Dahlan: Utang Merpati bertambah karena pajak dan bunga
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan meminta kepada manajemen PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) untuk saat ini lebih fokus mengembangkan usaha dibanding memikirkan utang perusahaan yang melonjak hingga Rp7,3 triliun.
Dahlan mengibaratkan Merpati layaknya pasien rumah sakit yang sedang dirawat di intensive care unit (ICU), karena terus mengalami kerugian hingga menelan utang sebesar Rp7,3 triliun.
Menurut dia, perioritas utama Merpati adalah bagaiman bisa kembali beroperasi dan memperoleh pendapatan dari pangsa pasar penumpang.
"Utang bertambah mungkin karena bunga, pajak dan lain-lain. Merpati saat ini seperti di ICU, jagan berpikir dulu bagaimana caranya untuk bisa lari, tapi bagaimana bisa keluar dari ICU dulu," kata Dahlan kepada sejumlah media di Jakarta, Selasa (11/2/2014).
Selain bernegosiasi dengan Kemenkeu, kata Dahlan, pihaknya juga tengah mengurus penambahan izin rute Merpati kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku regulator. Penambahan izin rute penerbangan Merpati menurut dia memang telah tertuang dalam rencana bisnis perseroan dengan dua mitra strategisnya.
"KSO-nya begitu, Merpati akan menerbangi Medan-Jeddah, jadi Merpati akan menggunakan pesawat 100 siter sebagai feeder-nya (penghubung). Misalnya Pekanbaru-Medan, Batam-Medan, Padang-Medan, kemudian dari Medan terbang ke Jeddah," papar mantan bos PLN itu.
Dia juga meminta Merpati untuk fokus mengembangkan rute perintis, karena dinilai lebih menguntungkan. Meski demikian, dia mengakui pesawat yang digunakan MA-60 masih kalang saing dengan kompetitor, seperti Lion Air dan Garuda Indonesia yang menggunakan jenis ATR seri terbaru.
"Persaingan menjadi berat bagi Merpati, karena perhitunggannya dalam pengoperasian MA-60 satu kilometer per seat sekitar 11 sen, sedangkan ATR cuma 7 sen, jadi Merpati kalah efisien," jelas Dahlan.
Dahlan mengibaratkan Merpati layaknya pasien rumah sakit yang sedang dirawat di intensive care unit (ICU), karena terus mengalami kerugian hingga menelan utang sebesar Rp7,3 triliun.
Menurut dia, perioritas utama Merpati adalah bagaiman bisa kembali beroperasi dan memperoleh pendapatan dari pangsa pasar penumpang.
"Utang bertambah mungkin karena bunga, pajak dan lain-lain. Merpati saat ini seperti di ICU, jagan berpikir dulu bagaimana caranya untuk bisa lari, tapi bagaimana bisa keluar dari ICU dulu," kata Dahlan kepada sejumlah media di Jakarta, Selasa (11/2/2014).
Selain bernegosiasi dengan Kemenkeu, kata Dahlan, pihaknya juga tengah mengurus penambahan izin rute Merpati kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku regulator. Penambahan izin rute penerbangan Merpati menurut dia memang telah tertuang dalam rencana bisnis perseroan dengan dua mitra strategisnya.
"KSO-nya begitu, Merpati akan menerbangi Medan-Jeddah, jadi Merpati akan menggunakan pesawat 100 siter sebagai feeder-nya (penghubung). Misalnya Pekanbaru-Medan, Batam-Medan, Padang-Medan, kemudian dari Medan terbang ke Jeddah," papar mantan bos PLN itu.
Dia juga meminta Merpati untuk fokus mengembangkan rute perintis, karena dinilai lebih menguntungkan. Meski demikian, dia mengakui pesawat yang digunakan MA-60 masih kalang saing dengan kompetitor, seperti Lion Air dan Garuda Indonesia yang menggunakan jenis ATR seri terbaru.
"Persaingan menjadi berat bagi Merpati, karena perhitunggannya dalam pengoperasian MA-60 satu kilometer per seat sekitar 11 sen, sedangkan ATR cuma 7 sen, jadi Merpati kalah efisien," jelas Dahlan.
(izz)