Laju rupiah buktikan ketangguhannya
A
A
A
Sindonews.com - Meski di awal pekan terdapat berita utang dolar Amerika Serikat (USD) Indonesia mengalami kenaikan seiring dengan masih rendahnya nilai rupiah, namun yield obligasi USD Indonesia mengalami sedikit penurunan seiring masih adanya penilaian positif pelaku pasar di awal pekan terhadap rilis deflasi dan mulai surplusnya neraca perdagangan.
"Kenaikan laju rupiah di awal pekan terbantukan dengan kenaikan poundsterling seiring rilis indeks optimisme industri keuangan Inggris dan apresiasi yen serta dolar Taiwan seiring melemahnya nilai USD karena makin berlarut-larutnya pembahasan anggaran AS," kata Kepala Riset Trusat Securities Reza Priyambada, Senin (13/10/2013).
Meskipun rupiah sempat kembali melemah pada pekan lalu, namun hingga di akhir pekan mampu terapresiasi. Reza memandang, pelemahan yang terjadi seiring dengan rilis bertahannya BI rate di level 7,25 persen. Namun, hal itu kurang memberikan amunisi bagi rupiah.
Bahkan, lanjut dia, adanya pemberitaan akan terpilihnya Janet Yellen sebagai pengganti Gubernur The Fed saat ini, Ben Bernanke, yang dianggap mampu membawa kondisi moneter ekonomi AS akan lebih baik menyebabkan USD terus mengalami kenaikan dan berimbas negatif pada laju rupiah.
Tak ketinggalan masih alotnya pembahasan anggaran AS membuat penghindaran terhadap aset berisiko dan imbasnya negatif bagi rupiah.
"Tetapi, adanya indikasi tercapainya kesepakatan anggaran AS membuat tekanan risiko finansial mulai berkurang dan dimanfaatkan mata uang emerging market (termasuk Indonesia) untuk terapresiasi," pungkasnya.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari Jumat (11/10/2013) di level Rp11.475/USD, menguat 67 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp11.542/USD.
"Kenaikan laju rupiah di awal pekan terbantukan dengan kenaikan poundsterling seiring rilis indeks optimisme industri keuangan Inggris dan apresiasi yen serta dolar Taiwan seiring melemahnya nilai USD karena makin berlarut-larutnya pembahasan anggaran AS," kata Kepala Riset Trusat Securities Reza Priyambada, Senin (13/10/2013).
Meskipun rupiah sempat kembali melemah pada pekan lalu, namun hingga di akhir pekan mampu terapresiasi. Reza memandang, pelemahan yang terjadi seiring dengan rilis bertahannya BI rate di level 7,25 persen. Namun, hal itu kurang memberikan amunisi bagi rupiah.
Bahkan, lanjut dia, adanya pemberitaan akan terpilihnya Janet Yellen sebagai pengganti Gubernur The Fed saat ini, Ben Bernanke, yang dianggap mampu membawa kondisi moneter ekonomi AS akan lebih baik menyebabkan USD terus mengalami kenaikan dan berimbas negatif pada laju rupiah.
Tak ketinggalan masih alotnya pembahasan anggaran AS membuat penghindaran terhadap aset berisiko dan imbasnya negatif bagi rupiah.
"Tetapi, adanya indikasi tercapainya kesepakatan anggaran AS membuat tekanan risiko finansial mulai berkurang dan dimanfaatkan mata uang emerging market (termasuk Indonesia) untuk terapresiasi," pungkasnya.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari Jumat (11/10/2013) di level Rp11.475/USD, menguat 67 poin dibanding hari sebelumnya di level Rp11.542/USD.
(rna)