Negara berkembang masih kesulitan dalam perdagangan bebas
A
A
A
Sindonews.com - Pada dasarnya perdagangan yang lebih bebas akan membawa manfaat yang positif bagi kesejahteraan ekonomi. Namun, masih banyak negara berkembang yang mempertanyakan itu.
Hal ini diungkapkan oleh Akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Achmad Sauki, saat diskusi panel di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Selasa (12/11/2013).
"Teori ekonomi pembangunan yang muncul setelah perang dunia kedua menyatakan bahwa perlu terjadi transformasi struktural di negara-negara berkembang untuk mengejar ketinggalan dari negara maju," ucapnya.
Menurutnya, basis perekonomian negara berkembang perlu berubah dari basis pertanian tradisioanl menjadi perekonomian modern yang berbasis industri.
"Faktanya perdagangan bebas dianggap tidak kondusif untuk mendorong proses industialisasi itu," ungkapnya.
Lebih lanjut, menurutnya ini seperti adanya economies of scale dalam produksi barang manufaktur menghambat berkembangnya industri manufaktur di negara berkembang.
Dia mengatakan, ada strategi perdagangan yang bisa diambil, yaitu mendorong industrialisasi melalui promosi industri substitusi impor yang mengandalkan pasar dalam negeri. Serta mendorong industri ekspor dan mengandalkan subsidi ekspor dan kebijakan impor yang lebih tebuka untuk meningkatkan daya saing internasional guna merebut pasar global.
Hal ini diungkapkan oleh Akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Achmad Sauki, saat diskusi panel di kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Selasa (12/11/2013).
"Teori ekonomi pembangunan yang muncul setelah perang dunia kedua menyatakan bahwa perlu terjadi transformasi struktural di negara-negara berkembang untuk mengejar ketinggalan dari negara maju," ucapnya.
Menurutnya, basis perekonomian negara berkembang perlu berubah dari basis pertanian tradisioanl menjadi perekonomian modern yang berbasis industri.
"Faktanya perdagangan bebas dianggap tidak kondusif untuk mendorong proses industialisasi itu," ungkapnya.
Lebih lanjut, menurutnya ini seperti adanya economies of scale dalam produksi barang manufaktur menghambat berkembangnya industri manufaktur di negara berkembang.
Dia mengatakan, ada strategi perdagangan yang bisa diambil, yaitu mendorong industrialisasi melalui promosi industri substitusi impor yang mengandalkan pasar dalam negeri. Serta mendorong industri ekspor dan mengandalkan subsidi ekspor dan kebijakan impor yang lebih tebuka untuk meningkatkan daya saing internasional guna merebut pasar global.
(gpr)