Apindo minta buruh pilih lakukan negosiasi
A
A
A
Sindonews.com - Ketua Umum Dewan Perwakilan Nasional (DPN) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi berharap, Hari Buruh Internasional (May Day) dijadikan sebagai ajang introspeksi diri apa yang telah dilakukan untuk bangsa ini.
Para buruh juga diharap lebih memilih untuk bernegosiasi dibanding harus berdemonstrasi. "1 Mei kita harus introspeksi apa yang sudah dilakukan untuk bangsa, dan memikirkan bersama apa yang harus kita lakukan untuk bangsa ini. Mencari titik temu, karena kelihatannya pemerintah lemah dalam mencari jalan keluar," ujarnya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (30/4/2014).
Dia mengatakan, buruh tidak harus berdemo untuk meminta kenaikan upah. Karena, hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi bipartit antara perusahaan dengan pekerjanya.
"Karena mau menang-menangan sendiri sudah enggak bisa lagi. Ekonomi kita lagi turun. Ingat, pertumbuhan kita itu menurut World Bank saja hanya 5,3 persen sudah cukup bagus. Jadi jangan minta yang lebih," tuturnya.
Kini, lanjut Sofjan, bukan saat yang tepat untuk memaksakan kehendak sendiri, karena krisis global sudah menghantam Indonesia. Jika sekarang tidak berbuat apa-apa, ekonomi RI akan jauh lebih terpuruk. Terlebih pada 2015 sudah memasuki ASEAN Economic Community (AEC).
"Kalau kita tidak bisa bersaing dengan globalisasi, dan yang menang akan barang-barang serta tenaga kerja asing. Jadi semua ini menimbulkan pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Ini tugas kita bersama untuk memajukan negara kita tercinta," tandasnya.
Para buruh juga diharap lebih memilih untuk bernegosiasi dibanding harus berdemonstrasi. "1 Mei kita harus introspeksi apa yang sudah dilakukan untuk bangsa, dan memikirkan bersama apa yang harus kita lakukan untuk bangsa ini. Mencari titik temu, karena kelihatannya pemerintah lemah dalam mencari jalan keluar," ujarnya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (30/4/2014).
Dia mengatakan, buruh tidak harus berdemo untuk meminta kenaikan upah. Karena, hal itu dapat dilakukan dengan komunikasi bipartit antara perusahaan dengan pekerjanya.
"Karena mau menang-menangan sendiri sudah enggak bisa lagi. Ekonomi kita lagi turun. Ingat, pertumbuhan kita itu menurut World Bank saja hanya 5,3 persen sudah cukup bagus. Jadi jangan minta yang lebih," tuturnya.
Kini, lanjut Sofjan, bukan saat yang tepat untuk memaksakan kehendak sendiri, karena krisis global sudah menghantam Indonesia. Jika sekarang tidak berbuat apa-apa, ekonomi RI akan jauh lebih terpuruk. Terlebih pada 2015 sudah memasuki ASEAN Economic Community (AEC).
"Kalau kita tidak bisa bersaing dengan globalisasi, dan yang menang akan barang-barang serta tenaga kerja asing. Jadi semua ini menimbulkan pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan. Ini tugas kita bersama untuk memajukan negara kita tercinta," tandasnya.
(izz)