Pembangunan smelter Freeport rampung 2017
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah memastikan PT Freeport Indonesia akan merampungkan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) pada 2017. Pembangunan smelter ini dilakukan bersama PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dede Suhendra mengatakan bahwa komitmen tersebut telah disampaikan oleh Freeport dalam rapat evaluasi bersama. Adapun peta jalan (roadmap) telah disampaikan kepada pemerintah, Freeport berkomitmen menuntaskan pembangunan smelter pada tiga tahun mendatang.
“Roadmap-nya tadi kami sudah rapatkan bahwa tahun 2017 harus sudah jadi,” kata dia di Jakarta, Jumat (25/4/2014).
Menurut Dede, dalam rapat evaluasi tersebut Freeport telah memeparkan perkembangan yang telah dicapai dalam menyukseskan program nilai tambah ini. Hanya saja, Freeport masih tersandung soal lokasi dan kapasitas smelter.
Sejumlah lokasi yang menjadi pertimbangan Freeport, antara lain di Papua atau di Surabaya, Jawa Timur. Ketersediaan pasokan listrik dan infrastruktur penunjang menjadi penentu lokasi terbaik smelter.
Sementara untuk kapasitas smelter belum ditentukan lantaran ada dua pilihan kebutuhan konsentrat tembaga, yakni sebesar 1,2 juta ton atau 1,6 juta ton.
“Kami berharap jangan sampai kapasitas terlalu besar, tapi ternyata volumenya tidak memadai,” ujarnya.
Lebih lanjut Dede mengungkapkan, investasi smelter ini mencapai USD2,3 miliar atau sekitar Rp26,6 triliun. Namun dia menyebut nilai investasi masih bisa berkurang lantaran ada dua pilihan teknologi yang akan digunakan, yakni Autotech dan Mitsubishi.
”Enam bulan setelah ini, semua selesai bisa starting fisiknya (pembangunan dimulai),” katanya.
Di sisi lain, Dede mengusulkan kepada Kementerian BUMN untuk memasukan jajaran direksi agar dapat menentukan kebijakan perusahaan, salah satunya menyangkut dividen.
“Setidaknya ada satu direksi dari kita cukup dengan porsi 10 persen. Tapi kewenangan ada di Kementerian BUMN dan ESDM, saya hanya mengusulkan saja,” kata dia.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dede Suhendra mengatakan bahwa komitmen tersebut telah disampaikan oleh Freeport dalam rapat evaluasi bersama. Adapun peta jalan (roadmap) telah disampaikan kepada pemerintah, Freeport berkomitmen menuntaskan pembangunan smelter pada tiga tahun mendatang.
“Roadmap-nya tadi kami sudah rapatkan bahwa tahun 2017 harus sudah jadi,” kata dia di Jakarta, Jumat (25/4/2014).
Menurut Dede, dalam rapat evaluasi tersebut Freeport telah memeparkan perkembangan yang telah dicapai dalam menyukseskan program nilai tambah ini. Hanya saja, Freeport masih tersandung soal lokasi dan kapasitas smelter.
Sejumlah lokasi yang menjadi pertimbangan Freeport, antara lain di Papua atau di Surabaya, Jawa Timur. Ketersediaan pasokan listrik dan infrastruktur penunjang menjadi penentu lokasi terbaik smelter.
Sementara untuk kapasitas smelter belum ditentukan lantaran ada dua pilihan kebutuhan konsentrat tembaga, yakni sebesar 1,2 juta ton atau 1,6 juta ton.
“Kami berharap jangan sampai kapasitas terlalu besar, tapi ternyata volumenya tidak memadai,” ujarnya.
Lebih lanjut Dede mengungkapkan, investasi smelter ini mencapai USD2,3 miliar atau sekitar Rp26,6 triliun. Namun dia menyebut nilai investasi masih bisa berkurang lantaran ada dua pilihan teknologi yang akan digunakan, yakni Autotech dan Mitsubishi.
”Enam bulan setelah ini, semua selesai bisa starting fisiknya (pembangunan dimulai),” katanya.
Di sisi lain, Dede mengusulkan kepada Kementerian BUMN untuk memasukan jajaran direksi agar dapat menentukan kebijakan perusahaan, salah satunya menyangkut dividen.
“Setidaknya ada satu direksi dari kita cukup dengan porsi 10 persen. Tapi kewenangan ada di Kementerian BUMN dan ESDM, saya hanya mengusulkan saja,” kata dia.
(rna)