Bali dikhawatirkan jadi pariwisata massal

Rabu, 25 Desember 2013 - 15:03 WIB
Bali dikhawatirkan jadi...
Bali dikhawatirkan jadi pariwisata massal
A A A
Sindonews.com - Pesatnya pembangunan sarana akomodasi wisata seperti vila dan hotel jika tidak dikendalikan dikhawatirkan dapat menggeser destinasi Pulau Bali menjadi "mass tourism".

Kekhawatiran destinasi Bali bakal ditinggalkan itu, disampaikan Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali I Gusti Ngurah Wijaya ketika ditanya proyeksi pariwisata Bali 2014.

Menurutnya, saat ini pembangunan besar-besaran akomodasi untuk industri pariwisata di wilayah Bali Selatan dinilai sudah berlebihan.

Imbas dari pesatnya penambahan jumlah kamar akibat pesatnya pembangunan akomodasi mulai terlihat penurunan tingkat hunian hotel pada hari biasa karena jumlah tamu tidak mengalami peningkatan signifikan. "Yang saya amati, terjadi stagnasi, naik namun tidak signifikan," tukasnya saat dihubungi, Rabu (25/12/2013).

Demikian pula, lanjut dia, tahun ini Bali kehilangan banyak penghargaan dunia dalam bidang pariwisata dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Dia mengkhawatirkan, 2014 ada penurunan destinasi Bali yang dikenal pariwisata yang mengandalkan budaya masyarakatnya bergeser menjadi pariwisata massif.

Pembangunan infrastruktur akomdasi wisata sudah terlalu banyak belum lagi ditambah dengan pemukiman yang terus berkembang samakin menggerus potensi wisata masyarakat dan alam di Pulau Dewata.

"Kami takutnya ke depan, pariwisata budaya berubah ke pariwisata yang mengandalkan jumlah pengunjung atau mass taurism," imbuh pemilik Segara Village Sanur itu.

Karenanya, dia berharap secepatnya ada langkah tegas agar pertumbuhan sarana akomodasi wisata dikendalikan. Bukan saja akan melahirkan persaingan tidak sehat di industri pariwisata, namun juga semakin merudak pemandangan dan menggerus keberadaan jalur-jalur hijau yang telah ditetapkan pemerintah.

Pemerintah harus tegas dalam menegakkan aturan seperti menyangkut Perda RUTR maupun jalur hijau, jangan sampai dikorbankan atas nama pembangunan pariwisata ataupun perumahan.

"Jangan lagi, hanya karena investor yang gagal berinvetasi di Jakarta atau Surabaya lalu memindahkan investasinya di Bali, namun tidak memperhatikan daya dukung dan destinasi parwisata Bali yang sesungguhnya," pungkas Ngurah Wijaya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8238 seconds (0.1#10.140)