Produksi susu sapi di Boyolali menyusut
A
A
A
Sindonews.com - Cuaca ekstrem yang terjadi di Kabupaten Boyolali dan sekitarnya akhir-akhir ini membuat para peternak sapi perah kebingungan.
Pasalnya, akibat cuaca ekstrim ini, produksi susu yang dihasilkan peternak mengalami penyusutan. Salah seorang peternak sapi perah di Kecamatan Jelok, Darto Mulyono, menyebutkan pengaruh cuaca ekstrem tersebut sangat terasa.
Menurutnya, jika biasanya dalam sehari satu ekor sapi mampu menghasilkan 8-10 liter berkualitas, saat ini hanya 5-8 liter yang menghasilkan susu berkualitas. Sementara, susu yang dihasilkan lainnya banyak yang rusak dan kurang bagus untuk di konsumsi.
Dia mengatakan, penyusutan tersebut terjadi setidaknya sejak awal 2014 dan penyusutan semakin banyak memasuki akhir Februari. "Mungkin sapinya kurang sehat karena cuaca yang buruk atau karena apa saya juga kurang paham," ucapnya kepada Koran Sindo, Senin (24/2/2014).
Sementara, peternak Sapi perah lainnya, Widodo menyebutkan penyusutan produksi susu diperparah dengan erupsi Gunung Kelud yang terjadi beberapa hari lalu. Menurutnya, akibat erupsi tersebut stok pakan sapi menjadi menyusut dan bermibas pada susutnya produksi susu.
widodo mengatakan, pasca rerumputan tertutup abu vulkanik, sapi para peternak diberi makan bekatul dan juga ketela, Tetapi makanan tersebut kurang memiliki kandungan gizi dibandingkan dengan rerumputan hijau.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kuncoro, membenarkan adanya penyusutan produksi susu tersebut. Dia menyebutkan penyusutan produksi susu tersebut mencapai 10.000 liter hingga 15.000 liter per hari.
Dia menjelaskan, selain karena cuaca ekstrem, abu vulkanik tersebut memang berpengaruh terhadap produksi susu. Produksi susu di Kabupaten Boyolali akan kembali normal setalah abu vulkanik yang menutupi rerumputan mulai hilang. Hal itu seiring dengan kondisi cuaca yang semakin membaik.
"Kalau cuaca membaik dan abu mulai bersih, kemungkinan besar dalam waktu sebulan produksi susu di tingkat peternak akan kembali meningkat," pungkasnya.
Pasalnya, akibat cuaca ekstrim ini, produksi susu yang dihasilkan peternak mengalami penyusutan. Salah seorang peternak sapi perah di Kecamatan Jelok, Darto Mulyono, menyebutkan pengaruh cuaca ekstrem tersebut sangat terasa.
Menurutnya, jika biasanya dalam sehari satu ekor sapi mampu menghasilkan 8-10 liter berkualitas, saat ini hanya 5-8 liter yang menghasilkan susu berkualitas. Sementara, susu yang dihasilkan lainnya banyak yang rusak dan kurang bagus untuk di konsumsi.
Dia mengatakan, penyusutan tersebut terjadi setidaknya sejak awal 2014 dan penyusutan semakin banyak memasuki akhir Februari. "Mungkin sapinya kurang sehat karena cuaca yang buruk atau karena apa saya juga kurang paham," ucapnya kepada Koran Sindo, Senin (24/2/2014).
Sementara, peternak Sapi perah lainnya, Widodo menyebutkan penyusutan produksi susu diperparah dengan erupsi Gunung Kelud yang terjadi beberapa hari lalu. Menurutnya, akibat erupsi tersebut stok pakan sapi menjadi menyusut dan bermibas pada susutnya produksi susu.
widodo mengatakan, pasca rerumputan tertutup abu vulkanik, sapi para peternak diberi makan bekatul dan juga ketela, Tetapi makanan tersebut kurang memiliki kandungan gizi dibandingkan dengan rerumputan hijau.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kuncoro, membenarkan adanya penyusutan produksi susu tersebut. Dia menyebutkan penyusutan produksi susu tersebut mencapai 10.000 liter hingga 15.000 liter per hari.
Dia menjelaskan, selain karena cuaca ekstrem, abu vulkanik tersebut memang berpengaruh terhadap produksi susu. Produksi susu di Kabupaten Boyolali akan kembali normal setalah abu vulkanik yang menutupi rerumputan mulai hilang. Hal itu seiring dengan kondisi cuaca yang semakin membaik.
"Kalau cuaca membaik dan abu mulai bersih, kemungkinan besar dalam waktu sebulan produksi susu di tingkat peternak akan kembali meningkat," pungkasnya.
(izz)