Tol atas laut Jakarta-Surabaya berlawanan dengan rel ganda
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Komisi V DPR RI, Sigit Sosiantomo menilai, ide pembangunan jalan tol atas laut Jakarta-Surabaya, berlawanan dengan rencana pembangunan rel ganda Jakarta-Surabaya.
Padahal, jika rel ganda terwujud, inilah yang signifikan mengalihkan penumpang dari jalan raya ke jalur rel. Sehingga beban jalur pantura berkurang, artinya anggaran untuk preservasi jalan nasional juga bisa dihemat.
"Seharusnya yang lebih visioner adalah membangun kereta api super cepat Jakarta-Surabaya, di mana sudah ada studi kelayakan dari JICA," kata Sigit dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (24/10/2013).
Rencana kereta api super cepat yang mirip dengan kereta Shinkansen di Jepang itu, kecepatannya akan mencapai maksimal 300 km/jam, sehingga perjalanan antara Jakarta-Surabaya nantinya akan ditempuh tidak lebih dari tiga jam.
Terakhir kebijakan pembangunan jalan tol ini juga dinilai kontra produktif dengan kebijakan pengendalian subsidi dan penghematan konsumsi BBM. Sebagaimana terjadi selama ini, pengguna jalan tol didominasi kendaraan roda empat yang secara proporsi menguras 53 persen dari kebutuhan BBM untuk transportasi darat secara total.
"Padahal untuk menutupi kebutuhan BBM itu harus diimpor ratusan ribu barrel setiap tahunnya," pungkas Sigit.
Padahal, jika rel ganda terwujud, inilah yang signifikan mengalihkan penumpang dari jalan raya ke jalur rel. Sehingga beban jalur pantura berkurang, artinya anggaran untuk preservasi jalan nasional juga bisa dihemat.
"Seharusnya yang lebih visioner adalah membangun kereta api super cepat Jakarta-Surabaya, di mana sudah ada studi kelayakan dari JICA," kata Sigit dalam rilisnya di Jakarta, Kamis (24/10/2013).
Rencana kereta api super cepat yang mirip dengan kereta Shinkansen di Jepang itu, kecepatannya akan mencapai maksimal 300 km/jam, sehingga perjalanan antara Jakarta-Surabaya nantinya akan ditempuh tidak lebih dari tiga jam.
Terakhir kebijakan pembangunan jalan tol ini juga dinilai kontra produktif dengan kebijakan pengendalian subsidi dan penghematan konsumsi BBM. Sebagaimana terjadi selama ini, pengguna jalan tol didominasi kendaraan roda empat yang secara proporsi menguras 53 persen dari kebutuhan BBM untuk transportasi darat secara total.
"Padahal untuk menutupi kebutuhan BBM itu harus diimpor ratusan ribu barrel setiap tahunnya," pungkas Sigit.
(izz)