Jero Wacik terus perjuangkan pembangunan kilang
A
A
A
Sindonews.com - Menteri ESDM Jero Wacik menegaskan kembali pentingnya pembangunan kilang minyak untuk ketahanan energi nasional. Pertengahan Februari mendatang, tim khusus pembangunan kilang akan melakukan market consultation ke luar negeri untuk mencari investor.
Semula, pemerintah merencanakan akan membangun kilang dengan menggunakan dana APBN yang biayanya diperkirakan sekitar USD9 miliar atau Rp90 triliun. Namun dalam perkembangannya, pemerintah berencana menggandeng swasta untuk membangun kilang tersebut.
Tentunya, pemerintah diharapkan dapat memberikan kemudahan di bidang fiskal dan insentif lainnya agar investor tertarik.
Jero Wacik mengatakan, masih ada paradigma di kementerian lain bahwa pembangunan kilang harus memperhitungkan keuntungannya juga. Padahal, pembangunan kilang tak ubahnya seperti membeli kapal perang atau tank yang berfungsi sebagai pertahanan negara.
“Jangan melihat untungnya karena itu (kilang) untuk menjaga negeri. Kalau ada apa-apa di Timur Tengah, bisa kacau negeri kita. Kami perjuangkan itu, cuma belum berhasil,” kata Wacik dikutip dari situs resmi ESDM, Jumat (31/1/2014).
Dirjen Migas Kementerian ESDM A Edy Hermantoro menambahkan, tim akan melakukan market consultation itu, terdiri dari wakil Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan dan BKPM.
Dalam pertemuan dengan calon investor nantinya, pemerintah akan menyampaikan item-item yang telah disiapkan oleh pemerintah dan kerja sama yang diharapkan dari pihak investor.
Terkait pembangunan kilang ini, pada 2013 pemerintah telah dilakukan feasibility study (FS) dan pada 2014 direncanakan akan dilakukan BED dan FEED.
Menurut Edy, hal yang paling penting dari pembangunan kilang tersebut adalah ketersediaan lahan. Saat ini, sedang dilakukan diskusi mengenai lahan yang dimiliki negara dengan luas yang cukup untuk pembangunan kilang.
“Lahannya yang punya aset negara sudah ada, cukup untuk kilang. Tinggal datangkan investor,” ujarnya.
Pembangunan kilang minyak dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Untuk kawasan Asia Pasifik, kilang terakhir kali dibangun pada 1998.
Khusus Indonesia, kilang yang usianya paling muda dan dapat memberikan keuntungan adalah Balongan yang dibangun 1994. Sementara kilang-kilang lainnya, keuntungannya sangat kecil karena telah berumur tua lantaran dibangun tahun 70-an.
Semula, pemerintah merencanakan akan membangun kilang dengan menggunakan dana APBN yang biayanya diperkirakan sekitar USD9 miliar atau Rp90 triliun. Namun dalam perkembangannya, pemerintah berencana menggandeng swasta untuk membangun kilang tersebut.
Tentunya, pemerintah diharapkan dapat memberikan kemudahan di bidang fiskal dan insentif lainnya agar investor tertarik.
Jero Wacik mengatakan, masih ada paradigma di kementerian lain bahwa pembangunan kilang harus memperhitungkan keuntungannya juga. Padahal, pembangunan kilang tak ubahnya seperti membeli kapal perang atau tank yang berfungsi sebagai pertahanan negara.
“Jangan melihat untungnya karena itu (kilang) untuk menjaga negeri. Kalau ada apa-apa di Timur Tengah, bisa kacau negeri kita. Kami perjuangkan itu, cuma belum berhasil,” kata Wacik dikutip dari situs resmi ESDM, Jumat (31/1/2014).
Dirjen Migas Kementerian ESDM A Edy Hermantoro menambahkan, tim akan melakukan market consultation itu, terdiri dari wakil Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan dan BKPM.
Dalam pertemuan dengan calon investor nantinya, pemerintah akan menyampaikan item-item yang telah disiapkan oleh pemerintah dan kerja sama yang diharapkan dari pihak investor.
Terkait pembangunan kilang ini, pada 2013 pemerintah telah dilakukan feasibility study (FS) dan pada 2014 direncanakan akan dilakukan BED dan FEED.
Menurut Edy, hal yang paling penting dari pembangunan kilang tersebut adalah ketersediaan lahan. Saat ini, sedang dilakukan diskusi mengenai lahan yang dimiliki negara dengan luas yang cukup untuk pembangunan kilang.
“Lahannya yang punya aset negara sudah ada, cukup untuk kilang. Tinggal datangkan investor,” ujarnya.
Pembangunan kilang minyak dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Untuk kawasan Asia Pasifik, kilang terakhir kali dibangun pada 1998.
Khusus Indonesia, kilang yang usianya paling muda dan dapat memberikan keuntungan adalah Balongan yang dibangun 1994. Sementara kilang-kilang lainnya, keuntungannya sangat kecil karena telah berumur tua lantaran dibangun tahun 70-an.
(gpr)