Kuota pupuk di Boyolali dikurangi

Senin, 03 Februari 2014 - 16:41 WIB
Kuota pupuk di Boyolali dikurangi
Kuota pupuk di Boyolali dikurangi
A A A
Sindonews.com - Dinas Pertanian Perhutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) Kabupaten Boyolali, meminta agar para petani beralih menggunakan pupuk organik. Saat ini kuota pupuk bersubsidi di daerah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Distanhutbun Kabupaten Boyolali, Bambang Purwadi kepada Koran Sindo menyebutkan bahwa saat ini kuota pupuk bersubsidi di Kabupaten Boyolali hanya sebesar 28.100 ton. Jumlah ini menurun dibanding 2013 yang mencapai 28.550 ton.

Menurutnya, dengan kondisi tersebut, pihaknya meminta agar para petani beralih menggunakan pupuk organik dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia tersebut. Penggunaan pupuk organik dinilai lebih efektif dan lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu penggunaan pupuk organik bisa menghemat pengeluaran para petani.

"Sesuai dengan keputusan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, kuota pupuk kita dikurangi jumlahnya. Sehingga kami mengimbau agar masyarakat menggunakan pupuk organik saja," ucapnya.

Dia mengatakan, penggunaan pupuk jenis ini juga mampu menekan harga pupuk kimia yang ada. Pasalnya, jika semua petani menggunakan pupuk jenis kimia, maka harga pupuk akan naik dari harga pasaran.

Selain itu, lanjut Bambang, dengan menggunakan pupuk organik, budaya penggunaan pupuk kimia secara berlebihan bisa diminimalisasi. Apalagi saat ini petani di Boyolali, kata dia, dikenal sebagai petani yang boros pupuk kimia dibandingkan daerah lain.

"Dari riset yang saya lakukan petani kita itu menggunakan pupuk kimia sebanyak 500 kilogram (kg) untuk lahan seluas satu hektare. Padahal, lahan seluas itu hanya memerlukan pupuk sekitar 250 kg," jelasnya.

Sementara, imbauan penggunaan pupuk organik tersebut ditanggapi dingin oleh para petani. Menurut para petani, penggunaan pupuk organik belum bisa diterapkan seluruh petani di Boyolali.

Pasalnya, belum semua petani memiliki kemapuan untuk membuat pupuk organik berkualitas. "Tidak semua petani itu bisa membuat pupuk organik atau kompos. Jadi petani itu banyak yang memilih jalan pintas menggunakan pupuk kimia," kata salah seorang Pengurus Kelompok tani Kecamatan Klego, Baderi.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3198 seconds (0.1#10.140)