BNI perkuat jaringan bisnis global
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memperkuat jaringan bisnis global dengan menggali potensi bisnis di berbagai negara. Selain potensi pengiriman uang yang besar, penguatan jaringan global juga diharapkan bisa menjaring dana pihak ketiga (DPK) untuk perseroan.
Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen mengatakan, untuk mewujudkan target tersebut perseroan bersama Badan Koordinasi Penanaman m=Modal (BKPM) berpartisipasi dalam Annual Investment Meeting (AIM) di Dubai Convention International Centre Uni Emirat Arab (UEA) pada tanggal 8-10 April 2014.
Annual Investment Meeting Dubai (AIM) 2014 merupakan forum investasi tahunan yang diselenggarakan oleh Ministry of Foreign Trade Uni Emirat Arab sebagai forum potensi bisnis yang saling menguntungkan dan mempertemukan pelaku bisnis di kawasan Timur Tengah dan pelaku bisnis global dari negara lain.
“Forum AIM tahun ini merupakan tahun ke-4, dimana BNI sendiri sudah turut berpartisipasi untuk kedua kalinya,” ujar Yap di Dubai, Selasa (8/4/2014).
Menurut Yap, partisipasi BNI pada forum tersebut bertujuan untuk mendukung program pemerintah (dalam hal ini BKPM) untuk mempromosikan kegiatan investasi di Indonesia, sekaligus menggali dan memperluas potensi pasar di kawasan Timur Tengah. Kesempatan yang sama juga diharapkan dapat menjembatani BNI maupun nasabah BNI yang berpotensi menjajaki bisnis global dengan pelaku bisnis di pasar Timur Tengah.
“Sesuai dengan semangat BNI untuk menjembatani Indonesia dan dunia serta sebaliknya (BNI Bridging Indonesia and The World),” katanya.
Untuk memaksimalkan upaya tersebut, lanjut dia, BNI mengundang nasabah-nasabah terbaik yang memiliki relasi bisnis di kawasan Timur Tengah untuk dipertemukan dengan mitra strategis dan investor selama konperensi dan pameran bertempat di Paviliun Indonesia. Upaya ini merupakan perwujudan nyata BNI dalam memfasilitasi "business matching" nasabah BNI dengan pelaku bisnis global.
Yap mengaku, BNI melibatkan anak perusahaannya yaitu BNI Syariah untuk menjajaki kerja sama bisnis dengan mitra strategis dari Kawasan Timur Tengah yang mayoritas berpenduduk muslim.
Diharapkan melalui kerja sama tersebut BNI Syariah dapat memiliki kemampuan bersaing global sesuai dengan arah dan strategis bisnis BNI bagi anak perusahaan.
“BNI akan terus memperkuat jaringan bisnis global di luar negeri termasuk kawasan Timur Tengah yang mulai diperhitungkan sebagai salah satu pusat ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan visi bisnis BNI untuk menjadi bank lokal dengan kemampuan global,” katanya.
Sementara, GM Divisi Internasional BNI Firman Wibowo mengungkapkan, potensi bisnis yang bisa digarap perseroan di kawasan Timur Tengah sangat besar. Untuk di UEA sepanjang tahun lalu, pengiriman uang yang dilakukan melalui BNI mencapai Rp800 miliar. Menurut dia, pencapaian tersebut akan semakin besar jika BNI telah mempunyai kantor perwakilan di UEA.
“Saat ini kami hanya menaruh Remittance Representative Officer di Dubai dan Abu Dhabi yang difokuskan untuk meningkatkan jaringan layanan pengiriman uang tenaga kerja Indonesia (Diaspora Indonesia) ke dalam negeri. Kami bekerja sama dengan 43 counter part di UEA dalam remitansi. Jika kami diperbolehkan membuka kantor perwakilan tentu akan membuat brand BNI semakin dikenal,” jelasnya.
Salah satu target yang hingga kini belum terwujud di kawasan Timur Tengah, lanjut Firman, adalah pembukaan kantor cabang di Saudi Arabia. Pembukaan kantor cabang BNI di Suadi Arabia sangat penting karena potensi pengiriman uang dari Negara tersebut sangat besar. “Kami berharap bisa diizinkan membuka di Jedah atau Mekah ataupun Madinah,” paparnya.
Kepala BKPM Mahendra Siregar mengaku investasi yang berasal dari Timur Tengah masih sangat sedikit masuk ke Indonesia. Hal ini terjadi lantaran kendala komunikasi yang kurang intensif dengan berbagai investor yang ada di daerah tersebut.
“Tahun ini kami akan intensifkan komunikasi secara massif, agar mereka mengerti potensi yang bisa mereka garap jika berinvestasi di Indonesia,” paparnya.
Menurut Mahendra, saat ini investor datang ke negara berkembang tidak hanya sekedar melakukan investasi tetapi juga ingin masuk menggarap pasar potensial di negara tersebut. Sehingga barang dan jasa yang mereka hasilkan bisa juga dijual di negara itu.
“Kalau dulu investasi kan melihat sumber daya alamnya dan juga sebagai basis produksi untuk di ekspor. Tetapi sekarang berbeda mereka berharap juga bisa memasarkan barang dan jasanya tersebut,” katanya.
Direktur Keuangan BNI Yap Tjay Soen mengatakan, untuk mewujudkan target tersebut perseroan bersama Badan Koordinasi Penanaman m=Modal (BKPM) berpartisipasi dalam Annual Investment Meeting (AIM) di Dubai Convention International Centre Uni Emirat Arab (UEA) pada tanggal 8-10 April 2014.
Annual Investment Meeting Dubai (AIM) 2014 merupakan forum investasi tahunan yang diselenggarakan oleh Ministry of Foreign Trade Uni Emirat Arab sebagai forum potensi bisnis yang saling menguntungkan dan mempertemukan pelaku bisnis di kawasan Timur Tengah dan pelaku bisnis global dari negara lain.
“Forum AIM tahun ini merupakan tahun ke-4, dimana BNI sendiri sudah turut berpartisipasi untuk kedua kalinya,” ujar Yap di Dubai, Selasa (8/4/2014).
Menurut Yap, partisipasi BNI pada forum tersebut bertujuan untuk mendukung program pemerintah (dalam hal ini BKPM) untuk mempromosikan kegiatan investasi di Indonesia, sekaligus menggali dan memperluas potensi pasar di kawasan Timur Tengah. Kesempatan yang sama juga diharapkan dapat menjembatani BNI maupun nasabah BNI yang berpotensi menjajaki bisnis global dengan pelaku bisnis di pasar Timur Tengah.
“Sesuai dengan semangat BNI untuk menjembatani Indonesia dan dunia serta sebaliknya (BNI Bridging Indonesia and The World),” katanya.
Untuk memaksimalkan upaya tersebut, lanjut dia, BNI mengundang nasabah-nasabah terbaik yang memiliki relasi bisnis di kawasan Timur Tengah untuk dipertemukan dengan mitra strategis dan investor selama konperensi dan pameran bertempat di Paviliun Indonesia. Upaya ini merupakan perwujudan nyata BNI dalam memfasilitasi "business matching" nasabah BNI dengan pelaku bisnis global.
Yap mengaku, BNI melibatkan anak perusahaannya yaitu BNI Syariah untuk menjajaki kerja sama bisnis dengan mitra strategis dari Kawasan Timur Tengah yang mayoritas berpenduduk muslim.
Diharapkan melalui kerja sama tersebut BNI Syariah dapat memiliki kemampuan bersaing global sesuai dengan arah dan strategis bisnis BNI bagi anak perusahaan.
“BNI akan terus memperkuat jaringan bisnis global di luar negeri termasuk kawasan Timur Tengah yang mulai diperhitungkan sebagai salah satu pusat ekonomi dunia. Hal ini sejalan dengan visi bisnis BNI untuk menjadi bank lokal dengan kemampuan global,” katanya.
Sementara, GM Divisi Internasional BNI Firman Wibowo mengungkapkan, potensi bisnis yang bisa digarap perseroan di kawasan Timur Tengah sangat besar. Untuk di UEA sepanjang tahun lalu, pengiriman uang yang dilakukan melalui BNI mencapai Rp800 miliar. Menurut dia, pencapaian tersebut akan semakin besar jika BNI telah mempunyai kantor perwakilan di UEA.
“Saat ini kami hanya menaruh Remittance Representative Officer di Dubai dan Abu Dhabi yang difokuskan untuk meningkatkan jaringan layanan pengiriman uang tenaga kerja Indonesia (Diaspora Indonesia) ke dalam negeri. Kami bekerja sama dengan 43 counter part di UEA dalam remitansi. Jika kami diperbolehkan membuka kantor perwakilan tentu akan membuat brand BNI semakin dikenal,” jelasnya.
Salah satu target yang hingga kini belum terwujud di kawasan Timur Tengah, lanjut Firman, adalah pembukaan kantor cabang di Saudi Arabia. Pembukaan kantor cabang BNI di Suadi Arabia sangat penting karena potensi pengiriman uang dari Negara tersebut sangat besar. “Kami berharap bisa diizinkan membuka di Jedah atau Mekah ataupun Madinah,” paparnya.
Kepala BKPM Mahendra Siregar mengaku investasi yang berasal dari Timur Tengah masih sangat sedikit masuk ke Indonesia. Hal ini terjadi lantaran kendala komunikasi yang kurang intensif dengan berbagai investor yang ada di daerah tersebut.
“Tahun ini kami akan intensifkan komunikasi secara massif, agar mereka mengerti potensi yang bisa mereka garap jika berinvestasi di Indonesia,” paparnya.
Menurut Mahendra, saat ini investor datang ke negara berkembang tidak hanya sekedar melakukan investasi tetapi juga ingin masuk menggarap pasar potensial di negara tersebut. Sehingga barang dan jasa yang mereka hasilkan bisa juga dijual di negara itu.
“Kalau dulu investasi kan melihat sumber daya alamnya dan juga sebagai basis produksi untuk di ekspor. Tetapi sekarang berbeda mereka berharap juga bisa memasarkan barang dan jasanya tersebut,” katanya.
(gpr)