Krisis ekonomi masih berkaitan dengan masalah kelistrikan
A
A
A
Sindonews.com - Pertumbuhan ekonomi saat ini cenderung mengalami penurunan, dengan keadaan rupiah yang menunjukkan masih di angka di atas Rp10.000 ini menjadi masalah yang serius terhadap listrik juga.
"Rupiah terhadap dolar saat ini sulit di bawah Rp10.000, malah sekarang cenderung Rp12.000, jika di bawah Rp10.000 itu hanya bonus yang berlangsung sementara," ucap Pengamat Ekonomi dan Indef, Aviliani, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (28/10/2013).
Ia menambahkan, setiap empat bulan Indonesia selalu mengalami krisis kecil dimana ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun drastis. Menurutnya, ini ada kaitannya dengan masalah kelistrikan Indonesia.
"Poin yang menjadi masalah yang harus diperhatikan yaitu, masyarakat Indonesia saat ini sudah mencapai 250 juta, ini terdiri dari 100 juta masyarakat sudah mendapatkan pasokan listik, 100 juta adalah masyarakat kelas menengah yang masih membutuhkan pelayanan konsisten dalam kebutuhan listrik dan ada 50 juta orang yang masih sama sekali belum terjamah listrik," paparnya.
Selain itu, pertumbuhan semua sektor mengalami kenaikan 5 persen ini di luar pertanian dan bisnis, tentunya akan diikuti dengan kenaikan kebutuhan listrik.
Ia menjelaskan, lima persen kenaikan itu berasal dari sektor konstruksi yaitu infrastruktur dan properti, di luar pulau Jawa pertumbuhan ekonomi menjadi tujuh persen, ini akan diikuti dengan infrastruktur yang baru yang akan dibangun.
"Dan yang paling mengalami peningakatan saat ini dan membutuhkan listrik adalah bisnis hotel, restoran dan IT yang sedang berkembang-kembangnya saat ini," pungkasnya.
"Rupiah terhadap dolar saat ini sulit di bawah Rp10.000, malah sekarang cenderung Rp12.000, jika di bawah Rp10.000 itu hanya bonus yang berlangsung sementara," ucap Pengamat Ekonomi dan Indef, Aviliani, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (28/10/2013).
Ia menambahkan, setiap empat bulan Indonesia selalu mengalami krisis kecil dimana ditandai dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun drastis. Menurutnya, ini ada kaitannya dengan masalah kelistrikan Indonesia.
"Poin yang menjadi masalah yang harus diperhatikan yaitu, masyarakat Indonesia saat ini sudah mencapai 250 juta, ini terdiri dari 100 juta masyarakat sudah mendapatkan pasokan listik, 100 juta adalah masyarakat kelas menengah yang masih membutuhkan pelayanan konsisten dalam kebutuhan listrik dan ada 50 juta orang yang masih sama sekali belum terjamah listrik," paparnya.
Selain itu, pertumbuhan semua sektor mengalami kenaikan 5 persen ini di luar pertanian dan bisnis, tentunya akan diikuti dengan kenaikan kebutuhan listrik.
Ia menjelaskan, lima persen kenaikan itu berasal dari sektor konstruksi yaitu infrastruktur dan properti, di luar pulau Jawa pertumbuhan ekonomi menjadi tujuh persen, ini akan diikuti dengan infrastruktur yang baru yang akan dibangun.
"Dan yang paling mengalami peningakatan saat ini dan membutuhkan listrik adalah bisnis hotel, restoran dan IT yang sedang berkembang-kembangnya saat ini," pungkasnya.
(gpr)