Harga emas dunia pekan depan diperkirakan jatuh
A
A
A
Sindonews.com - Harga emas di perdagangan dunia pekan depan diperkirakan turun, menanggapi data suram ekonomi di 17 negara Zona Euro, dibayangi aktivitas pabrik AS yang positif. Hal tersebut berdasarkan prediksi 13 dari 19 analis yang disurvei Kitco Gold Survey, yang memperkirakan kejatuhan harga emas.
Seperti diketahui, Kantor Statistik Eropa, Eurostat menunjukkan inflasi di Zona Euro secara tak terduga turun menjadi 0,7 persen year-on-year (yoy) pada Oktober, rekor terendah selama hampir 4 tahun.
Eurostat juga mencatat, tingkat pengangguran di blok 17 anggota mata uang tunggal euro melayang di rekor 12,2 persen pada September, dimana sebanyak 19,4 juta orang keluar dari pekerjaan.
Sementara itu, data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa aktivitas pabrik pada Oktober lebih tinggi. Indeks Institute for Supply Management melaporkan kegiatan industri naik tipis 0,2 poin persentase menjadi 56,4 poin, level tertinggi sejak April 2011.
"Kami menyatakan bahwa ekonomi Eropa belum menemukan kakinya dan deflasi adalah perhatian utama. Saran bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan penurunan suku kembali menegakkan nada lemah terhadap ekonomi Eropa," ujar Peter Hug, direktur perdagangan global Kitco, seperti dilansir dari IB Times, Minggu (2/11/2013).
"Dalam jangka pendek, hal ini akan menciptakan arus dolar AS (USD) negatif untuk emas. Namun akan menjadi lebih parah, menyebar dimana bagi emas sekali lagi akan menjadi sebuah drama safe haven," jelasnya.
Hal senada dikatakan analis Natixis, Bernard Dahdah kepada Reuters. "Penurunan euro di belakang angka inflasi yang lebih lemah dan data AS yang sangat baik telah memperkuat dolar, pada gilirannya membebani emas dan saya tidak akan terkejut melihat penurunan di bawah USD1.300 pekan depan, jika ada data yang lebih baik dari AS," jelasnya.
Spot emas turun 0,9 persen menjadi USD1.311 per ounce pada 1 November. Pekan lalu, harga sempat naik 0,4 persen, ketika data pasar tenaga kerja AS suram, menunjukkan pertumbuhan di ekonomi terbesar dunia itu lambat.
Untuk pekan secara keseluruhan, harga emas turun 2,9 persen. Berdasarkan dara Reuters, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember berakhir lebih rendah 0,8 persen di angka 1.313,20 per ounce.
Seperti diketahui, Kantor Statistik Eropa, Eurostat menunjukkan inflasi di Zona Euro secara tak terduga turun menjadi 0,7 persen year-on-year (yoy) pada Oktober, rekor terendah selama hampir 4 tahun.
Eurostat juga mencatat, tingkat pengangguran di blok 17 anggota mata uang tunggal euro melayang di rekor 12,2 persen pada September, dimana sebanyak 19,4 juta orang keluar dari pekerjaan.
Sementara itu, data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa aktivitas pabrik pada Oktober lebih tinggi. Indeks Institute for Supply Management melaporkan kegiatan industri naik tipis 0,2 poin persentase menjadi 56,4 poin, level tertinggi sejak April 2011.
"Kami menyatakan bahwa ekonomi Eropa belum menemukan kakinya dan deflasi adalah perhatian utama. Saran bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan penurunan suku kembali menegakkan nada lemah terhadap ekonomi Eropa," ujar Peter Hug, direktur perdagangan global Kitco, seperti dilansir dari IB Times, Minggu (2/11/2013).
"Dalam jangka pendek, hal ini akan menciptakan arus dolar AS (USD) negatif untuk emas. Namun akan menjadi lebih parah, menyebar dimana bagi emas sekali lagi akan menjadi sebuah drama safe haven," jelasnya.
Hal senada dikatakan analis Natixis, Bernard Dahdah kepada Reuters. "Penurunan euro di belakang angka inflasi yang lebih lemah dan data AS yang sangat baik telah memperkuat dolar, pada gilirannya membebani emas dan saya tidak akan terkejut melihat penurunan di bawah USD1.300 pekan depan, jika ada data yang lebih baik dari AS," jelasnya.
Spot emas turun 0,9 persen menjadi USD1.311 per ounce pada 1 November. Pekan lalu, harga sempat naik 0,4 persen, ketika data pasar tenaga kerja AS suram, menunjukkan pertumbuhan di ekonomi terbesar dunia itu lambat.
Untuk pekan secara keseluruhan, harga emas turun 2,9 persen. Berdasarkan dara Reuters, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember berakhir lebih rendah 0,8 persen di angka 1.313,20 per ounce.
(dmd)