MNCN raup laba bersih Q3/2013 Rp1,27 T
A
A
A
Sindonews.com - PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) hingga akhir kuartal III tahun ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,27 triliun atau tumbuh 8,55 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp1,17 triliun.
Naiknya laba bersih didukung meningkatnya pendapatan konsolidasi sekitar 6,5 persen menjadi Rp4,75 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp4,46 triliun.
"Perseroan selama kuartal III/2013 mencatat pertumbuhan yang kuat dari pendapatan iklan. Marjin EBITDA inti naik menjadi 40 persen dari 36 persen," kata CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo dalam keterangannya, Senin (4/11/2013).
Dia menjelaskan, tiga stasiun free to air TV yang dimiliki perseroan berhasil mempertahankan pangsa pemirsa saat prime time lebih dari 41 persen atau naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 40 persen. Salah satu contoh pendorongnya adalah acara Miss World yang baru saja disiarkan berhasil menjadi top program dengan rata-rata pangsa pemirsa sebesar 24 persen untuk acara malam pembukaan dan penutupan.
Di samping itu, perusahaan juga memanfaatkan volatilitas pasar dengan melakukan pembelian kembali (buyback) saham. Progam ini memberikan indikasi signifikan terhadap rendahnya harga saham MNCN dan keyakinan kuat terhadap potensi bisnis perseroan.
Adapun, kontribusi terbesar pendapatan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini berasal dari iklan yang mencapai 92 persen dari total pendapatan. Sementara pendapatan iklan periode Januari-September 2013 meningkat menjadi Rp4,37 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp3,94 triliun.
Di samping itu, perseroan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini berhasil menurunkan beban langsung sekitar 0,6 persen menjadi Rp2,02 triliun dari Rp2,04 triliun. Beban umum dan administrasi juga susut 3 persen menjadi Rp950 miliar dari Rp986 miliar.
Adapun, laba usaha meningkat 23 persen menjadi Rp1,77 triliun dari Rp1,44 triliun. Sementara EPS meningkat menjadi Rp91 dari Rp83 per saham.
"Kami melihat ada sedikit penurunan permintaan di pasar iklan seperti yang terjadi di tahun 2009. Namun, seperti pengalaman tahun itu, penurunan hanya bersifat sementara. Kami tetap positif terhadap faktor-faktor jangka panjang yang mendasari industri media dan untuk tahun depan kami memiliki ekspektasi yang cukup besar pada kontribusi dari partai politik," tandas Hary.
Naiknya laba bersih didukung meningkatnya pendapatan konsolidasi sekitar 6,5 persen menjadi Rp4,75 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp4,46 triliun.
"Perseroan selama kuartal III/2013 mencatat pertumbuhan yang kuat dari pendapatan iklan. Marjin EBITDA inti naik menjadi 40 persen dari 36 persen," kata CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo dalam keterangannya, Senin (4/11/2013).
Dia menjelaskan, tiga stasiun free to air TV yang dimiliki perseroan berhasil mempertahankan pangsa pemirsa saat prime time lebih dari 41 persen atau naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 40 persen. Salah satu contoh pendorongnya adalah acara Miss World yang baru saja disiarkan berhasil menjadi top program dengan rata-rata pangsa pemirsa sebesar 24 persen untuk acara malam pembukaan dan penutupan.
Di samping itu, perusahaan juga memanfaatkan volatilitas pasar dengan melakukan pembelian kembali (buyback) saham. Progam ini memberikan indikasi signifikan terhadap rendahnya harga saham MNCN dan keyakinan kuat terhadap potensi bisnis perseroan.
Adapun, kontribusi terbesar pendapatan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini berasal dari iklan yang mencapai 92 persen dari total pendapatan. Sementara pendapatan iklan periode Januari-September 2013 meningkat menjadi Rp4,37 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp3,94 triliun.
Di samping itu, perseroan sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini berhasil menurunkan beban langsung sekitar 0,6 persen menjadi Rp2,02 triliun dari Rp2,04 triliun. Beban umum dan administrasi juga susut 3 persen menjadi Rp950 miliar dari Rp986 miliar.
Adapun, laba usaha meningkat 23 persen menjadi Rp1,77 triliun dari Rp1,44 triliun. Sementara EPS meningkat menjadi Rp91 dari Rp83 per saham.
"Kami melihat ada sedikit penurunan permintaan di pasar iklan seperti yang terjadi di tahun 2009. Namun, seperti pengalaman tahun itu, penurunan hanya bersifat sementara. Kami tetap positif terhadap faktor-faktor jangka panjang yang mendasari industri media dan untuk tahun depan kami memiliki ekspektasi yang cukup besar pada kontribusi dari partai politik," tandas Hary.
(rna)