, dia juga mengatakan dengan penghargaan yang diterima perseroan tersebut, membuktikan sisi performances semakin baik. Hal ini disebutnya terlihat dari penghargaan yang diterima.
Perseroan juga menerima award yang lain. "Ini penghargaan yang kelima kalinya. Hasil ini sebagai bukti transformasi bisnis yang kami lakukan akhir akhir ini dengan fokus ke business positioning dan perbaikan sistem IT," pungkas Arviyan.
(izz)