Pendapatan MNC Investama tembus Rp8,42 triliun
A
A
A
Sindonews.com - PT MNC Investama Tbk (BHIT) mencatakan pendapatan sebesar Rp8,42 triliun selama sembilan bulan pertama 2013. Angka itu mengalami kenaikan 21 persen dari Rp6,96 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Group President & CEO BHIT, Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, kenaikan pendapatan ini didukung oleh berlanjutnya pencapaian kinerja yang baik dari masing-masing entitas anak BHIT.
"Kontributor pendapatan konsolidasian BHIT secara berturut-turut adalah pendapatan dari media berbasis konten dan iklan sebesar 59 persen atau mencapai Rp4,95 triliun, disusul media berbasis pelanggan sebesar 26 persen atau setara dengan Rp2,23 triliun, jasa keuangan berkontribusi 7 persen atau setara dengan Rp600,18 miliar, dan pertambangan sebesar 5 persen setara mencapai Rp415,28 miliar," papar HT dalam keterangan tertulis kepada KORAN SINDO, Minggu (3/11/2013).
Menurutnya, dari sektor media berbasis konten dan iklan yang dikontribusikan oleh PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) juga terus menunjukan kuatnya performa bisnis dari segmen ini. Ketiga TV nasional Free-to-Air ini adalah RCTI, MNC TV, dan Global TV yang membukukan lonjakan pendapatan iklan sebesar 11 persen (jika pendapatan dari Euro 2012 dikeluarkan, maka kenaikan pendapatan iklan pada sembilan bulan pertama 2013 mencapai 16 persen).
Selain itu, pendapatan iklan tersebut memberikan kontribusi paling besar terhadap total pendapatan media berbasis konten dan iklan (konsolidasi) yang tumbuh 10 persen. "Audience share untuk prime time berada pada 42 persen pada akhir kuartal III/2013," katanya.
Sementara, pada segmen media berbasis pelanggan di bawah PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) juga mengalami pertumbuhan pesat bisnis pay-TV yang berhasil meraih jumlah pelanggan aktif menjadi 2,15 juta pelanggan pada akhir September 2013 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari 1,57 juta.
Dia mengungkap, hal ini merupakan hasil dari komitmen MSKY untuk memberikan saluran-saluran berkualitas tinggi. "Terutama saluran-saluran dengan merek MNC yang merupakan faktor signifikan untuk mendapatkan pelanggan baru dan merupakan kekuatan kompetitif yang dimiliki MSKY," imbuh Hary Tanoesoedibjo.
HT menuturkan, pertumbuhan pelanggan aktif ini mendorong peningkatan pendapatan media berbasis pelanggan (konsolidasi) sebesar 29 persen. Serta mengukuhkan posisi MSKY sebagai pay-TV operator terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 73 persen.
Dari sektor layanan jasa keuangan yang dikontribusikan oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 26 persen yang tercermin dari kenaikan bisnis pembiayaan, efek, dan asuransi (konsolidasi). "Hal ini tercapai di tengah gejolak keuangan pada kuartal III/2013," ucapnya.
HT menuturkan, di saat kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan 10 persen dari level 4.818 pada akhir Juni 2013 menjadi 4.316 pada akhir September 2013, MNC Securities berhasil meningkatkan nilai transaksi perdangan harian dari Rp161 miliar pada sembilan bulan pertama 2012 menjadi Rp208 miliar.
Sementara,MNC Asset Management mencatatkan nilai total aset Dana Kelolaan (AUM)
reksadana sebesar Rp4,2 triliun pada akhir September 2013. "MNC Life dan MNC Insurance berhasil meraih total premi sebesar Rp275,6 miliar atau naik 69," katanya.
Menurut dia, untuk total asset-managed dari MNC Finance per akhir September 2013 mencapai Rp1,6 triliun atau naik 36 persen dibandingkan kuartal III tahun lalu. Dari sektor pertambangan melalui MNC Energi, juga secara konsisten berkontribusi positif terhadap pendapatan perseroan.
Dia mengatakan, hal ini didukung oleh peningkatan produksi batu bara yang berasal dari konsensi batu bara di Kalimantan Timur di bawah PT Nuansacipta Coal Investment (NCI) sebesar 10 persen dari 845.905 MT pada kuartal III/2012 menjadi 930.907 MT. "Pada sembilan bulan pertama 2013, segmen pertambangan mencatat pendapatan sebesar Rp415 miliar," imbuhnya.
Kemudian, kenaikan EBITDA BHIT sebesar 19 persen dari Rp2,48 triliun pada sembilan bulan pertama 2012 menjadi Rp2,95 triliun. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD menjadi Rp11.613 pada akhir September 2013, yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerugian kurs yang sebagian besar meruapkan unrealized loss pada kuartal III/2013 sebesar Rp966 miliar. Sehingga, laba bersih BHIT pada sembilan bulan pertama 2013 menjadi Rp26,6 miliar.
Atas pencapaian itu, ujar HT, telah membuktikan kemampuan perseroan untuk menghadapi gejolak keuangan dan eksekusi dari strategi yang tepat pada bisnis yang memiliki prospek yang kuat. Dia melanjutkan, beberapa aksi korporasi juga telah diselesaikan perseroan pada sembilan bulan pertama 2013, diantaranya penerbitan global bonds sebesar USD365 juta pada Mei 2013.
HT mengungkap, penerbitan global bonds untuk pengembangan protofolio investasi yang tercermin pada penyelesaian transaksi pembelian saham PT MNC Land Tbk (KPIG) sebesar 26,21 persen melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas II PT MNC Land Tbk dengan Hal Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
"Perseroan secara bertahap juga telah meningkatkan kepemilikan pada entitas anak PT Global Mediacom Tbk (BMTR), yang per akhir September 2013 mencapai 53,47 persen," jelasnya.
Selain itu, BCAP juga telah berhasil menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I MNC Kapital Indonesia Tahap I Tahun 2013 sebesar Rp225 miliar dengan jangka waktu 5 tahun. Dana tersebut dipergunakan antara lain untuk mempekuat modal kerja entitas anak.
HT mengungkap, meskipun masih terdapat tantangan kondisi perekonomian dan pasar modal Indonesia saat ini, perseroan tetap yakin untuk dapat terus meningkatkan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham melalui strategi perseroan yang baik, aksi korporasi yang solid, dispilin dalam mengelola struktur keuangan dan kontribusi kinerja yang sangat baik dari masing-masing entitas anak.
Group President & CEO BHIT, Hary Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, kenaikan pendapatan ini didukung oleh berlanjutnya pencapaian kinerja yang baik dari masing-masing entitas anak BHIT.
"Kontributor pendapatan konsolidasian BHIT secara berturut-turut adalah pendapatan dari media berbasis konten dan iklan sebesar 59 persen atau mencapai Rp4,95 triliun, disusul media berbasis pelanggan sebesar 26 persen atau setara dengan Rp2,23 triliun, jasa keuangan berkontribusi 7 persen atau setara dengan Rp600,18 miliar, dan pertambangan sebesar 5 persen setara mencapai Rp415,28 miliar," papar HT dalam keterangan tertulis kepada KORAN SINDO, Minggu (3/11/2013).
Menurutnya, dari sektor media berbasis konten dan iklan yang dikontribusikan oleh PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) juga terus menunjukan kuatnya performa bisnis dari segmen ini. Ketiga TV nasional Free-to-Air ini adalah RCTI, MNC TV, dan Global TV yang membukukan lonjakan pendapatan iklan sebesar 11 persen (jika pendapatan dari Euro 2012 dikeluarkan, maka kenaikan pendapatan iklan pada sembilan bulan pertama 2013 mencapai 16 persen).
Selain itu, pendapatan iklan tersebut memberikan kontribusi paling besar terhadap total pendapatan media berbasis konten dan iklan (konsolidasi) yang tumbuh 10 persen. "Audience share untuk prime time berada pada 42 persen pada akhir kuartal III/2013," katanya.
Sementara, pada segmen media berbasis pelanggan di bawah PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) juga mengalami pertumbuhan pesat bisnis pay-TV yang berhasil meraih jumlah pelanggan aktif menjadi 2,15 juta pelanggan pada akhir September 2013 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari 1,57 juta.
Dia mengungkap, hal ini merupakan hasil dari komitmen MSKY untuk memberikan saluran-saluran berkualitas tinggi. "Terutama saluran-saluran dengan merek MNC yang merupakan faktor signifikan untuk mendapatkan pelanggan baru dan merupakan kekuatan kompetitif yang dimiliki MSKY," imbuh Hary Tanoesoedibjo.
HT menuturkan, pertumbuhan pelanggan aktif ini mendorong peningkatan pendapatan media berbasis pelanggan (konsolidasi) sebesar 29 persen. Serta mengukuhkan posisi MSKY sebagai pay-TV operator terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 73 persen.
Dari sektor layanan jasa keuangan yang dikontribusikan oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 26 persen yang tercermin dari kenaikan bisnis pembiayaan, efek, dan asuransi (konsolidasi). "Hal ini tercapai di tengah gejolak keuangan pada kuartal III/2013," ucapnya.
HT menuturkan, di saat kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan 10 persen dari level 4.818 pada akhir Juni 2013 menjadi 4.316 pada akhir September 2013, MNC Securities berhasil meningkatkan nilai transaksi perdangan harian dari Rp161 miliar pada sembilan bulan pertama 2012 menjadi Rp208 miliar.
Sementara,MNC Asset Management mencatatkan nilai total aset Dana Kelolaan (AUM)
reksadana sebesar Rp4,2 triliun pada akhir September 2013. "MNC Life dan MNC Insurance berhasil meraih total premi sebesar Rp275,6 miliar atau naik 69," katanya.
Menurut dia, untuk total asset-managed dari MNC Finance per akhir September 2013 mencapai Rp1,6 triliun atau naik 36 persen dibandingkan kuartal III tahun lalu. Dari sektor pertambangan melalui MNC Energi, juga secara konsisten berkontribusi positif terhadap pendapatan perseroan.
Dia mengatakan, hal ini didukung oleh peningkatan produksi batu bara yang berasal dari konsensi batu bara di Kalimantan Timur di bawah PT Nuansacipta Coal Investment (NCI) sebesar 10 persen dari 845.905 MT pada kuartal III/2012 menjadi 930.907 MT. "Pada sembilan bulan pertama 2013, segmen pertambangan mencatat pendapatan sebesar Rp415 miliar," imbuhnya.
Kemudian, kenaikan EBITDA BHIT sebesar 19 persen dari Rp2,48 triliun pada sembilan bulan pertama 2012 menjadi Rp2,95 triliun. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD menjadi Rp11.613 pada akhir September 2013, yang menyebabkan terjadinya peningkatan kerugian kurs yang sebagian besar meruapkan unrealized loss pada kuartal III/2013 sebesar Rp966 miliar. Sehingga, laba bersih BHIT pada sembilan bulan pertama 2013 menjadi Rp26,6 miliar.
Atas pencapaian itu, ujar HT, telah membuktikan kemampuan perseroan untuk menghadapi gejolak keuangan dan eksekusi dari strategi yang tepat pada bisnis yang memiliki prospek yang kuat. Dia melanjutkan, beberapa aksi korporasi juga telah diselesaikan perseroan pada sembilan bulan pertama 2013, diantaranya penerbitan global bonds sebesar USD365 juta pada Mei 2013.
HT mengungkap, penerbitan global bonds untuk pengembangan protofolio investasi yang tercermin pada penyelesaian transaksi pembelian saham PT MNC Land Tbk (KPIG) sebesar 26,21 persen melalui mekanisme Penawaran Umum Terbatas II PT MNC Land Tbk dengan Hal Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD).
"Perseroan secara bertahap juga telah meningkatkan kepemilikan pada entitas anak PT Global Mediacom Tbk (BMTR), yang per akhir September 2013 mencapai 53,47 persen," jelasnya.
Selain itu, BCAP juga telah berhasil menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I MNC Kapital Indonesia Tahap I Tahun 2013 sebesar Rp225 miliar dengan jangka waktu 5 tahun. Dana tersebut dipergunakan antara lain untuk mempekuat modal kerja entitas anak.
HT mengungkap, meskipun masih terdapat tantangan kondisi perekonomian dan pasar modal Indonesia saat ini, perseroan tetap yakin untuk dapat terus meningkatkan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham melalui strategi perseroan yang baik, aksi korporasi yang solid, dispilin dalam mengelola struktur keuangan dan kontribusi kinerja yang sangat baik dari masing-masing entitas anak.
(izz)