REI Sulsel targetkan transaksi Rp1,5 T
A
A
A
Sindonews.com - Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Sulawesi Selatan (Sulsel) optimis mampu membukukan transaksi penjualan properti tahun ini sebesar Rp1,5 triliun, atau naik 30 persen dibanding 2013 sebesar Rp1 triliun.
Sekretaris DPD REI Sulsel, Arief Mone mengungkapkan, pihaknya tidak ingin terlalu muluk dalam memberikan target. Sebab pengetatan Loan to Value (LTV) dan ketentuan kredit indent membuat banyak pengembang tak bisa bergerak leluasa.
"Dua kebijakan ini yang sangat berpengaruh. Makanya pada 2013 ada sekitar 30 persen dari 360 pengembang yang tercatat sebagai anggota REI yang untuk sementara menghentikan aktivitas pembangunan," ungkapnya kepada Koran Sindo, Senin (23/1/2014).
Meski demikian, dia yakin jika pelemahan finansial tersebut tidak akan berlangsung lama. Jiwa petarung dan semangat bisnis yang dimiliki anggota REI diyakini sebagai modal kuat untuk kembali bangkit.
Menurutnya, pembangunan tahun ini akan lebih banyak ke sektor rumah bersubsidi melalui skema pembiayaan melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Pembangunan rumah jenis ini yang ditargetkan 10 ribu unit dengan harga jual Rp105 juta atau mengalami kenaikan Rp16 juta dibanding harga jual pada 2012.
"SK kenaikan rumah bersubsidi sudah sampai kepada kami. Tinggal menunggu Permen (Peraturan Menteri) nya saja. Untuk pembanguna rumah bersubsidi ini akan dipusatkan di Maros dan Gowa," ujar dia.
Sementara, lanjut Arief, untuk segmen menengah ke atas akan dibangun 5000 unit. Klaster terbanyak adalah segmen menengah dengan harga jual antara Rp150 juta sampai Rp300 juta. Di segmen ini kenaikan harga rumah hanya dikisaran lima persen.
Sekretaris DPD REI Sulsel, Arief Mone mengungkapkan, pihaknya tidak ingin terlalu muluk dalam memberikan target. Sebab pengetatan Loan to Value (LTV) dan ketentuan kredit indent membuat banyak pengembang tak bisa bergerak leluasa.
"Dua kebijakan ini yang sangat berpengaruh. Makanya pada 2013 ada sekitar 30 persen dari 360 pengembang yang tercatat sebagai anggota REI yang untuk sementara menghentikan aktivitas pembangunan," ungkapnya kepada Koran Sindo, Senin (23/1/2014).
Meski demikian, dia yakin jika pelemahan finansial tersebut tidak akan berlangsung lama. Jiwa petarung dan semangat bisnis yang dimiliki anggota REI diyakini sebagai modal kuat untuk kembali bangkit.
Menurutnya, pembangunan tahun ini akan lebih banyak ke sektor rumah bersubsidi melalui skema pembiayaan melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Pembangunan rumah jenis ini yang ditargetkan 10 ribu unit dengan harga jual Rp105 juta atau mengalami kenaikan Rp16 juta dibanding harga jual pada 2012.
"SK kenaikan rumah bersubsidi sudah sampai kepada kami. Tinggal menunggu Permen (Peraturan Menteri) nya saja. Untuk pembanguna rumah bersubsidi ini akan dipusatkan di Maros dan Gowa," ujar dia.
Sementara, lanjut Arief, untuk segmen menengah ke atas akan dibangun 5000 unit. Klaster terbanyak adalah segmen menengah dengan harga jual antara Rp150 juta sampai Rp300 juta. Di segmen ini kenaikan harga rumah hanya dikisaran lima persen.
(izz)