Ini misi energi terbarukan Rachmat Gobel dalam APEC
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) yang juga CEO Panasonic Gobel, Rachmat Gobel akan membawa beberapa misi terkait permasalahan energi dalam APEC Leader's Week kali ini.
Dia merinci ada tiga hal yang menjadi rujukan atau masukan dari pihaknya berdasarkan pertemuan Energy Working Group yang berlangsung dari kemarin hingga hari ini dan akan dibahas dalam pertemuan para kepala negara APEC.
"Pertama adalah peningkatan investasi, kedua adalah peningkatan kerja sama, dan yang ketiga adalah capacity building dan transfer of knowledge," jelas Rahmat di Hotel Ayodya Nusa Dua, Bali, Rabu (2/10/2013).
Menurutnya, dalam hal ini pemerintah harus berperan sebagai pembuat kebijakan yang baik dan mendukung ketiga hal tersebut. Di sisi sisi lain, swasta harus mengambil peran maksimal terutama dalam mengembangkan energi terbarukan.
"China progres renewable energy-nya luar biasa terutama energi suryanya. Jepang juga bagus, apalagi dia merilis peraturan Renewable Energy Portofolio Standard 2002. Sekarang 2013 dia penggunaan energi terbarukannya sudah dua kali lipat," jelasnya.
Sementara, Indonesia sejak 1980 sudah memiliki roadmap jelas tentang penggunaan energi terbarukan yang tertuang dalam Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE) yang memiliki empat fokus yaitu intensifikasi, diversifikasi, konservasi, dan kebijakan harga.
Namun hal tersebut belum dapat berjalan dengan baik. "Kita masih banyak ketinggalan dari negara lain. Karena itu swasta harus berperan lebih banyak," pungkas Rachmat.
Dia merinci ada tiga hal yang menjadi rujukan atau masukan dari pihaknya berdasarkan pertemuan Energy Working Group yang berlangsung dari kemarin hingga hari ini dan akan dibahas dalam pertemuan para kepala negara APEC.
"Pertama adalah peningkatan investasi, kedua adalah peningkatan kerja sama, dan yang ketiga adalah capacity building dan transfer of knowledge," jelas Rahmat di Hotel Ayodya Nusa Dua, Bali, Rabu (2/10/2013).
Menurutnya, dalam hal ini pemerintah harus berperan sebagai pembuat kebijakan yang baik dan mendukung ketiga hal tersebut. Di sisi sisi lain, swasta harus mengambil peran maksimal terutama dalam mengembangkan energi terbarukan.
"China progres renewable energy-nya luar biasa terutama energi suryanya. Jepang juga bagus, apalagi dia merilis peraturan Renewable Energy Portofolio Standard 2002. Sekarang 2013 dia penggunaan energi terbarukannya sudah dua kali lipat," jelasnya.
Sementara, Indonesia sejak 1980 sudah memiliki roadmap jelas tentang penggunaan energi terbarukan yang tertuang dalam Kebijakan Umum Bidang Energi (KUBE) yang memiliki empat fokus yaitu intensifikasi, diversifikasi, konservasi, dan kebijakan harga.
Namun hal tersebut belum dapat berjalan dengan baik. "Kita masih banyak ketinggalan dari negara lain. Karena itu swasta harus berperan lebih banyak," pungkas Rachmat.
(izz)