Petani Kaltim tolah benih bersubsidi
A
A
A
Sindonews.com - Saat ini petani di Kalimatan Timur (Kaltim) tidak lagi berharap banyak pada benih padi bersubsidi dari pemerintah, karena subsidi ini sering terlambat. Akibat dari keterlambatan ini, petani sering merugi.
"Memang benar benih bersubsidi sering terlambat ketika memasuki musim tanam. Jika menunggu benih diterima, musim tanam telah lewat, ini sangat merugikan petani," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kaltim, Ibrahim, Senin (2/12/2013).
Menurutnya, karena kondisi ini terus berlangsung, petani padi di Kaltim telah sepakat untuk menolak benih padi bersubsidi pada 2014. Pemprov Kaltim juga terus membantu petani untuk pengadaan benih padi agar bisa mandiri tanpa bantuan pemerintah pusat.
"Petani Kaltim sudah tahu dan sudah menghitung untung rugi penggunaan benih bersubsidi atau tidak. Contohnya, untuk satu hektare lahan, petani memerlukan benih sekitar tiga kilogram. Sedangkan harga benih padi dipasaran berkisar Rp6.000 sampai Rp6.500," jelasnya.
Pemprov Kaltim akhirnya menyarankan petani untuk membeli benih secara mandiri atau swadaya kelompok. Petani dan pemerintah daerah akan berusaha membantu penyediaan benih untuk petani melalui dana APBD saja.
Upaya ini dapat dilakukan dengan catatan, kabupaten dan kota di Kaltim harus memperbaiki kualitas dan kuantitas balai benih di daerah masing-masing. Demikian juga dengan sejumlah penangkar benih swasta di lapangan akan didorong lebih banyak memproduksi benih unggul.
"Persoalan bantuan benih padi bersubsidi kepada petani di Kaltim harus bisa diatasi. Sehingga tidak bergantung kepada pemerintah pusat secara bertahap dimulai pada 2014. Kita yakin dengan kemampuan petani dan pemerintah, pemenuhan benih berkualitas dapat diatasi secara mandiri," pungkasnya.
"Memang benar benih bersubsidi sering terlambat ketika memasuki musim tanam. Jika menunggu benih diterima, musim tanam telah lewat, ini sangat merugikan petani," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kaltim, Ibrahim, Senin (2/12/2013).
Menurutnya, karena kondisi ini terus berlangsung, petani padi di Kaltim telah sepakat untuk menolak benih padi bersubsidi pada 2014. Pemprov Kaltim juga terus membantu petani untuk pengadaan benih padi agar bisa mandiri tanpa bantuan pemerintah pusat.
"Petani Kaltim sudah tahu dan sudah menghitung untung rugi penggunaan benih bersubsidi atau tidak. Contohnya, untuk satu hektare lahan, petani memerlukan benih sekitar tiga kilogram. Sedangkan harga benih padi dipasaran berkisar Rp6.000 sampai Rp6.500," jelasnya.
Pemprov Kaltim akhirnya menyarankan petani untuk membeli benih secara mandiri atau swadaya kelompok. Petani dan pemerintah daerah akan berusaha membantu penyediaan benih untuk petani melalui dana APBD saja.
Upaya ini dapat dilakukan dengan catatan, kabupaten dan kota di Kaltim harus memperbaiki kualitas dan kuantitas balai benih di daerah masing-masing. Demikian juga dengan sejumlah penangkar benih swasta di lapangan akan didorong lebih banyak memproduksi benih unggul.
"Persoalan bantuan benih padi bersubsidi kepada petani di Kaltim harus bisa diatasi. Sehingga tidak bergantung kepada pemerintah pusat secara bertahap dimulai pada 2014. Kita yakin dengan kemampuan petani dan pemerintah, pemenuhan benih berkualitas dapat diatasi secara mandiri," pungkasnya.
(izz)