Menenun rezeki dari jualan songket Palembang
A
A
A
RAGAM songket Indonesia semakin kaya, baik dari segi tenunan, warna bahkan motifnya yang semakin rumit, namun tetap indah. Salah satunya adalah kain songket Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Selain memiliki kain tenun songket Palembang, ada blongket yang proses pengerjaannya lebih sederhana dan lebih sebentar dari songket.
"Kami menjual beberapa macam kain, namun yang paling ditonjolkan di sini adalah kain songket Palembang dan blongket serta aksesoris tembaga warna," papar Umi Rahmawati selaku owner ManiQumanikam, sebuah home industry dari Palembang yang bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Sumsel ketika ditemui dalam acara pekan Inacraft di Jakarta, Minggu, (27/04/14).
Umi menjelaskan, secara detail tentang home industry-nya yang bekerja sama dengan dinas koperasi provinsi setempat. Awalnya, dia bercerita hanya membantu kakaknya jualan hingga akhirnya tertarik dan bergabung di dalamnya.
"Sampai suatu saat kepikiran untuk buka sendiri dengan modal Rp1,5 juta, menggunakan alat dan bahan yang seadanya. Prosesnya untuk masuk ke Dinas Koperasi setempat nggak terlalu sulit juga, hanya mungkin home industrinya harus yang sudah 1-2 tahun berdiri, itu syaratnya," jelas Umi.
ManiQumanikam, papar Umi, sudah berdiri sekitar tiga tahun sejak 2011. ManiQumanikam memiliki arti perhiasan yang tidak akan pernah pudar oleh waktu. Umi juga mengatakan, inspirasi pembuatan produknya tidak terpatok pada desain tertentu.
"Idenya mengalir saja, nanti ketemu saja yang nempel di kepala," paparnya.
Umi menjelaskan lebih lanjut, untuk kain handmade, songketlah yang memiliki pengerjaan lebih sulit dibandingkan blongket. "Songket kita ngerjain 2 minggu, 1 kain. Kalau blongket sekitar 1 minggu, 1 kain atau 1 stel," jelasnya.
Untuk benangnya pun berbeda. Songket rata-rata dibuat dan ditenun menggunakan benang emas. Sedangkan blongket ditenun dengan benang biasa. Maka dari itu, harganya pun bervariasi.
Songket 1 kain dijual dengan harga Rp1,5-6 juta, blongket dijual dari harga Rp800 ribu-Rp5 juta. Sedangkan untuk aksesorisnya dijual dari harga Rp25 ribu-Rp2 juta dalam bentuk cincin, bros dan kalung.
Untuk masalah pasar, Umi mengatakan, belum menjual hingga ke taraf ekspor atau internasional dan pusatnya hanya berada di Palembang saja.
"Penjualan masih ke seputaran Indonesia karena kita menilai, pasarnya juga cukup bagus. Namun kita juga berharap produk buatan tangan kami ini dapat merambah ke ekspor dan diterima oleh masyarakat internasional," tutupnya.
Selain memiliki kain tenun songket Palembang, ada blongket yang proses pengerjaannya lebih sederhana dan lebih sebentar dari songket.
"Kami menjual beberapa macam kain, namun yang paling ditonjolkan di sini adalah kain songket Palembang dan blongket serta aksesoris tembaga warna," papar Umi Rahmawati selaku owner ManiQumanikam, sebuah home industry dari Palembang yang bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Sumsel ketika ditemui dalam acara pekan Inacraft di Jakarta, Minggu, (27/04/14).
Umi menjelaskan, secara detail tentang home industry-nya yang bekerja sama dengan dinas koperasi provinsi setempat. Awalnya, dia bercerita hanya membantu kakaknya jualan hingga akhirnya tertarik dan bergabung di dalamnya.
"Sampai suatu saat kepikiran untuk buka sendiri dengan modal Rp1,5 juta, menggunakan alat dan bahan yang seadanya. Prosesnya untuk masuk ke Dinas Koperasi setempat nggak terlalu sulit juga, hanya mungkin home industrinya harus yang sudah 1-2 tahun berdiri, itu syaratnya," jelas Umi.
ManiQumanikam, papar Umi, sudah berdiri sekitar tiga tahun sejak 2011. ManiQumanikam memiliki arti perhiasan yang tidak akan pernah pudar oleh waktu. Umi juga mengatakan, inspirasi pembuatan produknya tidak terpatok pada desain tertentu.
"Idenya mengalir saja, nanti ketemu saja yang nempel di kepala," paparnya.
Umi menjelaskan lebih lanjut, untuk kain handmade, songketlah yang memiliki pengerjaan lebih sulit dibandingkan blongket. "Songket kita ngerjain 2 minggu, 1 kain. Kalau blongket sekitar 1 minggu, 1 kain atau 1 stel," jelasnya.
Untuk benangnya pun berbeda. Songket rata-rata dibuat dan ditenun menggunakan benang emas. Sedangkan blongket ditenun dengan benang biasa. Maka dari itu, harganya pun bervariasi.
Songket 1 kain dijual dengan harga Rp1,5-6 juta, blongket dijual dari harga Rp800 ribu-Rp5 juta. Sedangkan untuk aksesorisnya dijual dari harga Rp25 ribu-Rp2 juta dalam bentuk cincin, bros dan kalung.
Untuk masalah pasar, Umi mengatakan, belum menjual hingga ke taraf ekspor atau internasional dan pusatnya hanya berada di Palembang saja.
"Penjualan masih ke seputaran Indonesia karena kita menilai, pasarnya juga cukup bagus. Namun kita juga berharap produk buatan tangan kami ini dapat merambah ke ekspor dan diterima oleh masyarakat internasional," tutupnya.
(rna)