Produsen kendaraan diminta ikut jaga kuota BBM

Kamis, 27 Februari 2014 - 14:10 WIB
Produsen kendaraan diminta ikut jaga kuota BBM
Produsen kendaraan diminta ikut jaga kuota BBM
A A A
Sindonews.com - Pemerintah melakukan berbagai cara dalam rangka menjaga konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun ini agar tidak jebol.

Kali ini pemerintah meminta produsen kendaraan agar ikut menjaga kuota BBM bersubsidi dengan cara mengedukasi para konsumen, agar menggunakan BBM bersubisdi sesuai spesifikasi mesin kendaraan.

Direktur Pengusahaan Hilir Minyak Dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Mohammad Hidayat mengatakan, alokasi BBM bersubsidi yang dikucurkan ke masyarakat rentan terjadi over kuota. Karena pertumbuhan kendaraan semakin meningkat setiap tahun.

"Nah, dengan begitu kami ingin produsen kendaraan ikut andil dalam membekali konsumen agar menggunakan BBM non subisdi," kata dia dalam acara 8th Natural Gas Vehicles & Infrastructure indonesia Forum, di Hotel Gren Melia, Jakarta, Kamis (27/2/2014).

Menurutnya, pertumbuhan kendaraan roda empat mencapai 1,3 juta unit dan kendaraan roda dua sekitar 8-9 juta unit tahun ini. Namun, pengguna kendaraan pada umumnya menggunakan BBM bersubsidi, padahal kendaraan baru dengan sistem injeksi seharusnya sudah menggunakan BBM non subsidi.

"Inilah uniknya konsumen Indonesia, mampu beli mobil dengan harga mahal tapi begitu masuk SPBU belinya BBM bersubsidi," kata dia.

Ketika dia ikut menyaksikan pameran kendaraan bertaraf internasional di Jakarta pada umumnya, kendaraan yang ditawarkan kepada konsumen spesifikasinya sudah menggunakan BBM non subsidi.

Namun para produsen kendaraan juga menyediakan tempat untuk merubah spesifikasi mesin mobil jika ingin menggunakan BBM bersubsidi.

"Ini bukti bahwa mereka (para produsen kendaraan) hanya mementingkan aspek bisnis tanpa mengudakasi konsumen untuk menggunakan BBM non subsidi," ujarnya.

Dia mengatakan, dengan teknologi kendaraan yang baru seperti gasoline engine seharusnya tidak bisa menggunakan BBM bersusbdi karena beroktan rendah. Meski demikian, konsumen rela merogoh kocek merubah agar mobil dengan teknologi canggih ini tetap dapat mengonsumsi BBM bersubsidi.

"Itulah uniknya mampu beli mobil mahal tapi pikir-pikir beli BBM yang penting bisa jalan. Ya bisa jalan, tapi akan merusak tempat pembakaran mesin mobil," katanya.

Dia menjelaskan, rendahnya produksi minyak nasional pemerintah mau tidak mau harus melakukan impor BBM guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Tahun lalu konsumsi BBM mencapai 75 juta kiloliter (kl) dengan rincian 48 juta kl atau sekitar 63 persen merupakan BBM bersubsidi kuota tersebut telah ditetapkan kembali dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 dengan jumlah yang sama.

"Maka dari pemerintah harus bekerja keras dalam menekan konsumsi BBM subsidi agar tidak melebihi kuota," ucap Hidayat.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7480 seconds (0.1#10.140)