Harga rumah di Makassar tertinggi kedua di Indonesia

Senin, 23 Desember 2013 - 19:26 WIB
Harga rumah di Makassar tertinggi kedua di Indonesia
Harga rumah di Makassar tertinggi kedua di Indonesia
A A A
Sindonews.com - Bisnis property di Makassar menjanjikan, berdasarkan survey Indeks Harga Properti Residensial di Makassar Bank Indonesia (BI), rumah di Makassar menempati harga tertinggi kedua di Indonesia.

Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah I Sulampua Grup Ekonomi dan Keuangam Causa Iman Karana mengatakan, indeks harga properti di triwulan III 2013 untuk posisi Oktober menunjukkan peningkaatan harga sebesar 14,45 persen secara year on year dari 195,75 menjadi 224,04.

Dia menjelaskan, kenaikan harga terjadi pada seluruh tipe rumah dengan kenaikan tertinggi pada rumah tipe menengah atau tipe 36 sampai tipe 70 dengan 14,98 persen secara year on year dengan indeks harga 230,51. Kemudian tipe kecil pada tipe dibawah 36 dengan 14,53 persen atau indeks harga mencapai 272,56, serta kenaikan harga properti residensial tipe besar atau tipe 70 keatas dengan 13,70 persen dengan indeks harga residensial 177,13.

"Dari survey nasional, harga rumah Makassar menempati ke dua setelah Surabaya dan diatas menado," ungkapnya kepada Koran SINDO di ruang kerjanya, Senin (23/12/2013).

Menurut Causa Iman, peningkatan harga rumah diperkirakan berlanjut pada triwulan IV namun sedikit mengalami perlambatan sebesar 14,02 persen secara year on year dengan tingkat serapan 71,02 persen dimana Tipe kecil dengan indeks harga 284,15, tipe menengah 237,13 dan besar 190,45 atau rata-rata 234,98.

Tekanan utama kenaikan harga properti residensial terutama dipicu oleh kenaikan harga bahan bangunan diikuti kenaikan BBM, kenaikan upah pekerja, dan pelemahan nilai rupiah serta kenaikan suku bunga.

"Tingginya harga properti menandakan Sulsel merupakan daerah berkembang yang menjanjikan. Jika dulu hanya sekedar daerah transit sekarang Makassar sudah menjadi kota tinggal," ujarnya.

Karena itu, BI berusaha menjaga supaya tingkat Non Ferporming Loan (NPL) atau kredit macet bisa terjaga. Sayangnya tingkat NPL menunjukkan peningkatan setiap tahun. Untuk posisi Oktober 2013, NPL mencapai 3,49 persen meningkat jika dibanding 2012 lalu yang hanya di posisi 2,8 persen dan 2011 lalu hanya di posisi 2,54 persen.

Meski demikian, lanjut Causa Iman, NPL masih berada di batas ambang sehat yang hanya 5 persen. Ini menunjukkan, masyarakat Sulsel masih menjaga nama baik dan kredibilitas sebagai debitur perbankan.

Dia menambahkan, untuk perkembangan tingkat serapan rumah baru oleh konsumen pada triwulan III-2013 mencapai 74,40 persen. Di triwulan IV-2013 tingkat serapan rumah oleh konsumen menurun menjadi 71,20 persen karena adanya kenaikan suku bunga KPR.

Diketahui, posisi oktober 2013 kredit di sektor properti di Sulsel sebesar Rp16,21 triliun yang didominasi oleh KPR dan KPA sebesar Rp11,07 triliun atau 30,23 persen. Kemudian disusul kredit konstruksi Rp4,17 triliun atau 12,3 persen dan kredit realestate sebesar Rp 0,97 triliun atau 10,06 persen.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6545 seconds (0.1#10.140)