Sulsel didorong pacu energi terbarukan
A
A
A
Sindonews.com - Dewan Energi Nasional (DEN) meminta Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk terus memacu penggunaan energi terbarukan sebagai sumber listrik di daerah ini.
Anggota DEN, Mukhtasor mengatakan, meski saat ini Sulsel mengklaim diri sebagai daerah surplus namun pemakaian energi listrik akan tergerus pasca masuknya industri-industri besar di tahun-tahun mendatang.
Untuk itu, kata dia, pemerintah daerah sudah harus memikirkan pengembangan kedepan. Dia mengimbau agar Sulsel mulai melirik pengembangan tenaga air. Sebab potensu daerah ini sangat tinggi.
“Sulsel memiliki banyak sungai yang potensial. Seperti di Enrekang. Ini yang harus dimanfaatkan. Dan untuk menyiapkan ini memang tidak murah. Karena itu harus menggandeng investasi dengan perbaikan infrastruktur dan penataan regulasi yang mendukung,” ungkapnya seusai sosialisasi Kebiajkan Energi Nasional di auditorium AlJibra UMI, Kamis (21/11/2013).
Menurtnya, Indonesia diprediksi akan membutuhkan energi listrik 10 kali lipat dari pemakaian listrik di 2015 yang akan mencapai 49.000 watt. Sehingga jika tidak dipersiapkan sejak saat ini, maka Indonesia akan krisis energi.
Sementara itu, Wakil rector IV UMI Prof Maksud DEA mengatakan, Sulsel memiliki banyak sumber enrgi terbarukan. Seperti tenaga air di Kabupaten Luwu Utara, di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Gowa.
Selain itu, potensi tenaga angin bisa dimanfaatkan di Kabupaten Selayar dan Jeneponto, atau potensi panas Bumi di Kabupaten Soppeng. Hanya saja potensi-potensi ini, kata dia, belum tergarap dengan baik.
“Masyarakat kita belum banyak yang teraliri listrik. Saya kira kalau kita manfaatkan misalnya tenaga air, yang di desa-desa terpencil juga akan merasakan penerangan,” kata dia.
Hal ini telah dibuktikan dengan inovasi yang dilakukan oleh UMI dengan membangun PLTA di desa Sadara Bone dengan kekuatan 12,5 kilowatt yang bisa mengaliri 20 rumah tangga.
Saat ini UMI juga tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di dua kabupaten berbeda yakni di desa Lanna Kabupaten Gowa dengan kapasitas 100 kilowatt dan di desa Tarabbi Kecamatan malili dengan kapasitas sama.
Anggota DEN, Mukhtasor mengatakan, meski saat ini Sulsel mengklaim diri sebagai daerah surplus namun pemakaian energi listrik akan tergerus pasca masuknya industri-industri besar di tahun-tahun mendatang.
Untuk itu, kata dia, pemerintah daerah sudah harus memikirkan pengembangan kedepan. Dia mengimbau agar Sulsel mulai melirik pengembangan tenaga air. Sebab potensu daerah ini sangat tinggi.
“Sulsel memiliki banyak sungai yang potensial. Seperti di Enrekang. Ini yang harus dimanfaatkan. Dan untuk menyiapkan ini memang tidak murah. Karena itu harus menggandeng investasi dengan perbaikan infrastruktur dan penataan regulasi yang mendukung,” ungkapnya seusai sosialisasi Kebiajkan Energi Nasional di auditorium AlJibra UMI, Kamis (21/11/2013).
Menurtnya, Indonesia diprediksi akan membutuhkan energi listrik 10 kali lipat dari pemakaian listrik di 2015 yang akan mencapai 49.000 watt. Sehingga jika tidak dipersiapkan sejak saat ini, maka Indonesia akan krisis energi.
Sementara itu, Wakil rector IV UMI Prof Maksud DEA mengatakan, Sulsel memiliki banyak sumber enrgi terbarukan. Seperti tenaga air di Kabupaten Luwu Utara, di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Gowa.
Selain itu, potensi tenaga angin bisa dimanfaatkan di Kabupaten Selayar dan Jeneponto, atau potensi panas Bumi di Kabupaten Soppeng. Hanya saja potensi-potensi ini, kata dia, belum tergarap dengan baik.
“Masyarakat kita belum banyak yang teraliri listrik. Saya kira kalau kita manfaatkan misalnya tenaga air, yang di desa-desa terpencil juga akan merasakan penerangan,” kata dia.
Hal ini telah dibuktikan dengan inovasi yang dilakukan oleh UMI dengan membangun PLTA di desa Sadara Bone dengan kekuatan 12,5 kilowatt yang bisa mengaliri 20 rumah tangga.
Saat ini UMI juga tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di dua kabupaten berbeda yakni di desa Lanna Kabupaten Gowa dengan kapasitas 100 kilowatt dan di desa Tarabbi Kecamatan malili dengan kapasitas sama.
(gpr)