Transaksi kartu kredit OCBC NISP 2014 ditarget Rp2,4 T

Kamis, 05 Desember 2013 - 15:00 WIB
Transaksi kartu kredit...
Transaksi kartu kredit OCBC NISP 2014 ditarget Rp2,4 T
A A A
Sindonews.com - PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) menargetkan nilai transaksi kartu kredit tahun depan mencapai Rp2,4 triliun. Ini berarti perseroan berusaha menggenjot lebih dari 60 persen dari tahun ini sebesar Rp1,6 triliun.

Division Head Unsecured Loan NISP Irwan Sutjipto Tisnabudi mengatakan, target tersebut akan didukung oleh penyebaran kartu kredit di tahun depan. Setidaknya jumlah kartu kredit di tahun depan akan mencapai 170 ribu kartu, naik dari tahun ini 75 ribu di tahun ini. Perseroan akan terus mengejar volume kartu mencapai 300 ribu demi meningkatkan kontribusi pendapatan ke perseroan.

"Kami ingin mengejar volume mencapai 300 ribu supaya pendapatannya juga siginifikan. Tapi kami tetap akan menjaga kualitas nasabah dengan level non performed loan (NPL) di bawah 1,5 persen," ujar Irwan saat ditemui wartawan di Jakarta beberapa hari yang lalu.

Dia mengakui tren pertumbuhan kartu kredit masih positif setiap tahunnya. Kedepan strategi perseroan meningkatkan kontribusi kartu kredit ialah dengan efisiensi dan memaksimalkan potensi nasabah yang mencapai 1,4 juta nasabah. Hal ini membuat pemasarannya akan mengandalkan tele marketing daripada direct sales ke pengguna.

Prioritas penjualan dilakukan kepada nasabah baru sejak 2012 lalu dengan tingkat penetrasi mencapai 60 di Jakarta. Potensi nasabah baru dinilai lebih besar karena ekspektasinya kepada bank masih tinggi. Sedangkan di tahun depan pemasaran akan dilakuan kepada nasabah baru dan yang bergabung sejak tahun 2000 ke atas.

"Kami akan prioritaskan penjualan kartu kredit kepada nasabah yang aktif bertransaksi. Strategi cross selling kepada nasabah baru lebih efisien daripada menggunakan agen penjual," ujarnya.

Selain itu perseroan juga akan fokus pada dua jenis kartu kredit platinum dan titanium demi efisiensi biaya. Dengan dua produk ini perseroan menyesuaikan dengan target pasar yang memiliki transaksi minimal sebesar Rp6 juta.

Segmen pasar ini disebutnya memiliki NPL yang sangat rendah sehingga sangat menguntungkan. "Kami masih melihat potensi untuk mengeluarkan kartu baru apabila dua kartu ini sudah maksimal," ujarnya.

Keunggulan dua produk ini disebutnya terletak pada point reward yang lebih tinggi dibandingkan pesaing. Selain itu juga terdapat cash back yang bisa dimanfaatkan untuk belanja pada gerai-gerai yang tidak menerima point reward.

Nasabah juga akan mendapat keuntungan dari exchange rate dengan belanja di luar negeri. Hal ini sangat digemari bagi nasabah yang suka perjalanan luar negeri dan yang suka mengumpulkan poin. "Transaksi luar negeri kita lebih tinggi dari rata rata industri," ujarnya.

Hal ini membuat nilai fee based income dari transaksi mendominasi pemasukan di bisnis kartu kredit. Fee based dari transaksi ini mencapai 60 persen dari pemasukan lainnya seperti interest, credit shield, atau denda.

Kedepan tren yang akan mendukung ialah penggunaan kartu kredit untuk belanja online seperti pembelian tiket pesawat dan pembayaran hotel yang banyak menggunakan kartu kredit dibandingkan uang tunai.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9576 seconds (0.1#10.140)