Kurangi limbah, batik Laweyan beralih ke warna alami
A
A
A
Sindonews.com - Guna mengurangi produksi limbah yang mencemari kali Jenes beberapa tahun terakhir ini, para produsen batik di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan, bakal beralih menggunakan pewarna alami yang berasal dari bahan alam.
Ketua Paguyuban perajin Batik Laweyan, Alfa Pabela menyebutkan, ke depannya para perajin batik bakal beralih menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan. Sehingga limbah yang masuk ke alur kali Jenes bisa diminimalisasi.
Ia mengatakan, untuk saat ini pihaknya mengakui jika para perajin batik di Kawasan Laweyan masih menggunakan bahan-bahan kimia yang mengganggu ekosistem lingkungan di sepanjang alur kali Jenes. Akan tetapi hal itu terpaksa dilakukan guna mejamin kelangsungan hidup para perajin batik yang ada di kawasan tersebut.
Selain itu, pembuangan limbah ke kali Jenes tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya saat ini Pemerintah Kota Solo baru menyediakan satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kampung tersebut. Padahal jumlah tersebut masih kurang mencukupi untuk menampung limbah batik yang dihasilkan oleh produsen.
Ia memperkirakan, jumlah limbah yang tertampung dalam satu IPAL tersebut berkisar pada angka 50-70 persen dari total limbah yang dihasilkan. Dengan kondisi itu, mau tidak mau limbah disalurkan oleh para perajin menuju ke aliran sungai tersebut, hingga kondisinya seperti sekarang ini.
Ia mengatakan, seharusnya Pemkot Solo, mau ambil tindakan untuk membangun instalasi limbah baru yang lebih besar dan menampung seluruh limbah batik yang dihasilkan. Akan tetapi hal itu tak kunjung dilakukan oleh Pmekot Solo. Padahal usulan tersebut sudah dilakukan sejak lima tahun silam, namun tidak ada realisasinya.
“Kita bakal beralih mengggunakn warna alam untuk mengurangi limbah yang ada, akan tetapi harusnya diimbagi oleh Pemkot dengan membangun IPAL baru di kawasan ini. Dengan seperti itu kali Jenes bakal bersih kembali,” ucapnya kepada Wartawan, Selasa (8/10/2013).
Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup, BLH Solo, Luluk Nurhayati menyebutkan, pihaknya bakal melakukan rehabilitasi IPAL pada 2013 ini.
Untuk sementara ini pihaknya juga mengaku sudah melakukan normalisasi sungai sepanjang tiga kilometer. Akan tetapi untuk sementara normalisasi dihentikan karena kendala akses masuk ke lapangan yang cukup sempit.
Ketua Paguyuban perajin Batik Laweyan, Alfa Pabela menyebutkan, ke depannya para perajin batik bakal beralih menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan. Sehingga limbah yang masuk ke alur kali Jenes bisa diminimalisasi.
Ia mengatakan, untuk saat ini pihaknya mengakui jika para perajin batik di Kawasan Laweyan masih menggunakan bahan-bahan kimia yang mengganggu ekosistem lingkungan di sepanjang alur kali Jenes. Akan tetapi hal itu terpaksa dilakukan guna mejamin kelangsungan hidup para perajin batik yang ada di kawasan tersebut.
Selain itu, pembuangan limbah ke kali Jenes tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya saat ini Pemerintah Kota Solo baru menyediakan satu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kampung tersebut. Padahal jumlah tersebut masih kurang mencukupi untuk menampung limbah batik yang dihasilkan oleh produsen.
Ia memperkirakan, jumlah limbah yang tertampung dalam satu IPAL tersebut berkisar pada angka 50-70 persen dari total limbah yang dihasilkan. Dengan kondisi itu, mau tidak mau limbah disalurkan oleh para perajin menuju ke aliran sungai tersebut, hingga kondisinya seperti sekarang ini.
Ia mengatakan, seharusnya Pemkot Solo, mau ambil tindakan untuk membangun instalasi limbah baru yang lebih besar dan menampung seluruh limbah batik yang dihasilkan. Akan tetapi hal itu tak kunjung dilakukan oleh Pmekot Solo. Padahal usulan tersebut sudah dilakukan sejak lima tahun silam, namun tidak ada realisasinya.
“Kita bakal beralih mengggunakn warna alam untuk mengurangi limbah yang ada, akan tetapi harusnya diimbagi oleh Pemkot dengan membangun IPAL baru di kawasan ini. Dengan seperti itu kali Jenes bakal bersih kembali,” ucapnya kepada Wartawan, Selasa (8/10/2013).
Sementara itu Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup, BLH Solo, Luluk Nurhayati menyebutkan, pihaknya bakal melakukan rehabilitasi IPAL pada 2013 ini.
Untuk sementara ini pihaknya juga mengaku sudah melakukan normalisasi sungai sepanjang tiga kilometer. Akan tetapi untuk sementara normalisasi dihentikan karena kendala akses masuk ke lapangan yang cukup sempit.
(gpr)