Pemerintah sediakan anggaran untuk awasi rendemen tebu
A
A
A
Sindonews.com - Mulai tahun ini pemerintah membentuk tim pengawas yang akan ditempatkan di 52 pabrik gula milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tim tersebut nantinya akan mengawasi operasional pabrik gula, temasuk penentuan besar kecilnya rendemen tebu.
“Anggarannya sudah kita siapkan. Tahun ini mulai berjalan,” kata Menteri Pertanian, Suswono saat melakukan sarasehan dengan petani tebu rakyat, di Pabrik Gula Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2014).
“Tidak usah khawatir nanti di setiap pabrik gula BUMN akan ada pengawas. Jadi soal rendemen juga nanti akan diawasi proses penentuannya,” kata Mentan menjawab pertanyaan salah seorang petani tebu yang mengeluhkan rendahnya rendemen yang ditentukan pabrik gula.
Mentan mengemukakan, berdasar pengalamannya besar kecilnya rendemen ditentukan oleh tiga faktor, yakni kualitas tebu, kondisi pabrik, dan manusia. Jika kualitas tebunya baik rendemennya akan tinggi, sebaliknya jika kualitasnya rendah rendemennya pun rendah.
Kondisi pabrik gula juga sangat berpengaruh pada rendemen. Pabrik-pabrik yang peralatannya masih baik umumnya rendemennya tinggi. Karena itu pabrik-pabrik gula milik swasta yang mesinnya masih baru-baru rendemennya bisa mencapai 9 sampai 10.
“Sementara pabrik gula BUMN rata-rata umurnya sudah tua, sehingga perlu direvitalisasi. Hal ini juga mempengaruhi angka rendemen,” jelas Mentan.
Terkait dengan revitalisasi pabrik gula, Mentan menjelaskan, ketika baru menjabat dirinya sudah mengajukan syarat revitalisasi seluruh pabrik gula BUMN untuk mencapai swasembada gula. Syarat lainnya adalah penambahan areal seluas 350 ribu hektare dan pembangunan 10—15 pabrik gula baru.
Namun tidak ada satu pun yang terpenuhi. Penambahan lahan tidak ada. Revitalisasi tidak dilakukan menyeluruh, hanya mengganti sebagian peralatan saja. Sementara pabrik baru hanya satu yang dibangun oleh swasta. “Itu pun baru Mei 2014 beroperasi,” tandas Suswono.
Faktor lain yang menjadi persoalan, lanjut Mentan, adalah manusia. Tidak jarang di lapangan ditemui oknum-oknum yang memainkan angka rendemen. Oknum-oknum ini bekerjasama dengan pabrik gula untuk mengelebui petani, sehingga rendemennya selalu rendah.
Dengan adanya tim pengawas yang terdiri dari para akademisi itu persoalan kisruh rendemen yang selalu merugikan petani diharapkan dapat diatasi. Sehingga petani tebu tidak selalu merasa ditipu oleh pabrik gula.
“Anggarannya sudah kita siapkan. Tahun ini mulai berjalan,” kata Menteri Pertanian, Suswono saat melakukan sarasehan dengan petani tebu rakyat, di Pabrik Gula Sragi, Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (28/2/2014).
“Tidak usah khawatir nanti di setiap pabrik gula BUMN akan ada pengawas. Jadi soal rendemen juga nanti akan diawasi proses penentuannya,” kata Mentan menjawab pertanyaan salah seorang petani tebu yang mengeluhkan rendahnya rendemen yang ditentukan pabrik gula.
Mentan mengemukakan, berdasar pengalamannya besar kecilnya rendemen ditentukan oleh tiga faktor, yakni kualitas tebu, kondisi pabrik, dan manusia. Jika kualitas tebunya baik rendemennya akan tinggi, sebaliknya jika kualitasnya rendah rendemennya pun rendah.
Kondisi pabrik gula juga sangat berpengaruh pada rendemen. Pabrik-pabrik yang peralatannya masih baik umumnya rendemennya tinggi. Karena itu pabrik-pabrik gula milik swasta yang mesinnya masih baru-baru rendemennya bisa mencapai 9 sampai 10.
“Sementara pabrik gula BUMN rata-rata umurnya sudah tua, sehingga perlu direvitalisasi. Hal ini juga mempengaruhi angka rendemen,” jelas Mentan.
Terkait dengan revitalisasi pabrik gula, Mentan menjelaskan, ketika baru menjabat dirinya sudah mengajukan syarat revitalisasi seluruh pabrik gula BUMN untuk mencapai swasembada gula. Syarat lainnya adalah penambahan areal seluas 350 ribu hektare dan pembangunan 10—15 pabrik gula baru.
Namun tidak ada satu pun yang terpenuhi. Penambahan lahan tidak ada. Revitalisasi tidak dilakukan menyeluruh, hanya mengganti sebagian peralatan saja. Sementara pabrik baru hanya satu yang dibangun oleh swasta. “Itu pun baru Mei 2014 beroperasi,” tandas Suswono.
Faktor lain yang menjadi persoalan, lanjut Mentan, adalah manusia. Tidak jarang di lapangan ditemui oknum-oknum yang memainkan angka rendemen. Oknum-oknum ini bekerjasama dengan pabrik gula untuk mengelebui petani, sehingga rendemennya selalu rendah.
Dengan adanya tim pengawas yang terdiri dari para akademisi itu persoalan kisruh rendemen yang selalu merugikan petani diharapkan dapat diatasi. Sehingga petani tebu tidak selalu merasa ditipu oleh pabrik gula.
(gpr)