Rupiah akhir tahun diprediksi Rp11.200-11.300

Jum'at, 15 November 2013 - 15:05 WIB
Rupiah akhir tahun diprediksi...
Rupiah akhir tahun diprediksi Rp11.200-11.300
A A A
Sindonews.com - Pengamat pasar valuta vsing (valas) Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto memprediksi, rupiah (Rp) masih akan sulit beranjak dari posisinya saat ini di atas level Rp11.000 per USD pada akhir 2013, meskipun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate) hingga ke 7,5 persen.

Menurut dia, kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,5 persen belum memberi dampak berarti pada penguatan rupiah seperti yang diharapkan. Hal ini, kata Rully, karena masalah mendasar pada laju rupiah terletak pada keseimbangan neraca perdagangan yang diperkirakan masih akan mengalami defisit hingga tahun depan.

"Sepertinya (rupiah) masih akan sulit beranjak dari kondisi sekarang. Mungkin masih sekitar Rp11.300-Rp11.200 per USD karena sebenarnya fundamentalnya ada di current account deficit (defisit neraca perdagangan), yang diperkirakan masih akan terjadi sampai tahun depan," kata Rully saat dihubungi, Jumat (15/11/2013).

Kenaikan BI Rate sempat menimbulkan kepanikan meskipun pasar telah memproyeksikan akan adanya kenaikan suku bunga acuan menjadi 7,5 persen.

"Memang market sudah memprediksikan kenaikan BI Rate 25 bps (dari 7,25 menjadi 7,5 persen). Tapi ini sepertinya lebih cepet dari perkiraan awal karena espektasi awal market baru akan dinaikkan menjelang penghujung tahun atau pada bulan Desember 2013," tutur dia.

Selain masalah dari dalam negeri, dia menjelaskan, dari luar negeri berupa stimulus ekonomi Amerika Serikat semakin sulit diprediksi dengan datangnya pernyataan dari calon tunggal Gubernur The Fed Janet Yellen, yang masih akan melanjutkan stimulus ekonomi di Amerika Serikat.

"Dalam waktu dekat ini mungkin akan memberi sentimen positif bagi rupiah, tapi dari pernyataan-pernyataan yang dilontarkan, ini justru memberikan ketidakpastian kapan pengurangan stimulus ini akan mulai dilakukan. The Fed tidak memiliki jadwal pengurangan stimulus, jadi memang benar-benar masih melihat kondisi pasar," tutur dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0631 seconds (0.1#10.140)