PermataBank targetkan nilai sindikasi 2014 USD150 juta
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Permata Tbk (BNLI) menargetkan akan menangani total pinjaman sindikasi mencapai USD150 juta di 2014. Dua di antara perusahaan yang dalam rencana perseroan ialah sektor transportasi sebesar Rp1,5 triliun dan multifinance sebesar Rp700 miliar.
Direktur Wholesale Banking Roy Arman Arfandy mengatakan, perseroan masih belum memiliki nilai final dari nilai pinjaman yang akan ditanggung. Namun biasanya perseroan akan mengambil porsi 30 persen dari nilai total pinjaman.
"Untuk multifinance akan bekerjasama dengan 3-4 bank lokal, sedangkan di transportasi bersama sekitar lima bank lokal dan asing. Di awal tahun kemungkinan ada kepastian nilai yang kita tanggung," ujar Roy dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Dia juga mengatakan, kinerja wholesale banking (WB) yang menggarap nasabah dengan pendapatan Rp250 miliar per tahun. Diyakini tahun depan masih memiliki peluang pertumbuhan yang berkualitas.
Perseroan akan memfokuskan penyaluran kredit di sektor yang tahan terhadap fluktuasi. Sektor yang akan menjadi tumpuan perseroan ialah makanan dan minuman (F&B), logistik, transportasi, infrastruktur, dan energi.
"Untuk F&B kami juga menggarap produk pendukungnya seperti terigu. Sedangkan transportasi juga diyakini masih akan dibutuhkan khususnya untuk mendukung pendistribusian logistik atau F&B," ujarnya.
Di tahun depan dia optimistis segmen WB akan menyumbang 37 persen pada pendapatan total perseroan atau sama dengan porsi di kuartal tiga tahun ini. Hal ini sejalan dengan rencana perlambatan pertumbuhan yang dilakukan di semester dua tahun ini.
"Pendapatan di tahun depan kita targetkan tumbuh 17-18 persen, sejalan dengan pertumbuhan aset 18 persen di tahun depan," ujarnya.
Hingga kuartal tiga tahun ini perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dari Fee Based Income sebesar 20 persen dari periode sama tahun lalu. Sementara Net Interest Margin (NIM) tumbuh 13 persen dari tahun lalu.
Laba setelah pajak tercatat tumbuh 21persen, menjadi Rp1,3 triliun dari Rp1,09 triliun di tahun lalu. Kredit termasuk pembiayaan syariah tumbuh 30 persen, dari Rp89,9 triliun menjadi Rp116,7 triliun di tahun ini.
"Total pendapatan operasional mencapai Rp5,004 triliun atau tumbuh 14 persen. Ini didukung pertumbuhan pendapatan bunga dan fee based income," ujarnya.
Direktur Wholesale Banking Roy Arman Arfandy mengatakan, perseroan masih belum memiliki nilai final dari nilai pinjaman yang akan ditanggung. Namun biasanya perseroan akan mengambil porsi 30 persen dari nilai total pinjaman.
"Untuk multifinance akan bekerjasama dengan 3-4 bank lokal, sedangkan di transportasi bersama sekitar lima bank lokal dan asing. Di awal tahun kemungkinan ada kepastian nilai yang kita tanggung," ujar Roy dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Dia juga mengatakan, kinerja wholesale banking (WB) yang menggarap nasabah dengan pendapatan Rp250 miliar per tahun. Diyakini tahun depan masih memiliki peluang pertumbuhan yang berkualitas.
Perseroan akan memfokuskan penyaluran kredit di sektor yang tahan terhadap fluktuasi. Sektor yang akan menjadi tumpuan perseroan ialah makanan dan minuman (F&B), logistik, transportasi, infrastruktur, dan energi.
"Untuk F&B kami juga menggarap produk pendukungnya seperti terigu. Sedangkan transportasi juga diyakini masih akan dibutuhkan khususnya untuk mendukung pendistribusian logistik atau F&B," ujarnya.
Di tahun depan dia optimistis segmen WB akan menyumbang 37 persen pada pendapatan total perseroan atau sama dengan porsi di kuartal tiga tahun ini. Hal ini sejalan dengan rencana perlambatan pertumbuhan yang dilakukan di semester dua tahun ini.
"Pendapatan di tahun depan kita targetkan tumbuh 17-18 persen, sejalan dengan pertumbuhan aset 18 persen di tahun depan," ujarnya.
Hingga kuartal tiga tahun ini perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dari Fee Based Income sebesar 20 persen dari periode sama tahun lalu. Sementara Net Interest Margin (NIM) tumbuh 13 persen dari tahun lalu.
Laba setelah pajak tercatat tumbuh 21persen, menjadi Rp1,3 triliun dari Rp1,09 triliun di tahun lalu. Kredit termasuk pembiayaan syariah tumbuh 30 persen, dari Rp89,9 triliun menjadi Rp116,7 triliun di tahun ini.
"Total pendapatan operasional mencapai Rp5,004 triliun atau tumbuh 14 persen. Ini didukung pertumbuhan pendapatan bunga dan fee based income," ujarnya.
(gpr)