Petani keramba harapkan pinjaman lunak perbankan
A
A
A
Sindonews.com - Minimnya akses permodalan yang ditujukan pada petani keramba yang berada di wilayah Waduk Kedung Ombo (WKO) Sragen, Jawa Tengah, membuat para petani kesulitan untuk mengembangkan usaha.
Hartono, salah satu petani karamba warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sumberlawang, Sragen mengakui meski sudah lama menjadi petani karamba, namun belum mampu lepas dari keterbatasan ekonomi.
Padahal usaha karamba yang saat ini ditekuni, sangat diandalkan untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Namun apa daya, di saat perekonomian tengah lesu, dirinya dan petani karamba lainnya di Waduk Kedung Ombo (WKO) rata-rata hidup dalam keterbatasan ekonomi.
"Saya sangat berharap agar bisa mendapatkan pinjaman lunak agar bisa memperluas jumlah karamba," ungkapnya saat berbincang di Waduk WKO, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (3/1/2014).
Dampak dari minimnya modal, diakui Hartono, berimbas ke jumlah ikan yang dibudidayakan para petani karamba sangat terbatas. Masih ditambah bila ikan yang ditangkar di karamba terserang penyakit, memperburuk hasil panen.
"Kalau sudah begini, mau diapakan lagi. Apalagi kalau ikan-ikan di karamba terserang penyakit, pusing saya. Soalnya tiap musim panen ikan banyak yang mati terserang penyakit," jelasnya.
Idealnya, ungkap Hartono, tiap petani karamba setidaknya memelihara 3.000 ekor tiap petak keramba. Karena modal yang minim tiap petak keramba hanya diisi sekitar 1.500 ekor. Yang siap panen tinggal 1.000 ekor, sisanya mati atau hilang.
Hartono sangat berharap pemerintah dapat memberikan stimulus kepada petani. Setidaknya pinjaman modal kerja atau bantuan pinjaman lunak bagi para petani karamba di kawasan WKO. Pasalnya, tanpa bantuan stimulus dari pemerintah, pihak perbankan enggan mengucurkan permodalan yang sangat diharapkan para petani karamba.
"Selama ini pihak petani sulit mengakses pinjaman dari bank, karena prosedur yang berbelit dan harus mengunakan jaminan juga bunga bank yang tinggi, petani tidak bisa mengajukan kredit," pungkasnya.
Hartono, salah satu petani karamba warga Desa Sidorejo, Kecamatan Sumberlawang, Sragen mengakui meski sudah lama menjadi petani karamba, namun belum mampu lepas dari keterbatasan ekonomi.
Padahal usaha karamba yang saat ini ditekuni, sangat diandalkan untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Namun apa daya, di saat perekonomian tengah lesu, dirinya dan petani karamba lainnya di Waduk Kedung Ombo (WKO) rata-rata hidup dalam keterbatasan ekonomi.
"Saya sangat berharap agar bisa mendapatkan pinjaman lunak agar bisa memperluas jumlah karamba," ungkapnya saat berbincang di Waduk WKO, Sragen, Jawa Tengah, Jumat (3/1/2014).
Dampak dari minimnya modal, diakui Hartono, berimbas ke jumlah ikan yang dibudidayakan para petani karamba sangat terbatas. Masih ditambah bila ikan yang ditangkar di karamba terserang penyakit, memperburuk hasil panen.
"Kalau sudah begini, mau diapakan lagi. Apalagi kalau ikan-ikan di karamba terserang penyakit, pusing saya. Soalnya tiap musim panen ikan banyak yang mati terserang penyakit," jelasnya.
Idealnya, ungkap Hartono, tiap petani karamba setidaknya memelihara 3.000 ekor tiap petak keramba. Karena modal yang minim tiap petak keramba hanya diisi sekitar 1.500 ekor. Yang siap panen tinggal 1.000 ekor, sisanya mati atau hilang.
Hartono sangat berharap pemerintah dapat memberikan stimulus kepada petani. Setidaknya pinjaman modal kerja atau bantuan pinjaman lunak bagi para petani karamba di kawasan WKO. Pasalnya, tanpa bantuan stimulus dari pemerintah, pihak perbankan enggan mengucurkan permodalan yang sangat diharapkan para petani karamba.
"Selama ini pihak petani sulit mengakses pinjaman dari bank, karena prosedur yang berbelit dan harus mengunakan jaminan juga bunga bank yang tinggi, petani tidak bisa mengajukan kredit," pungkasnya.
(gpr)