Pelemahan rupiah ancam perajin sepatu di Bandung
A
A
A
Sindonews.com - Selain perajin rajut, sentra kerajinan lainnya yang terkena dampak pelemahan rupiah yaitu industri sepatu di Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Manager Umum JK Collection, Eka Rismantara mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan kenaikan biaya operasional, akibat harga bahan baku kulit impor yang terus melambung. Sementara, sekitar 30 persen perajin sepatu masih mengandalkan kulit impor.
"Kami berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret menekan dolar AS, agar harga kulit impor terjangkau," kata dia, Jumat (27/12/2013).
Menurutnya, dengan naiknya biaya operasional, pihaknya pun terpaksa harus melakukan penyesuaian harga jual produk. Rencananya, pada 2014 perusahaannya akan menaikkan harga produk hingga 25 persen.
Untuk mengimbangi kenaikan herga kulit, pihaknya berencana meningkatkan volume ekspor, dengan membuka pasar baru di beberapa negara. Misalnya ekspor ke Timur Tengah dan Afrika.
Eka mengatakan, permintaan sepatu di Afrika mencapai 7.500-10.000 pasang per bulan. Di Timur Tengah, kebutuhan sepatu mencapai 10 ribu pasang per bulan.
"Kami menargetkan menyuplai sekitar 20 persen dari kebutuhan sepatu di kedua kawasan tersebut, walaupun persaingan dengan produk sejenis dari negara lainnya cukup ketat," pungkasnya.
Manager Umum JK Collection, Eka Rismantara mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan kenaikan biaya operasional, akibat harga bahan baku kulit impor yang terus melambung. Sementara, sekitar 30 persen perajin sepatu masih mengandalkan kulit impor.
"Kami berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret menekan dolar AS, agar harga kulit impor terjangkau," kata dia, Jumat (27/12/2013).
Menurutnya, dengan naiknya biaya operasional, pihaknya pun terpaksa harus melakukan penyesuaian harga jual produk. Rencananya, pada 2014 perusahaannya akan menaikkan harga produk hingga 25 persen.
Untuk mengimbangi kenaikan herga kulit, pihaknya berencana meningkatkan volume ekspor, dengan membuka pasar baru di beberapa negara. Misalnya ekspor ke Timur Tengah dan Afrika.
Eka mengatakan, permintaan sepatu di Afrika mencapai 7.500-10.000 pasang per bulan. Di Timur Tengah, kebutuhan sepatu mencapai 10 ribu pasang per bulan.
"Kami menargetkan menyuplai sekitar 20 persen dari kebutuhan sepatu di kedua kawasan tersebut, walaupun persaingan dengan produk sejenis dari negara lainnya cukup ketat," pungkasnya.
(izz)