Ini tiga hambatan industri TPT 2014
A
A
A
Sindonews.com - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan jumlah ekspor produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) pada 2014 sebesar USD13,3 miliar.
Negara tujuan ekspor tekstil masih tetap, yakni Amerika Serikat (AS) dan negara Uni Eropa. Negara tujuan lainnya adalah Jepang, Timur Tengah, dan negara ASEAN lainnya.
Ketua Umum API, Ade Sudrajat mengatakan, target 2014 tersebut sama dengan realisasi ekspor TPT 2013. Menurutnya, industri TPT akan tumbuh stagnan tahun ini karena adanya berbagai tekanan yang berasal dari dalam negeri.
"Setidaknya ada tiga tekanan yang menghambat perkembangan industri TPT tahun ini. (Tekanan) Itu mengakibatkan biaya produksi meningkat," kata Ade kepada Koran Sindo, Selasa (7/1/2014).
Menurutnya, tekanan pertama berupa kenaikan suku bank menjadi 7,5 persen yang menyebabkan pinjaman modal menjadi mahal. Selain itu kenaikan tarif dasar listrik (TDL) setiap tahun juga turut membebani. Pada 2014, selain mengalami kenaikan TDL sebesar 39 persen, pihaknya juga diharuskan untuk membayar angsuran cicilan tagihan listrik akibat kenaikan pada 2013.
Sedangkan faktor terakhir adalah adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang telah menyebabkan ratusan perusahaan melakukan relokasi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dia menjelaskan, relokasi tersebut dilakukan demi keberlangsungan industri TPT yang akan tercapai dalam jangka waktu 10-12 tahun ke depan. Dalam rentang waktu tersebut, permintaan dan penawaran terhadap produk TPT akan meningkat tajam.
Selain itu, relokasi juga menyebabkan semakin terbukanya lapangan kerja khususnya di Jawa Tengah. Saat ini ada sekolah yang melatih 2.200 orang per bulan tenaga kerja terampil. Ade mengaku jumlah tersebut masih kurang untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja TPT Jawa Tengah.
"Semua industri yang relokasi sudah mulai berproduksi. Jateng akan menjadi pusat industrialisasi dan pendidikan TPT nasional. Pendidikan juga gratis karena dibiayai pemerintah Jawa Tengah," kata dia.
Sementara, Kementerian Perindustrian menargetkan tahun ini industri TPT, barang kulit dan alas kaki tumbuh 5,5 persen sampai 5,8 persen. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, industri ini bersama dengan industri logam dasar besi dan baja serta industri alat angkutan, mesin dan peralatannya diharapkan menjadi motor pertumbuhan industri manufaktur.
"Jika upaya maksimal dilakukan, industri non migas bisa tumbuh sekitar 6 persen," kata Hidayat belum lama ini.
Sepanjang 2013, Kemenperin telah memberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 145 perusahaan senilai Rp110,5 miliar.
Investasi yang tercipta mencapai Rp1,39 triliun. Sementara, sebanyak 36 perusahaan industri TPT, alas kaki, dan penyamakan kulit masih dalam daftar tunggu sebagai peserta restrukturisasi dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp40,13 miliar.
Ade mengatakan, bantuan pemerintah melalui program restrukturisasi mesin bakal terhenti di 2014. "Pasalnya industri tidak akan melakukan pembelian mesin karena nilai tukar rupiah terhadap dolar yang diatas Rp12.000," pungkasnya.
Negara tujuan ekspor tekstil masih tetap, yakni Amerika Serikat (AS) dan negara Uni Eropa. Negara tujuan lainnya adalah Jepang, Timur Tengah, dan negara ASEAN lainnya.
Ketua Umum API, Ade Sudrajat mengatakan, target 2014 tersebut sama dengan realisasi ekspor TPT 2013. Menurutnya, industri TPT akan tumbuh stagnan tahun ini karena adanya berbagai tekanan yang berasal dari dalam negeri.
"Setidaknya ada tiga tekanan yang menghambat perkembangan industri TPT tahun ini. (Tekanan) Itu mengakibatkan biaya produksi meningkat," kata Ade kepada Koran Sindo, Selasa (7/1/2014).
Menurutnya, tekanan pertama berupa kenaikan suku bank menjadi 7,5 persen yang menyebabkan pinjaman modal menjadi mahal. Selain itu kenaikan tarif dasar listrik (TDL) setiap tahun juga turut membebani. Pada 2014, selain mengalami kenaikan TDL sebesar 39 persen, pihaknya juga diharuskan untuk membayar angsuran cicilan tagihan listrik akibat kenaikan pada 2013.
Sedangkan faktor terakhir adalah adanya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang telah menyebabkan ratusan perusahaan melakukan relokasi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dia menjelaskan, relokasi tersebut dilakukan demi keberlangsungan industri TPT yang akan tercapai dalam jangka waktu 10-12 tahun ke depan. Dalam rentang waktu tersebut, permintaan dan penawaran terhadap produk TPT akan meningkat tajam.
Selain itu, relokasi juga menyebabkan semakin terbukanya lapangan kerja khususnya di Jawa Tengah. Saat ini ada sekolah yang melatih 2.200 orang per bulan tenaga kerja terampil. Ade mengaku jumlah tersebut masih kurang untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja TPT Jawa Tengah.
"Semua industri yang relokasi sudah mulai berproduksi. Jateng akan menjadi pusat industrialisasi dan pendidikan TPT nasional. Pendidikan juga gratis karena dibiayai pemerintah Jawa Tengah," kata dia.
Sementara, Kementerian Perindustrian menargetkan tahun ini industri TPT, barang kulit dan alas kaki tumbuh 5,5 persen sampai 5,8 persen. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, industri ini bersama dengan industri logam dasar besi dan baja serta industri alat angkutan, mesin dan peralatannya diharapkan menjadi motor pertumbuhan industri manufaktur.
"Jika upaya maksimal dilakukan, industri non migas bisa tumbuh sekitar 6 persen," kata Hidayat belum lama ini.
Sepanjang 2013, Kemenperin telah memberikan bantuan potongan harga dalam rangka restrukturisasi permesinan industri TPT, alas kaki dan penyamakan kulit sebanyak 145 perusahaan senilai Rp110,5 miliar.
Investasi yang tercipta mencapai Rp1,39 triliun. Sementara, sebanyak 36 perusahaan industri TPT, alas kaki, dan penyamakan kulit masih dalam daftar tunggu sebagai peserta restrukturisasi dengan perkiraan nilai bantuan sebesar Rp40,13 miliar.
Ade mengatakan, bantuan pemerintah melalui program restrukturisasi mesin bakal terhenti di 2014. "Pasalnya industri tidak akan melakukan pembelian mesin karena nilai tukar rupiah terhadap dolar yang diatas Rp12.000," pungkasnya.
(izz)