Tarik investor, ekonom Eropa terapkan ekonomi syariah
A
A
A
Sindonews.com - Ekonomi syariah seperti menjadi angin segar bagi perekonomian secara global. Saat masalah ekonomi mulai mengganggu stabilitas berbagai negara, sistem ekonomi Islam ini lantas diinteraksikan dengan ekonomi liberal.
Banyaknya ekonom Eropa mempraktikkan ekonomi syariah dengan tujuan menarik investor asal Timur Tengah. Kepala International Program for Islamic Economics and Finance (IPIEF) UMY, Mashudi Muqarrobin mengatakan, alasan negara Eropa turut menganut ekonomi syariah, salah satunya untuk menarik investor dari Timur Tengah dan membiayai hiburan di Eropa.
"Setelah ekonomi syariah mulai dikaji karena dampak krisis, investor Timur Tengah mulai menemui titik terang untuk meletakkan kekayaannya di Bank Syariah," ujarnya, Kamis (13/2/2014).
Saat membahas ekonomi syariah dengan perwakilan dari University Sains Islam Malaysia (USIM), Mashudi menuturkan, pelaksanaan ekonomi syariah di tiap negara berbeda-beda. Seperti perbedaan ekonomi syariah di Indonesia dan Malaysia.
Di Malaysia, kata dia, ekonomi syariah diusulkan oleh pemerintah atau kerajaan dan aturannya diikuti oleh masyarakat umum. Sedangkan di Indonesia, ekonomi syariah diusulkan masyarakat dan direspon baik oleh pemerintah.
"Itulah sebabnya ekonomi syariah Indonesia dua tahun terakhir ini melaju dengan cepat. Meski dari segi penerapannya, Malaysia sudah lebih dulu," imbuhnya.
Dosen Ekonomi Syariah UMY Dr Imamuddin Yuliadi memberikan gambaran tentang peta koridor ekonomi Indonesia. Menurutnya, di koridor Sumatera perekonomian terfokus pada hasil bumi dan lumbung energi nasional, koridor Jawa sebagai perkembangan industri dan jasa nasional, koridor Kalimantan merupakan produksi serta pengelolaan hasil tambang dan energi nasional.
"Sedangkan untuk pengelolaan pertanian dan pangan ada di koridor Sulawesi, untuk pengembangan pariwisata dan pembantu pangan ada dikoridor Bali Nusa, dan koridor Papua Maluku sebagai sumber daya alam nasional," jelasnya.
Dosen Senior USIM Ummi Salwa Ahmad Bustamam mengatakan, sudah lebih dari 20 tahun Malaysia mengembangkan ekonomi syariah. Namun, untuk puncak kejayaan ekonomi syariah di negeri Jiran tersebut memang baru terasa mulai 2005.
"Sekarang ini setiap bank konvensional di Malaysia hampir seluruhnya memiliki sistem syariah. Mulai dari bank dan kemudian diikuti sektor lainnya sudah menganut sistem syariah di Malaysia," ungkap Ummi.
Dia juga menyampaikan, untuk meningkatkan kajian ekonomi syariah, USIM akan mengadakan berbagai kegiatan dan kerja sama dalam atau luar negeri, sebagaimana yang dilakukan bersama UMY.
"Untuk ke depannya USIM akan mengadakan konferensi internasional. Kami harap UMY juga bersedia untuk bekerja sama dalam program tersebut," pungkas dia.
Banyaknya ekonom Eropa mempraktikkan ekonomi syariah dengan tujuan menarik investor asal Timur Tengah. Kepala International Program for Islamic Economics and Finance (IPIEF) UMY, Mashudi Muqarrobin mengatakan, alasan negara Eropa turut menganut ekonomi syariah, salah satunya untuk menarik investor dari Timur Tengah dan membiayai hiburan di Eropa.
"Setelah ekonomi syariah mulai dikaji karena dampak krisis, investor Timur Tengah mulai menemui titik terang untuk meletakkan kekayaannya di Bank Syariah," ujarnya, Kamis (13/2/2014).
Saat membahas ekonomi syariah dengan perwakilan dari University Sains Islam Malaysia (USIM), Mashudi menuturkan, pelaksanaan ekonomi syariah di tiap negara berbeda-beda. Seperti perbedaan ekonomi syariah di Indonesia dan Malaysia.
Di Malaysia, kata dia, ekonomi syariah diusulkan oleh pemerintah atau kerajaan dan aturannya diikuti oleh masyarakat umum. Sedangkan di Indonesia, ekonomi syariah diusulkan masyarakat dan direspon baik oleh pemerintah.
"Itulah sebabnya ekonomi syariah Indonesia dua tahun terakhir ini melaju dengan cepat. Meski dari segi penerapannya, Malaysia sudah lebih dulu," imbuhnya.
Dosen Ekonomi Syariah UMY Dr Imamuddin Yuliadi memberikan gambaran tentang peta koridor ekonomi Indonesia. Menurutnya, di koridor Sumatera perekonomian terfokus pada hasil bumi dan lumbung energi nasional, koridor Jawa sebagai perkembangan industri dan jasa nasional, koridor Kalimantan merupakan produksi serta pengelolaan hasil tambang dan energi nasional.
"Sedangkan untuk pengelolaan pertanian dan pangan ada di koridor Sulawesi, untuk pengembangan pariwisata dan pembantu pangan ada dikoridor Bali Nusa, dan koridor Papua Maluku sebagai sumber daya alam nasional," jelasnya.
Dosen Senior USIM Ummi Salwa Ahmad Bustamam mengatakan, sudah lebih dari 20 tahun Malaysia mengembangkan ekonomi syariah. Namun, untuk puncak kejayaan ekonomi syariah di negeri Jiran tersebut memang baru terasa mulai 2005.
"Sekarang ini setiap bank konvensional di Malaysia hampir seluruhnya memiliki sistem syariah. Mulai dari bank dan kemudian diikuti sektor lainnya sudah menganut sistem syariah di Malaysia," ungkap Ummi.
Dia juga menyampaikan, untuk meningkatkan kajian ekonomi syariah, USIM akan mengadakan berbagai kegiatan dan kerja sama dalam atau luar negeri, sebagaimana yang dilakukan bersama UMY.
"Untuk ke depannya USIM akan mengadakan konferensi internasional. Kami harap UMY juga bersedia untuk bekerja sama dalam program tersebut," pungkas dia.
(izz)