UMKM harus keluar dari produk konvensional
A
A
A
Sindonews.com - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki peluang sama besarnya dengan negara-negara Asia Tengara untuk memenangkan pasar dan bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang bakal dimulai 2015 mendatang.
Hanya saja, untuk mampu bersaing UMKM harus memiliki inovasi produk, keluar dari produk konvensional dan terpenting juga mendapat dukungan pemangku kebijakan.
Hal itu diungkapkan oleh Praktisi Ekonomi Reinald Kasali disela Young Entrepreneurs Forum, Jumat (24/1/2014) di Semarang. Menurut Dia, Era MEA 2015, menjadi pergerakan barang produksi secara bebas di kawasan Asia Tenggara dan itu menjadi peluang besar bagi produk-produk UMKM untuk bersaing.
"Namun dibutuhkan kekuatan yang berbeda untuk bersaing dengan negara tetangga dengan kepemilikan sumber daya yang hampir sama. Kekuatan kita adalah inovasi," katanya.
Dia menyebutkan, untuk mendorong inovasi di kalangan pelaku UMKM, juga dibutuhkan dorongan dari wirausahawan muda, untuk berdampingan dengan UMKM sehingga tidak mematikan sektor tersebut.
Sebagai langkah menuju persaingan yang tidak bisa dihindari, Reinald menegaskan pentingnya UMKM mengelola bisnis lebih modern dengan inovasi produk, manajemen usaha serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
"UMKM kita masih banyak yang belum mampu mengelola bisnis sesuai dengan standar internasional," imbuhnya.
Dia mencontohkan, negara tetangga Thailand misalnya. Negara Gajah Putih itu diprediksi bakal mampu mengirim beras ke Semarang dalam waktu dekat ini.
Kenapa bisa terjadi? Menurut Reinal, Thailand memiliki regulasi dan pembinaan usaha mikro lebih jeli dibandingkan Indonesia. Mereka memiliki pelabuhan bagus dan memiliki subsidi tepat guna. Bahkan petani disubsidi hingga punya sertifikat dan bankable. "Kekuatan itu yang belum kita miliki," tandasnya.
Terpisah, Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) Purbaya Budi Santoso mengemukakan, UMKM di Indonesia khususnya Jawa Tengah memang agak sulit untuk mampu bersaing dengan negara-negara tetangga, dikarenakan usaha mikro di negara tetangga sudah mapan.
"Performance UMKM kita masih kurang jadi sulit untuk bersaing di pasar internasional," katanya.
Meski demikian, kata Dia, bukan berarti produk UMKM Indonesia tidak mampu bersaing. UMKM Indonesia saat ini hanya adanya pembinaan yang berkelanjutan, dari pemerintah dan adanya standar mutu yang sesuai dengan standar internasional.
Dengan mememiliki standar mutu dan pembinaan jelas maka dipastikan akan mampu bersaing dengan negara-negara tetangga. "Contohnya produk jenang Mubarok dari Kudus yang saat ini sudah mampu menembus pasar luar negeri, karena memang memiliki standar mutu sesuai dengan standar internasional," jelasnya.
Hanya saja, untuk mampu bersaing UMKM harus memiliki inovasi produk, keluar dari produk konvensional dan terpenting juga mendapat dukungan pemangku kebijakan.
Hal itu diungkapkan oleh Praktisi Ekonomi Reinald Kasali disela Young Entrepreneurs Forum, Jumat (24/1/2014) di Semarang. Menurut Dia, Era MEA 2015, menjadi pergerakan barang produksi secara bebas di kawasan Asia Tenggara dan itu menjadi peluang besar bagi produk-produk UMKM untuk bersaing.
"Namun dibutuhkan kekuatan yang berbeda untuk bersaing dengan negara tetangga dengan kepemilikan sumber daya yang hampir sama. Kekuatan kita adalah inovasi," katanya.
Dia menyebutkan, untuk mendorong inovasi di kalangan pelaku UMKM, juga dibutuhkan dorongan dari wirausahawan muda, untuk berdampingan dengan UMKM sehingga tidak mematikan sektor tersebut.
Sebagai langkah menuju persaingan yang tidak bisa dihindari, Reinald menegaskan pentingnya UMKM mengelola bisnis lebih modern dengan inovasi produk, manajemen usaha serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
"UMKM kita masih banyak yang belum mampu mengelola bisnis sesuai dengan standar internasional," imbuhnya.
Dia mencontohkan, negara tetangga Thailand misalnya. Negara Gajah Putih itu diprediksi bakal mampu mengirim beras ke Semarang dalam waktu dekat ini.
Kenapa bisa terjadi? Menurut Reinal, Thailand memiliki regulasi dan pembinaan usaha mikro lebih jeli dibandingkan Indonesia. Mereka memiliki pelabuhan bagus dan memiliki subsidi tepat guna. Bahkan petani disubsidi hingga punya sertifikat dan bankable. "Kekuatan itu yang belum kita miliki," tandasnya.
Terpisah, Ekonom Universitas Diponegoro (Undip) Purbaya Budi Santoso mengemukakan, UMKM di Indonesia khususnya Jawa Tengah memang agak sulit untuk mampu bersaing dengan negara-negara tetangga, dikarenakan usaha mikro di negara tetangga sudah mapan.
"Performance UMKM kita masih kurang jadi sulit untuk bersaing di pasar internasional," katanya.
Meski demikian, kata Dia, bukan berarti produk UMKM Indonesia tidak mampu bersaing. UMKM Indonesia saat ini hanya adanya pembinaan yang berkelanjutan, dari pemerintah dan adanya standar mutu yang sesuai dengan standar internasional.
Dengan mememiliki standar mutu dan pembinaan jelas maka dipastikan akan mampu bersaing dengan negara-negara tetangga. "Contohnya produk jenang Mubarok dari Kudus yang saat ini sudah mampu menembus pasar luar negeri, karena memang memiliki standar mutu sesuai dengan standar internasional," jelasnya.
(gpr)