Sulsel siap gelar operasi pasar ayam potong

Rabu, 25 September 2013 - 17:11 WIB
Sulsel siap gelar operasi...
Sulsel siap gelar operasi pasar ayam potong
A A A
Sindonews.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) siap menggelar operasi pasar untuk mengatasi hilangnya ayam potong dari pasar tradisional di Kota Makassar.

Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, langkah ini diambil mengingat dampak menghilangnya ayam dipasaran cukup besar. Bukan hanya pedagang pengumpul saja tapi juga produsen.

Selain itu, Syahrul mengkhawatirkan hilangnya komoditi unggas ini akan menyebabkan instabilisasi harga sembilan bahan pokok di Makassar. Di mana harga komoditi lainnya ikut naik.

"Kita harus mendahulukan kepentingan publik. Kalau memang kondisinya sangat serius kita operasi pasar. Jangan sampai terjadi ekonomi kita stagnan," katanya kepada Koran SINDO seusai penyerahan pesawat Sukhoi dari Rusia ke Dan Lanud Hasanuddin di Bandara Sultan Hasanuddin, Rabu (25/9/2013).

Mantan Bupati Gowa ini menjelaskan, mogok massal merupakan gejala baru di sulsel. Namun harus disadarai, naiknya pakan dan bibit yang dikeluhkan merupakan kebijakan nasional dan sudah di luar kewenangan Pemprov.

Karena itu, dia telah memerintahkan Dinas Peternakan bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian untuk melakukan telah lebih dalam mengenai kondisi yang terjadi dan mencari solusi terbaik.

"Karena populasi kita cukup, sehingga untuk melakukan operasi pasar tidak ada masalah. Dan pelan-pelan kita juga akan memberi pengertian kepada yang terlibat dalam mata rantai penjualan ayam di Makassar. Tentu kami juga tidak tinggal diam, akan membicarakan ini ke tingkat pusat," ujarnya.

Hingga hari ini, dari pantauan Koran SINDO aktivitas penjualan ayam potong di pasar tradisional masih sepi. Adit, salah satu pedagang ayam di Pasar Daya mengatakan, kemungkinan dia tidak akan menjual sampai Senin 930/9/2013).

Waktu beberapa hari ini digunakan untuk menunggu kondisi pasar. Saat ini untuk mendapatkan ayam dari kandangan (peternak ayam) tidak terlampau sulit. Namun harga yang melambung tinggi dikhawatirkan tidak mampu dijangkau masyarakat.

Untuk harga ayam dengan berat 1,8 kg per ekor yang biasa dijual Rp35 ribu, saat ini paling murah Rp65 ribu. Sementara untuk berat 2 kg saat ini Rp70 ribu.

"kalau Ramadan dengan harga begitu masyarakat bisa beli. Karena itu peristiwa tahunan. Tapi kalau harga sehari-harinya naik sampai tinggi seperti itu, masyarakat meninggalkan ayam dengan sendirinya," ungkap Adit yang mengaku dalam kondisi normal mampu menjual 300 ekor per hari.

Sementara, Plt Kepala Dinas Peternakan M Kafil mengatakan, sejauh ini tidak ditemukan maslaah. Pedagang hanya mengatakan ingin beristirahat berjualan.

"Namun besok kita lihat kepastiannya. Besok kami akan rapat lanjutan dengan kemitraan budidaya ayam, perdagangan dan perindustrian masalah mogoknya pedagang ini. Mudah-mudahan besok sudah ada rekomendasi yang bisa kami keluarkan," ujarnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8146 seconds (0.1#10.140)