Sejumlah harga komoditas di jakarta melonjak
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah harga kebutuhan pokok di pasaran mengalami kenaikan menjelang hari Raya Natal dan Tahun Baru hingga mencapai 10 persen.
Berdasarkan pantauan di PD Pasar Jaya Kalideres, Jakarta Barat, harga cabai merah keriting yang semula berkisaran Rp35.000 per kilogram, kini mencapai Rp40.000 per kilogram, begitu juga dengan cabai rawit merah yang semula Rp26.000 menjadi Rp35.000, sedangkan tomat yang semulanya Rp8.000 per kilogram menjadi Rp12.000 per kilogram.
Tidak hanya itu, lonjakan harga juga terjadi terhadap minyak goreng. Harga minyak goreng curah yang semula Rp12.000 kini menjadi Rp15.000 per kilogram.
“Untuk sejumlah bumbu dan sayuran memang mengalami kenaikan sejak seminggu lalu. Sebab selain jelang hari raya natal dan pergantian tahun, cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi hasil panen,” kata Amanah,48, seorang pedagang sembako di PD Pasar Jaya Kalideres Senin (23/12/2013).
Ibu yang sudah berdagang sejak 15 tahun di pasar tersebut mengakui jika musim kenaikan harga memang kerap terjadi menjelang hari perayaan. Dia pun berharap agar pemerintah dapat mengatasi hal tersebut. Sebab, ketika mengalami kenaikan, banyak pembeli yang beralih ke pasar swalayan dan mengakibatkan stok penjualan seperti cabai cepat mengering lantaran tidak ada yang membeli.
“Bukan kami yang memainkan kenaikan harga, tapi di Pasar Kramat Jati tempat dimana kami mengambil stok perbelanjaan juga mengalami kenaikan,” ujarnya.
Hal yang sama juga terjadi di Pasar Tomang Barat (Pasar Kopro) di Jl Tanjung Duren Raya, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Di pasar Kopro kenaikan bukan hanya di sejumlah bumbu dapur, sayuran dan minyak. Kenaikan di Pasar Kopro juga terjadi pada penjualan daging.
Untuk ayam potong yang tadinya Rp38.000 menjadi Rp45 ribu per ekor, daging sapi yang semula Rp95.000 menjadi Rp10.000 per kilogram. Sementara telur ayam dari Rp16.000 menjadi Rp18 ribu per kilogram.
Nurahman,43, pedagang daging mengatakan, meski mengalami kenaikan harga, namun pembeli untuk daging sapi maupun ayam tidak berkurang. Sebab, selain kenaikan harga yang tidak begitu tinggi, konsumen daging di kawasan pasar Kopro pun masih tinggi.
“Kawasan Tanjung Duren rata-rata kan perumahan, jadi kenaikan harga yang tidak begitu signifikan tidak mempengaruhi mereka,” ungkapnya.
Sumiyati,35, salah satu pembeli di Pasar Kopro mengeluhkan kenaikan harga yang kerap terjadi jelang hari peryaaan, khususnya harga kebutuhan pokok. Untuk itu dia berharap agar pemerintah memperhatikan kenaikan-kenaiakn harga jelang hari perayaan.
“Mau tidak mau ya saya beli. Tapi kalau biasanya beli cabai sekilo, saya beli setengah atau seperempatnya saja. Lagian kenapa sih kalau hari perayaan, baru harga naik,” ujarnya.
Sementara itu, Asisten Perekonomian Jakarta Barat, Isnawa Adji mengatakan, pihaknya mengakui jika sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga. Namun, menurutnya kenaikan harga tersebut tidak terlalu signifikan dan tidak dalam kurun waktu yang lama seperti apa yang terjadi ketika hari raya Idul Fitri. Untuk itu, pihaknya tidak mengadakan bazar murah ataupun program lainnya.
“Kami tidak menyediakan bazar atau semacamnya. Dalam rapat pimpinan di Gubernur pun tidak dibahas. Kami fokus pada pengamanan Natal dan Tahun Baru saja. Kenaikan harga jelang Natal dan Tahun Baru dampaknya tidak seperti hari raya Idul Fitri yang memakan waktu hingga satu bulan lamanya,” jelasnya.
Berdasarkan pantauan di PD Pasar Jaya Kalideres, Jakarta Barat, harga cabai merah keriting yang semula berkisaran Rp35.000 per kilogram, kini mencapai Rp40.000 per kilogram, begitu juga dengan cabai rawit merah yang semula Rp26.000 menjadi Rp35.000, sedangkan tomat yang semulanya Rp8.000 per kilogram menjadi Rp12.000 per kilogram.
Tidak hanya itu, lonjakan harga juga terjadi terhadap minyak goreng. Harga minyak goreng curah yang semula Rp12.000 kini menjadi Rp15.000 per kilogram.
“Untuk sejumlah bumbu dan sayuran memang mengalami kenaikan sejak seminggu lalu. Sebab selain jelang hari raya natal dan pergantian tahun, cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi hasil panen,” kata Amanah,48, seorang pedagang sembako di PD Pasar Jaya Kalideres Senin (23/12/2013).
Ibu yang sudah berdagang sejak 15 tahun di pasar tersebut mengakui jika musim kenaikan harga memang kerap terjadi menjelang hari perayaan. Dia pun berharap agar pemerintah dapat mengatasi hal tersebut. Sebab, ketika mengalami kenaikan, banyak pembeli yang beralih ke pasar swalayan dan mengakibatkan stok penjualan seperti cabai cepat mengering lantaran tidak ada yang membeli.
“Bukan kami yang memainkan kenaikan harga, tapi di Pasar Kramat Jati tempat dimana kami mengambil stok perbelanjaan juga mengalami kenaikan,” ujarnya.
Hal yang sama juga terjadi di Pasar Tomang Barat (Pasar Kopro) di Jl Tanjung Duren Raya, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Di pasar Kopro kenaikan bukan hanya di sejumlah bumbu dapur, sayuran dan minyak. Kenaikan di Pasar Kopro juga terjadi pada penjualan daging.
Untuk ayam potong yang tadinya Rp38.000 menjadi Rp45 ribu per ekor, daging sapi yang semula Rp95.000 menjadi Rp10.000 per kilogram. Sementara telur ayam dari Rp16.000 menjadi Rp18 ribu per kilogram.
Nurahman,43, pedagang daging mengatakan, meski mengalami kenaikan harga, namun pembeli untuk daging sapi maupun ayam tidak berkurang. Sebab, selain kenaikan harga yang tidak begitu tinggi, konsumen daging di kawasan pasar Kopro pun masih tinggi.
“Kawasan Tanjung Duren rata-rata kan perumahan, jadi kenaikan harga yang tidak begitu signifikan tidak mempengaruhi mereka,” ungkapnya.
Sumiyati,35, salah satu pembeli di Pasar Kopro mengeluhkan kenaikan harga yang kerap terjadi jelang hari peryaaan, khususnya harga kebutuhan pokok. Untuk itu dia berharap agar pemerintah memperhatikan kenaikan-kenaiakn harga jelang hari perayaan.
“Mau tidak mau ya saya beli. Tapi kalau biasanya beli cabai sekilo, saya beli setengah atau seperempatnya saja. Lagian kenapa sih kalau hari perayaan, baru harga naik,” ujarnya.
Sementara itu, Asisten Perekonomian Jakarta Barat, Isnawa Adji mengatakan, pihaknya mengakui jika sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga. Namun, menurutnya kenaikan harga tersebut tidak terlalu signifikan dan tidak dalam kurun waktu yang lama seperti apa yang terjadi ketika hari raya Idul Fitri. Untuk itu, pihaknya tidak mengadakan bazar murah ataupun program lainnya.
“Kami tidak menyediakan bazar atau semacamnya. Dalam rapat pimpinan di Gubernur pun tidak dibahas. Kami fokus pada pengamanan Natal dan Tahun Baru saja. Kenaikan harga jelang Natal dan Tahun Baru dampaknya tidak seperti hari raya Idul Fitri yang memakan waktu hingga satu bulan lamanya,” jelasnya.
(gpr)