Rupiah akhir tahun berpotensi ditutup Rp12.400
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat pasar uang dari PT Bank Saudara Rully Nova mengatakan, sentimen yang datang dari luar masih mendominasi sentimen-sentimen yang mewarnai laju rupiah dan menyumbang tekanan yang mengakibatkan pelemahan mata uang domestik di sisa tahun ini.
"Sentimen eksternal masih dominan. Data ekonomi Amerika Serikat yang semakin baik ini membuat ekspektasi market terhadap dolar (USD) semakin kuat," kata Rully kepada Sindonews, Jumat (27/12/2013).
Dari Amerika Serikat, dia menjelaskan, pelaku pasar melihat adanya kecenderungan penguatan pada ekonomi negara Paman Sam tersebut didorong faktor turunnya klaim tunjangan pengangguran minggun (weekly jobless claim) sebesar 42.000 unit pekerjaan menjadi 338.000 serta naiknya penjualan retail bulan November dan Desember.
Sementara dari dalam negeri, Rully menuturkan, faktor perlambatan ekonomi masih menjadi perhatian utama dari pelaku pasar. "Kita kan tahu ekonomi Indonesia melambat terus dari semula 6,5 persen, turun ke 6 persen, sekarang sudah di bawah 6 persen malah di level 5,7-an persen," tutur dia.
Dengan demikian, lanjut Rully, kombinasi kedua faktor besar tersebut akan menciptakan semacam tekanan ganda yang menghambat keinginan rupiah berbalik arah menguat. Alih-alih bisa menguat, rupiah justru diproyeksi berpotensi menyentuh level Rp12.400 per USD pada penutupan tahun ini.
"Kombinasi penguatan ekonomi Amerika, ditambah proyeksi pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat posisi rupiah terhada dolar semakin tertekan. Akhir tahun mungkin bisa ke level Rp12.300-12.400 per USD," prediksi Rully.
Sore ini, nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg ditutup di level Rp12.261 per USD. Posisi ini terdepresiasi 60 poin dibanding penutupan Selasa (24/12/2013) di level Rp12.201 per USD.
Sementara posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini di level Rp12.260 per USD atau terdepresiasi 45 poin dibanding hari Selasa di level Rp12.215/USD.
"Sentimen eksternal masih dominan. Data ekonomi Amerika Serikat yang semakin baik ini membuat ekspektasi market terhadap dolar (USD) semakin kuat," kata Rully kepada Sindonews, Jumat (27/12/2013).
Dari Amerika Serikat, dia menjelaskan, pelaku pasar melihat adanya kecenderungan penguatan pada ekonomi negara Paman Sam tersebut didorong faktor turunnya klaim tunjangan pengangguran minggun (weekly jobless claim) sebesar 42.000 unit pekerjaan menjadi 338.000 serta naiknya penjualan retail bulan November dan Desember.
Sementara dari dalam negeri, Rully menuturkan, faktor perlambatan ekonomi masih menjadi perhatian utama dari pelaku pasar. "Kita kan tahu ekonomi Indonesia melambat terus dari semula 6,5 persen, turun ke 6 persen, sekarang sudah di bawah 6 persen malah di level 5,7-an persen," tutur dia.
Dengan demikian, lanjut Rully, kombinasi kedua faktor besar tersebut akan menciptakan semacam tekanan ganda yang menghambat keinginan rupiah berbalik arah menguat. Alih-alih bisa menguat, rupiah justru diproyeksi berpotensi menyentuh level Rp12.400 per USD pada penutupan tahun ini.
"Kombinasi penguatan ekonomi Amerika, ditambah proyeksi pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat posisi rupiah terhada dolar semakin tertekan. Akhir tahun mungkin bisa ke level Rp12.300-12.400 per USD," prediksi Rully.
Sore ini, nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg ditutup di level Rp12.261 per USD. Posisi ini terdepresiasi 60 poin dibanding penutupan Selasa (24/12/2013) di level Rp12.201 per USD.
Sementara posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini di level Rp12.260 per USD atau terdepresiasi 45 poin dibanding hari Selasa di level Rp12.215/USD.
(rna)