Perubahan lot saham akan dongkrak investor Sulsel
A
A
A
Sindonews.com - Rencana pemberlakuan perubahan lot saham pada 6 Januari 2014 diyakini mampu mendongkrak pertumbuhan investor di Sulawesi Selatan (Sulsel) utamanya disektor ritel.
Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Makassar, Fahmin Amirullah mengatakan, dengan pemberlakuan perubahan satuan lot saham lebih sedikit, yakni dari 500 menjadi 100, membuat harga saham jauh lebih murah.
"Investor bisa melakukan transaksi dengan lebih murah. Misalnya, harga per saham A sebesar Rp5.000. Maka, untuk mentransaksikan satu lot saham, investor harus menyiapkan dana Rp2,5 juta. Namun, dengan kebijakan baru, maka investor hanya perlu mengeluarkan dana Rp500 ribu," kata Fahmin kepada KORAN SINDO, Kamis (7/11/2013).
Meski demikian, dia tidak dapat merinci seberapa besar pertumbuhan investor dan investasi akibat perubahan tersebut. Sebab faktor pendukung lain seperti sentimen pasar akan ikut menentukan lesu tidaknya pasar saham di tahun depan.
Dari data PIPM Makassar per 31 Juli 2013, jumlah investor di Sulsel mencapai 3.590 orang. Populasi terbesar berada di Makassar dengan 3.037 investor. Disusul Luwu Timur 123 investor dan Kabupaten Gowa dengan 89 investor. Bandingkan dengan data per desember 2012 yang mencapai 2.587 investor dengan nilai transaksi perbulan mencapai Rp500 miliar.
Fahmin mengatakan, selain perubahan jumlah lot saham, rencananya otoritas BEI juga akan memberlakukan ketentuan tick price baru. Pada kelompok-kelompok harga di bawah Rp200 per saham, Rp200 sampai Rp5.000 per saham, dan harga di atas Rp5.000 per saham dengan fraksi harga yang berlaku adalah Rp1, Rp5, dan Rp25.
"Saat ini, semua saham yang berada di bawah Rp200 per saham memiliki fraksi Rp1. Artinya, batas harga antara transaksi jual dan beli yang diajukan investor memiliki kelipatan Rp1," jelasnya.
Sementara, Brokerage Division PT Valbury Asia Securities Yose Telasman juga menanggapi positif kebijakan ini. Menurutnya, tujuan utama penurunan jumlah satuan lot saham, untuk meningkatkan jumlah investor ritel di BEI. Sehingga bisa memiliki lebih banyak saham dan melakukan diversifikasi kepemilikan saham.
"Jelas aturan ini akan bermanfaat bagi para investor ritel. Perdagangan saham akan menjadi lebih likuid, frekuensi perdagangan saham akan meningkat," ujarnya.
Karena itu, dia berharap perlunya menggencarkan edukasi agar semakin banyak investor yang berinvestasi di pasar modal. Apalagi, dalam benak banyak orang masih ada pendapat bahwa bertransaksi di pasar modal adalah spekulasi.
Saat ini, kata Yose, pertumbuhan investor melalui valbury mencapai 5-6 persen perbulan. Adapun sektor unggulan dikuasai oleh perbankan menyusul dikeluarkannya empat kebijakan pemerintah seperti penetapan PPnBM serta pertambangan yang dipicu meningkatnya nilai tukar dolar AS.
Kepala Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Makassar, Fahmin Amirullah mengatakan, dengan pemberlakuan perubahan satuan lot saham lebih sedikit, yakni dari 500 menjadi 100, membuat harga saham jauh lebih murah.
"Investor bisa melakukan transaksi dengan lebih murah. Misalnya, harga per saham A sebesar Rp5.000. Maka, untuk mentransaksikan satu lot saham, investor harus menyiapkan dana Rp2,5 juta. Namun, dengan kebijakan baru, maka investor hanya perlu mengeluarkan dana Rp500 ribu," kata Fahmin kepada KORAN SINDO, Kamis (7/11/2013).
Meski demikian, dia tidak dapat merinci seberapa besar pertumbuhan investor dan investasi akibat perubahan tersebut. Sebab faktor pendukung lain seperti sentimen pasar akan ikut menentukan lesu tidaknya pasar saham di tahun depan.
Dari data PIPM Makassar per 31 Juli 2013, jumlah investor di Sulsel mencapai 3.590 orang. Populasi terbesar berada di Makassar dengan 3.037 investor. Disusul Luwu Timur 123 investor dan Kabupaten Gowa dengan 89 investor. Bandingkan dengan data per desember 2012 yang mencapai 2.587 investor dengan nilai transaksi perbulan mencapai Rp500 miliar.
Fahmin mengatakan, selain perubahan jumlah lot saham, rencananya otoritas BEI juga akan memberlakukan ketentuan tick price baru. Pada kelompok-kelompok harga di bawah Rp200 per saham, Rp200 sampai Rp5.000 per saham, dan harga di atas Rp5.000 per saham dengan fraksi harga yang berlaku adalah Rp1, Rp5, dan Rp25.
"Saat ini, semua saham yang berada di bawah Rp200 per saham memiliki fraksi Rp1. Artinya, batas harga antara transaksi jual dan beli yang diajukan investor memiliki kelipatan Rp1," jelasnya.
Sementara, Brokerage Division PT Valbury Asia Securities Yose Telasman juga menanggapi positif kebijakan ini. Menurutnya, tujuan utama penurunan jumlah satuan lot saham, untuk meningkatkan jumlah investor ritel di BEI. Sehingga bisa memiliki lebih banyak saham dan melakukan diversifikasi kepemilikan saham.
"Jelas aturan ini akan bermanfaat bagi para investor ritel. Perdagangan saham akan menjadi lebih likuid, frekuensi perdagangan saham akan meningkat," ujarnya.
Karena itu, dia berharap perlunya menggencarkan edukasi agar semakin banyak investor yang berinvestasi di pasar modal. Apalagi, dalam benak banyak orang masih ada pendapat bahwa bertransaksi di pasar modal adalah spekulasi.
Saat ini, kata Yose, pertumbuhan investor melalui valbury mencapai 5-6 persen perbulan. Adapun sektor unggulan dikuasai oleh perbankan menyusul dikeluarkannya empat kebijakan pemerintah seperti penetapan PPnBM serta pertambangan yang dipicu meningkatnya nilai tukar dolar AS.
(izz)