Inflasi November diprediksi di bawah 0,5%
A
A
A
Sindonews.com - Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto memproyeksi bahwa inflasi pada November akan sangat rendah dan stabil dibanding bulan sebelumnya.
"Stabil karena tekanan terbesar inflasi sudah terjadi pada saat bulan Juni, Juli sampai Agustus bahkan Oktober. Kami perkirakan inflasi November masih di bawah 0,5 persen. Itu hitung-hitungannya cukup stabil," kata dia kepada Sindonews, baru-baru ini.
Melihat kondisi yang terjadi, bahkan dia memperkirakan, ada kemungkinan terjadi deflasi sedikit pada bulan lalu. Sementara hingga akhir tahun ini, dia juga memperkirakan angka inflasi masih akan stabil.
"Kami perkirakan sampai akhir tahun juga masih stabil. Kami prediksi tidak setinggi yang digambarkan pemerintah sekitar 9 persen," ujar dia.
Menurut Rully, hal tersebut didorong oleh harga sandang dan pangan sudah tidak terjadi kenaikan signifikan. Pasalnya, kontribusi terbesar inflasi pada bulan-bulan sebelumnya berasal dari dua faktor itu.
Di samping itu, dia menambahkan, harga bahan bakar minyak (BBM) juga sudah mulai reda sejak Oktober 2013.
Adapun, inflasi Oktober berdasarkan data Badan Pusat Statitik (BPS) tercatat sebesar 0,09 persen atau naik dibanding bulan sebelumnya yang berhasil mengalami deflasi 0,35 persen.
Sementara inflasi tahunan sekitar 7,66 persen dan inflasi year on year (yoy) di level 8,31 persen. Sedangkan inflasi intiu secara yoy sebesar 4,73 persen dan inflasi inti untuk Oktober mencapai 0,34 persen.
Dengan proyeksi inflasi November yang rendah, Rully memperkirakan bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) juga akan dipertahankan pada level 7,5 persen. "Prediksi kami, BI Rate tetap di level 7,5 persen hingga akhir tahun ini," prediksi dia.
Namun jika BI Rate dinaikkan, menurut dia, hanya untuk menekan arus modal asing dan menjaga kestabilan harga bukan karena inflasi. Seperti diketahui, Bank Sentral pada bulan lalau kembali menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,5 persen.
Kenaikan BI Rate diikuti kenaikan landing facility menjadi 7,5 persen dari 7,25 persen dan fasilitas simpanan BI (Fasbi) juga naik menjadi 5,75 persen dari 5,5 persen. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A Johansyah mengatakan, kenaikan BI Rate tersebut untuk mengatur current account defisit ke depan.
"Stabil karena tekanan terbesar inflasi sudah terjadi pada saat bulan Juni, Juli sampai Agustus bahkan Oktober. Kami perkirakan inflasi November masih di bawah 0,5 persen. Itu hitung-hitungannya cukup stabil," kata dia kepada Sindonews, baru-baru ini.
Melihat kondisi yang terjadi, bahkan dia memperkirakan, ada kemungkinan terjadi deflasi sedikit pada bulan lalu. Sementara hingga akhir tahun ini, dia juga memperkirakan angka inflasi masih akan stabil.
"Kami perkirakan sampai akhir tahun juga masih stabil. Kami prediksi tidak setinggi yang digambarkan pemerintah sekitar 9 persen," ujar dia.
Menurut Rully, hal tersebut didorong oleh harga sandang dan pangan sudah tidak terjadi kenaikan signifikan. Pasalnya, kontribusi terbesar inflasi pada bulan-bulan sebelumnya berasal dari dua faktor itu.
Di samping itu, dia menambahkan, harga bahan bakar minyak (BBM) juga sudah mulai reda sejak Oktober 2013.
Adapun, inflasi Oktober berdasarkan data Badan Pusat Statitik (BPS) tercatat sebesar 0,09 persen atau naik dibanding bulan sebelumnya yang berhasil mengalami deflasi 0,35 persen.
Sementara inflasi tahunan sekitar 7,66 persen dan inflasi year on year (yoy) di level 8,31 persen. Sedangkan inflasi intiu secara yoy sebesar 4,73 persen dan inflasi inti untuk Oktober mencapai 0,34 persen.
Dengan proyeksi inflasi November yang rendah, Rully memperkirakan bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) juga akan dipertahankan pada level 7,5 persen. "Prediksi kami, BI Rate tetap di level 7,5 persen hingga akhir tahun ini," prediksi dia.
Namun jika BI Rate dinaikkan, menurut dia, hanya untuk menekan arus modal asing dan menjaga kestabilan harga bukan karena inflasi. Seperti diketahui, Bank Sentral pada bulan lalau kembali menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,5 persen.
Kenaikan BI Rate diikuti kenaikan landing facility menjadi 7,5 persen dari 7,25 persen dan fasilitas simpanan BI (Fasbi) juga naik menjadi 5,75 persen dari 5,5 persen. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Difi A Johansyah mengatakan, kenaikan BI Rate tersebut untuk mengatur current account defisit ke depan.
(rna)