Realisasi kredit pertanian di Sulsel minim
A
A
A
Sindonews.com - Realisasi bantuan pembiayaan melalui kredit perbankan di sektor pertanian di Sulawesi Selatan (Sulsel) masih minim. Padahal, Pemprov Sulsel meminta perbankan untuk memberikan stimulus guna menciptakan ketahanan pangan dan memutus ketergantungan impor.
Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pertanian hanya menduduki porsi 2 persen dari total penyerapan kredit sampai September 2013 atau sebesar Rp1,354 triliun dari total kredit Rp79,613 triliun.
Kepala Divisi Assessment, Ekonomi, dan Keuangan BI Wilayah I Sulampua, Noor Yudanto mengatakan, meski persentasenya sangat kecil, namun pengucuran kredit pertanian sesungguhnya mengalami peningkatan.
"Secara year on year pertumbuhannya sekitar 12,3 persen. Share-nya yang masih rendah karena kemungkinannya sektor pertanian masih susah terjangkau perbankan," ujarnya, Selasa (3/12/2013).
Selain itu, kata dia, kredit di sektor ini dinilai memiliki tingkat risiko tinggi. Sektor pertanian banyak ditentukan faktor alam di luar kendali manusia. Sampai triwulan III ini, Non Performing Loan (NPL) berada di posisi 11,2 persen, jauh dari angka ambang sehat 5 persen.
Meski demikian, BI terus mendorong sektor perbankan agar dapat mengucurkan kreditnya. BI sendiri mempunyai program cluster pertanian dengan menggandeng perbankan. Misalnya pengembangan rumput laut di Bulukumba dan Takalar.
Selain itu, mendorong sektor pertanian yang terkait dengan ketahanan pangan secara luas dengan fasilitas pembiayaan perbankan. Daerah pun diminta mengembangkan penelitian komoditi unggulan yang disampaikan kepada perbankan.
Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pertanian hanya menduduki porsi 2 persen dari total penyerapan kredit sampai September 2013 atau sebesar Rp1,354 triliun dari total kredit Rp79,613 triliun.
Kepala Divisi Assessment, Ekonomi, dan Keuangan BI Wilayah I Sulampua, Noor Yudanto mengatakan, meski persentasenya sangat kecil, namun pengucuran kredit pertanian sesungguhnya mengalami peningkatan.
"Secara year on year pertumbuhannya sekitar 12,3 persen. Share-nya yang masih rendah karena kemungkinannya sektor pertanian masih susah terjangkau perbankan," ujarnya, Selasa (3/12/2013).
Selain itu, kata dia, kredit di sektor ini dinilai memiliki tingkat risiko tinggi. Sektor pertanian banyak ditentukan faktor alam di luar kendali manusia. Sampai triwulan III ini, Non Performing Loan (NPL) berada di posisi 11,2 persen, jauh dari angka ambang sehat 5 persen.
Meski demikian, BI terus mendorong sektor perbankan agar dapat mengucurkan kreditnya. BI sendiri mempunyai program cluster pertanian dengan menggandeng perbankan. Misalnya pengembangan rumput laut di Bulukumba dan Takalar.
Selain itu, mendorong sektor pertanian yang terkait dengan ketahanan pangan secara luas dengan fasilitas pembiayaan perbankan. Daerah pun diminta mengembangkan penelitian komoditi unggulan yang disampaikan kepada perbankan.
(izz)