Investasi TPT di Jabar masih menjanjikan
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD) Jawa Barat (Jabar), Dadang Ma'soem mengaku pertumbuhan investasi TPT di Jabar masih cukup tinggi.
Menurutnya, sektor ini menempati posisi ketiga dari total investasi dalam negeri dan investasi asing yang masuk Jabar pada 2012. Di mana pada tahun lalu, investasi sektor TPT mencapai Rp18,10 triliun. Lebih besar dari investasi logam senilai Rp52,99 triliun dan manufaktur yang mencapai Rp145,3 triliun.
Investasi TPT, lanjut dia, lebih tinggi dari investasi di sektor kimia dan farmasi yang mencapai Rp11,66 triliun serta investasi sektor makanan yang hanya tembus di angka Rp10,83 triliun. Pertumbuhan investasi TPT diakui dia mencapai puncaknya pada 2011 ke 2012 dengan kenaikan Rp7,06 triliun atau tumbuh 279 persen.
Pihaknya mengakui, kinerja investasi selama lima tahun terakhir (2008-2012) tumbuh signifikan dengan nilai Rp206,88 triliun dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Selama periode tersebut, investasi manufaktur menguasai 72,6 persen, tersier 29,39 persen, dan primer 0,35 persen (Tanaman pangan, perkebunan, ternak, perikanan, tambang).
Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutisno. Menurut dia, salah satu alternatif inudustri padat karya ekspansi di Jabar yaitu ke Jabar Timur. UMK di kawasan tersebut juga masih cukup terjangkau.
"Indusatri non woven bisa masuk ke Jabar Timur. Potensinya masih cukup besar," pungkas ujar Sutisno.
Indonesia, lanjut dia, bisa mengandopsi sistem permesinan dari China melalui ANFA. Secara teknologi, mereka jauh lebih maju dari mesin di Jabar.
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, Kevin Hartanto mengatakan, pemerintah mesti terus mendorong sektor TPT di Jabar. Saat ini, share produk tekstil Indonesia di kancah internasional baru sekitar dua persen.
"Masuknya non moven diharapkan meningkatkan share produk tekstil Indonesia di pasar dunia," pungkas Kevin.
Menurutnya, sektor ini menempati posisi ketiga dari total investasi dalam negeri dan investasi asing yang masuk Jabar pada 2012. Di mana pada tahun lalu, investasi sektor TPT mencapai Rp18,10 triliun. Lebih besar dari investasi logam senilai Rp52,99 triliun dan manufaktur yang mencapai Rp145,3 triliun.
Investasi TPT, lanjut dia, lebih tinggi dari investasi di sektor kimia dan farmasi yang mencapai Rp11,66 triliun serta investasi sektor makanan yang hanya tembus di angka Rp10,83 triliun. Pertumbuhan investasi TPT diakui dia mencapai puncaknya pada 2011 ke 2012 dengan kenaikan Rp7,06 triliun atau tumbuh 279 persen.
Pihaknya mengakui, kinerja investasi selama lima tahun terakhir (2008-2012) tumbuh signifikan dengan nilai Rp206,88 triliun dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Selama periode tersebut, investasi manufaktur menguasai 72,6 persen, tersier 29,39 persen, dan primer 0,35 persen (Tanaman pangan, perkebunan, ternak, perikanan, tambang).
Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutisno. Menurut dia, salah satu alternatif inudustri padat karya ekspansi di Jabar yaitu ke Jabar Timur. UMK di kawasan tersebut juga masih cukup terjangkau.
"Indusatri non woven bisa masuk ke Jabar Timur. Potensinya masih cukup besar," pungkas ujar Sutisno.
Indonesia, lanjut dia, bisa mengandopsi sistem permesinan dari China melalui ANFA. Secara teknologi, mereka jauh lebih maju dari mesin di Jabar.
Sekjen Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jabar, Kevin Hartanto mengatakan, pemerintah mesti terus mendorong sektor TPT di Jabar. Saat ini, share produk tekstil Indonesia di kancah internasional baru sekitar dua persen.
"Masuknya non moven diharapkan meningkatkan share produk tekstil Indonesia di pasar dunia," pungkas Kevin.
(izz)