Kredit UMKM di Sulsel diprediksi tumbuh 20%
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) Wilayah I Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) menargetkan pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 2014 ini tumbuh 20 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Wilayah I Sulampua Suhaedi mengatakan, proyeksi tersebut memang cukup tinggi jika dibanding proyeksi kredit nasional yang hanya dikisaran 15-17 persen. Namun demikian, pihaknya optimis dengan perkembangan ekonomi Sulsel, penyerapan kredit sektor ini terus meningkat seiring dengan perkembangan industri UMKM yang juga terus meningkat.
“Selain pertumbuhan jumlah kucuran, pangsa penyaluran kredit UMKM di Sulsel juga terus mengalami peningkatan meski tidak begitu signifikan. Tahun ini kami prediksi pertumbuhan kredit UMKM Sulsel 15-20 persen,” ungkapnya di sela Workshop Pemberdayaan Umat Beragama dalam upaya peningkatan Keuangan Inklusif di Baruga Mangkasara, Kantor Perwakilan BI Makassar, Jl Jend Sudirman, Makassar, Senin (17/2/2014).
Berdasarkan data BI, realisasi penyaluran kredit UMKM di Sulsel per Desember 2013 di atas Rp25 triliun. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 23,62 persen jika dibandingkan 2012.
Realisasi kredit UMKM ini berkontribusi sekitar 31 persen dari total penyaluran kredit di wilayah ini yang mencapai Rp80,51 persen per Desember 2013. Dengan proyeksi kenaikan hingga 20 persen, berarti penyaluran kredit di sektor UMKM tahun ini bisa mencapai Rp30 triliun.
Suhaedi memaparkan, salah satu upaya untuk menggenjot penyaluran kredit UMKM adalah dengan menggandeng forum komunikasi umat beragama. Kerja sama ini sebelumnya telah dikembangkan di Manado.
"Manado sudah berjalan. Dan itu pertama di Indonesia. Saya yakin di Sulsel bisa lebih baik. Minimal kontribusi pertumbuhan kredit UMKM sekitar lima persen dari kerja sama ini," ujarnya.
Melalui kerja sama ini, selain melakukan kegiatan keagamaan, tokoh-tokoh agama juga bisa berkontribusi dalam mendorong perekonomian. Mulai dari memotivasi umat untuk melakukan kegiatan usaha serta melakukan pendampingan.
Selain itu, dana dari lembaga keagamaan yang selama ini dimanfaatkan untuk kegiatan operasional peribadatan, sadaqah, dan lainnya, kini bisa diperluas untuk membiayai kegiatan usaha.
Dia menambahkan, apa yang dilakukan ini merupakan salah satu bentuk dukungan konkret BI dalam mendorong percepatan pengembangan financial inclusion atau inklusi keuangan.
Kepala Kantor Perwakilan Wilayah I Sulampua Suhaedi mengatakan, proyeksi tersebut memang cukup tinggi jika dibanding proyeksi kredit nasional yang hanya dikisaran 15-17 persen. Namun demikian, pihaknya optimis dengan perkembangan ekonomi Sulsel, penyerapan kredit sektor ini terus meningkat seiring dengan perkembangan industri UMKM yang juga terus meningkat.
“Selain pertumbuhan jumlah kucuran, pangsa penyaluran kredit UMKM di Sulsel juga terus mengalami peningkatan meski tidak begitu signifikan. Tahun ini kami prediksi pertumbuhan kredit UMKM Sulsel 15-20 persen,” ungkapnya di sela Workshop Pemberdayaan Umat Beragama dalam upaya peningkatan Keuangan Inklusif di Baruga Mangkasara, Kantor Perwakilan BI Makassar, Jl Jend Sudirman, Makassar, Senin (17/2/2014).
Berdasarkan data BI, realisasi penyaluran kredit UMKM di Sulsel per Desember 2013 di atas Rp25 triliun. Jumlah ini mengalami pertumbuhan sebesar 23,62 persen jika dibandingkan 2012.
Realisasi kredit UMKM ini berkontribusi sekitar 31 persen dari total penyaluran kredit di wilayah ini yang mencapai Rp80,51 persen per Desember 2013. Dengan proyeksi kenaikan hingga 20 persen, berarti penyaluran kredit di sektor UMKM tahun ini bisa mencapai Rp30 triliun.
Suhaedi memaparkan, salah satu upaya untuk menggenjot penyaluran kredit UMKM adalah dengan menggandeng forum komunikasi umat beragama. Kerja sama ini sebelumnya telah dikembangkan di Manado.
"Manado sudah berjalan. Dan itu pertama di Indonesia. Saya yakin di Sulsel bisa lebih baik. Minimal kontribusi pertumbuhan kredit UMKM sekitar lima persen dari kerja sama ini," ujarnya.
Melalui kerja sama ini, selain melakukan kegiatan keagamaan, tokoh-tokoh agama juga bisa berkontribusi dalam mendorong perekonomian. Mulai dari memotivasi umat untuk melakukan kegiatan usaha serta melakukan pendampingan.
Selain itu, dana dari lembaga keagamaan yang selama ini dimanfaatkan untuk kegiatan operasional peribadatan, sadaqah, dan lainnya, kini bisa diperluas untuk membiayai kegiatan usaha.
Dia menambahkan, apa yang dilakukan ini merupakan salah satu bentuk dukungan konkret BI dalam mendorong percepatan pengembangan financial inclusion atau inklusi keuangan.
(gpr)