Makassar jadi pusat industri markisa
A
A
A
Sindonews.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memantapkan Kota Makassar sebagai pusat pengembangan industri markisa terbesar nasional.
Hal itu dikemukakan Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Wilayah III Kemenperindag RI, Endang Suwartini saat menyerahkan alat bantu kemasan dan sertifikat halal kepada pengusaha markisa di Kantor Disperindag Kota Makassar, Senin (18/11/2013).
Saat ini, kata dia, Makassar merupakan produsen markisa terbesar di Indonesia. Bahkan markisa yang di produksi di Makassar tidak hanya menguasai pasar Kawasan Timur Indonesia (KTI) tetapi juga pasar nasional.
"Posisi Makassar yang sangat strategis dan menguntungkan untuk produksi pengembangan industri markisa. Makassar memiliki potensi untuk menguasai pangsa pasar nasional khusus untuk produk markisa," katanya.
Karena itu, Endang meminta kepada pengusaha markisa di kota ini untuk terus meningkatkan produksi. Bahkan dia menantang pengusaha untuk menjadikan markisa sebagai produk eskpor.
Peluang itu, sudah ada didepan mata. Apalagi didorong dengan laju pertumbuhan ekonomi Makassar yang tinggi. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik meningkat tajam sekaligus menjadi potensi pasar yang menggiurkan.
Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin menyambut baik adanya perhatian pusat terhadap pengembangan industri markisa. "Sebagai daerah binaan, tentu saja Makassar sangat berterima kasih. Adanya bantuan kemasan akan meningkatkan mutu produk-produk khas Makassar," ujarnya.
Dia mengatakan, cita rasa markisa Makassar terbaik di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Tidak mengherankan, semua orang yang berkunjung ke Makassar mencari markisa. Selain markisa, Makassar disebut memiliki produk IKM lain seperti menyak gosok, kuliner, dan aneka kerajinan tangan.
Sementara, salah satu penerima bantuan, Ketua IKM Markisa dari Kelompok Bina Celebes, Muslimin mengemukakan bantuan tersebut meringankan beban pengusaha kecil. "Seperti bantuan sertifikasi halal. Kalau kita urus sendiri membutuhkan biaya besar sampai Rp10 juta," ujarnya.
Selain itu, bantuan alat bantu kemasan akan mempermudah pengepakan markisa. Selama ini, pengepakan masih dilakukan dengan cara manual yang membutuhkan waktu lama.
Muslimin mengaku, selama ini dia bersama kelompok usahanya mampu memproduksi 30-40 liter dari 100 kg buah markisa. Hasil produksi markisa Bina Celebes sebagian besar dipasarkan di Makassar, Sinjai, Gowa, Toraja dan Enrekang. Ada juga yang sudah ada dipasarkan ke Pulau Jawa sebagai oleh-oleh khas Makassar.
Hal itu dikemukakan Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Wilayah III Kemenperindag RI, Endang Suwartini saat menyerahkan alat bantu kemasan dan sertifikat halal kepada pengusaha markisa di Kantor Disperindag Kota Makassar, Senin (18/11/2013).
Saat ini, kata dia, Makassar merupakan produsen markisa terbesar di Indonesia. Bahkan markisa yang di produksi di Makassar tidak hanya menguasai pasar Kawasan Timur Indonesia (KTI) tetapi juga pasar nasional.
"Posisi Makassar yang sangat strategis dan menguntungkan untuk produksi pengembangan industri markisa. Makassar memiliki potensi untuk menguasai pangsa pasar nasional khusus untuk produk markisa," katanya.
Karena itu, Endang meminta kepada pengusaha markisa di kota ini untuk terus meningkatkan produksi. Bahkan dia menantang pengusaha untuk menjadikan markisa sebagai produk eskpor.
Peluang itu, sudah ada didepan mata. Apalagi didorong dengan laju pertumbuhan ekonomi Makassar yang tinggi. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik meningkat tajam sekaligus menjadi potensi pasar yang menggiurkan.
Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin menyambut baik adanya perhatian pusat terhadap pengembangan industri markisa. "Sebagai daerah binaan, tentu saja Makassar sangat berterima kasih. Adanya bantuan kemasan akan meningkatkan mutu produk-produk khas Makassar," ujarnya.
Dia mengatakan, cita rasa markisa Makassar terbaik di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Tidak mengherankan, semua orang yang berkunjung ke Makassar mencari markisa. Selain markisa, Makassar disebut memiliki produk IKM lain seperti menyak gosok, kuliner, dan aneka kerajinan tangan.
Sementara, salah satu penerima bantuan, Ketua IKM Markisa dari Kelompok Bina Celebes, Muslimin mengemukakan bantuan tersebut meringankan beban pengusaha kecil. "Seperti bantuan sertifikasi halal. Kalau kita urus sendiri membutuhkan biaya besar sampai Rp10 juta," ujarnya.
Selain itu, bantuan alat bantu kemasan akan mempermudah pengepakan markisa. Selama ini, pengepakan masih dilakukan dengan cara manual yang membutuhkan waktu lama.
Muslimin mengaku, selama ini dia bersama kelompok usahanya mampu memproduksi 30-40 liter dari 100 kg buah markisa. Hasil produksi markisa Bina Celebes sebagian besar dipasarkan di Makassar, Sinjai, Gowa, Toraja dan Enrekang. Ada juga yang sudah ada dipasarkan ke Pulau Jawa sebagai oleh-oleh khas Makassar.
(izz)