IHSG masih digerayangi aksi jual
A
A
A
Sindonews.com - Nampaknya aksi jual jual masih menggerayangi Bursa Indonesia dalam perdagangan Kamis, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih akan melanjutkan kejatuhannya.
"Berada pada rentang 4.311-4.449, pola spinning tops terbentuk atas IHSG mengindikasikan berlanjutnya kejatuhan IHSG," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Kamis (26/9/2013).
Selain indikasi secara teknikal, kata Edwin, sentimen yang berhembus pun seolah merestui kejatuhan IHSG tersebut. Terlihat masih cukup banyaknya persediaan sabun untuk akksi cuci piring merujuk kejatuhan Dow Jones Rabu sebesar 0,4 persen dan EIDO:US 3,01 persen.
"Berlanjutnya kekhawatiran mengenai ketidakpastian program stimulus The Fed dan apakah pemerintah AS bisa menyelesaikan mengenai debt ceiling debate yang akan dimulai tanggal 1 Oktober 2013 menjadi faktor Dow kembali melanjutkan kejatuhannya dalam perdagangan Rabu," terang Edwin.
Terpantau, Dow Jones kembali turun di hari kelima sebesar 61,33 poin (0,4 persen) ditutup di level 15.273,26 disertai kejatuhan The Vix sebesar 0,5 persen ditutup di level 14,01.
"Dengan kejatuhan tersebut selama lima hari berturut-turut, Dow turun tajam 403,68 poin (2,59 persen) di tengah pertumbuhan new home sales bulan Agustus mendekati level terendah sebesar 7,9 persen menjadi 421 ribu unit serta durable good orders bulan Agustus tumbuh 0,1 persen," tegas dia.
Dari dalam negeri tidak kalah serunya, dimana data inflasi yang diperkirakan masih akan terjadi di bulan September. Di sisi lain, ekspor-impor bulan Agustus diperkirakan masih cukup mengkhawatirkan serta seberapa besar defisit perdagangan dan current account yang akan dialami Indonesia.
"Jadi harus mencermati terus melemahnya rupiah atas USD serta masih lemahnya harga komoditas sebagai faktor penentu besaran ekspor Indonesia," tutupnya.
"Berada pada rentang 4.311-4.449, pola spinning tops terbentuk atas IHSG mengindikasikan berlanjutnya kejatuhan IHSG," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Kamis (26/9/2013).
Selain indikasi secara teknikal, kata Edwin, sentimen yang berhembus pun seolah merestui kejatuhan IHSG tersebut. Terlihat masih cukup banyaknya persediaan sabun untuk akksi cuci piring merujuk kejatuhan Dow Jones Rabu sebesar 0,4 persen dan EIDO:US 3,01 persen.
"Berlanjutnya kekhawatiran mengenai ketidakpastian program stimulus The Fed dan apakah pemerintah AS bisa menyelesaikan mengenai debt ceiling debate yang akan dimulai tanggal 1 Oktober 2013 menjadi faktor Dow kembali melanjutkan kejatuhannya dalam perdagangan Rabu," terang Edwin.
Terpantau, Dow Jones kembali turun di hari kelima sebesar 61,33 poin (0,4 persen) ditutup di level 15.273,26 disertai kejatuhan The Vix sebesar 0,5 persen ditutup di level 14,01.
"Dengan kejatuhan tersebut selama lima hari berturut-turut, Dow turun tajam 403,68 poin (2,59 persen) di tengah pertumbuhan new home sales bulan Agustus mendekati level terendah sebesar 7,9 persen menjadi 421 ribu unit serta durable good orders bulan Agustus tumbuh 0,1 persen," tegas dia.
Dari dalam negeri tidak kalah serunya, dimana data inflasi yang diperkirakan masih akan terjadi di bulan September. Di sisi lain, ekspor-impor bulan Agustus diperkirakan masih cukup mengkhawatirkan serta seberapa besar defisit perdagangan dan current account yang akan dialami Indonesia.
"Jadi harus mencermati terus melemahnya rupiah atas USD serta masih lemahnya harga komoditas sebagai faktor penentu besaran ekspor Indonesia," tutupnya.
(rna)