6.000 usaha travel resmi terancam bangkrut

Jum'at, 28 Maret 2014 - 11:22 WIB
6.000 usaha travel resmi terancam bangkrut
6.000 usaha travel resmi terancam bangkrut
A A A
Sindonews.com - Sebanyak 6.000 usaha travel wisata maupun umroh di Indonesia terancam bangkrut, pasca aktivitas bisnis online travel merajalela di pasar bisnis usaha penjualan tiket pesawat maupun wisata perjalanan.

Selain itu, ada sekitar 11 juta karyawan akan kehilangan pekerjaan jika tidak dilakukan tindakan tegas. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Association Travel Agent (ASITA), Asnawi Bahar mengatakan, keberadaan bisnis online travel ini sangat mengancam keberadaan usaha resmi travel yang berbadan hukum, karena mereka memberikan tawaran menggiurkan ke konsumen yang digaet.

Menurutnya, hanya dengan Rp1 juta usaha travel tersebut sudah bisa menjual tiket penerbangan dan menjual paket wisata maupun umroh. "Kami sangat dirugikan, mereka hanya membayar sedikit tapi bisa mengakses seluruh penerbangan sama seperti yang dimiliki usaha travel resmi yang berbadan hukum," ujarnya saat memberikan sambutan pada Rakerda II ASITA Sulsel di Grand Clarion Makassar, Jumat (28/3/2014).

Dia menegaskan, kondisi ini harus segera ditindaklanjuti instansi terkait khususnya pemerintah daerah dengan tidak memberikan kemudahan mereka untuk beroperasi, utamanya mengeluarkan izin usaha. Jika tidak, lambat-laun kehadiran mereka semakin dikenal masyarakat.

"Tahun lalu ada sekita 8,6 juta wisatawan asing masuk ke Indonesia dengan memberikan kontribusi devisa sebesar Rp11 miliar, sedangkan wisatawan domestik mencapai 255 juta orang. Tahun ini, diharapkan terus meningkat karena di situ ASITA dapat memperoleh omzet besar melalui penjualan paket wisata," paparnya.

Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin mengungkapkan, sikap ASITA untuk memerangi usaha bisnis online travel harus didukung penuh. Untuk itu, dalam waktu dekat akan dikeluarkan peraturan walikota (perwali) yang mewajibkan mereka mengurus izin usaha.

"Kami menunggu hasil rekomendasi ASITA, dari situ akan diterbitkan Perwali dengan mengundang seluruh stokeholder terkait termasuk sejumlah maskapai penerbangan," ungkapnya.

Ketua ASITA Sulsel, Didi L Manaba mengatakan, sebanyak 290 usaha travel di Sulsel mengaku merugi pasca maraknya hadir bisnis travel online.

Didi memaparkan, sejak hadirnya bisnis tersebut pendapatan sejumlah travel berkurang hingga 50 persen dari biasanya. Jika rata-rata dalam sebulan omzet yang bisa dihasilkan dari transaksi penjualan tiket maupun paket tour mencapai Rp100 juta, maka sejak banyaknya bisnis online tersebut mengabikatkan pendapatan hanya Rp50 juta.

"Hadirnya bisnis seperti ini sangat merugikan usaha kami, tidak saja dari segi financial tapi juga pencitraan. Di mana, konsumen banyak yang kena tipu dengan iming-iming kemudahan maupun fasilitas. Namun, ketika telah melakukan pembayaran ternyata mereka tidak memperoleh apa yang dijanjikan," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6308 seconds (0.1#10.140)