Kerugian pengusaha Jateng akibat banjir capai Rp30 M

Senin, 03 Februari 2014 - 10:11 WIB
Kerugian pengusaha Jateng akibat banjir capai Rp30 M
Kerugian pengusaha Jateng akibat banjir capai Rp30 M
A A A
Sindonews.com - Banjir yang masih terus terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah berdampak besar pada dunia industri. Selama dua pekan banjir yang terjadi di Jateng, pelaku industri diperkirakan mengalami kerugian mencapai Rp30 miliar.

Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengaku, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah terutama wilayah Pantura, merupakan yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

“Selama dua minggu banjir ini secara hitungan kasar kerugian pengusaha mencapai Rp20-30 miliar. Ini hanya hitungan kasar, belum dihitung secara rinci, “ katanya kepada SINDO, Minggu (2/2/2014).

Akibat banjir, barang-barang yang menjadi bahan produksi banyak yang rusak, sehingga mendatangkan kerugian, selain itu faktor produksi juga mengalami keterlambatan karena pasokan bahan terhambat. Disisi lain distribusi barang juga menjadi terhambat, karena jalur transportasi mengalami kemacetan, bahkan sempat terputus.

“Banjir kali ini memang luar biasa, banyak pabrik-pabrik yang terkena banjir dan akhirnya menghentikan aktifitas pekerjaannya. Tentu dengan begini produktivitas menjadi menurun, dan akhirnya berdampak pada kergian,” jelasnya.

Dengan jalur transportasi yang terhambat, Frans mengatakan, berdampak pula di daerah-daerah yang tidak terkena banjir, karena barang tidak bisa didistribusikan. “Akibatnya apa? Barang menjadi langka, dan pasti harga akan langsung naik,” tuturnya.

Pengusaha yang juga Waki Ketua Bidang Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng ini berharap, pemerintah harus segera mengatasi masalah banjir yang terjadi di Jawa Tengah. Karena apabila hal ini masih terus berlarut-larut kerugian dunia usaha di Jateng akan semakin besar.

Menurut Dia, pengusaha saat ini dihadapkan pada posisi sulit, di satu sisi dihadapkan dengan masalah banjir, di satu sisi lain dihadapkan dengan rencana pencabutan subsidi listrik, yang akan berdampak pada kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Ditambah lagi dengan kondisi kurs Dollar yang masih belum stabil.

“Sebentar lagi akan ada kenaikan TDL, nilai tukar rupiah yang tidak jelas, hal ini akan menyebabkan daya saing menjadi menurut karena harga pokok meningkat. Kalau seperti ini, kita tidak akan mampu bersaing dengan pasar Global,” tandasnya.

Terisah General Manajer PT Sandang Asia Maju Abadi Dedi Mulyadi menyebutkan, kondisi cuaca buruk yang masih terjadi di Jawa Tengah membuat perusahaanya merugi hingga mencapai Rp1 miliar.

Kerugian terbesar terjadi pada transportasi untuk ekspor. Pasalnya ekspor yang biasanya menggunakan kapal laut kali ini harus menggunakan pesawat terbang yang tarifnya lebih mahal.

“Perusaha kita kan perusahan garmen, dan kita miliki lifetime hanya 45 hari, kalau selama waktu itu barang tidak bisa dikirim, maka kita akan mendapatkan denda yang lebih besar, karena itu mau tidak mau, ekspor yang semula menggunakan kapal, kali ini harus menggunakan pesawat,” katanya.

Dedi menyebutkan, kerugian Rp 1 Miliar itu hanya untuk satu produk, sementara perusahaanya memproduksi beberapa produk yang untuk diekspor ke Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa.

“Yang pasti akibat banjir ini produktivitas kerja kita kacau, karena karyawan terlambat masuk kerja karena banjir, belum lagi masalah bahan baku yang terlambat,” jelasnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6424 seconds (0.1#10.140)