Peritel modern bina warung tradisional

Minggu, 04 Mei 2014 - 17:39 WIB
Peritel modern bina...
Peritel modern bina warung tradisional
A A A
Sindonews.com - Selama ini kesan yang terbangun di masyarakat bahwa kehadiran bisnis ritel modern bakal mematikan warung atau pasar tradisional. Padahal, sejatinya ritel modern itu tumbuh berasal dari warung tradisional.

Menjamurnya bisnis ritel di Indonesia, seperti Indomaret dan Alfamart termasuk di Bali telah menggerakkan roda perekonomian. Baik pemilik modal besar maupun mereka yang berkeinginan memulai usaha ritel bisa memilih jenis usaha yang ditawarkan oleh toko modern berjaringan itu.

Menurut Manager Marketing Alfamart cabang Bali Nono Araldiarto, pengelolaan bisnis ritel modern, sejatinya merupakan pengembangan warung tradisional. Sulitnya warung tradisional berkembang karena banyak kekuarangan dalam hal pengelolaan atau manajemennya.

"Makanya kami berupaya memberikan pembinaan dan pelatihan warung tradisional agar bisa bersaing dengan peritel modern," katanya dalam Gathering dan Pelatihan Pengelolaan Ritel Bagi Kalangan Wartawan yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar di Rumah Budaya Men Mersi, Denpasar, Minggu (4/5/2014).

Kelemahan bisnis warung tradisional, menurut dia, kurang bisa berbenah memperbaiki keseluruhan operasionalnya, sehingga tertinggal atau kalah bersaing dengan peritel modern.

Karena itu, kondisi tersebut hendak diperbaiki oleh peritel modern, dengan menjalin pola kemitraan dan pengembangan usaha peritel tradisional. Tujuannya, agar peritel tradisional dan modern bisa saling bersinergi dan saling tumbuh dan berkembang bersama.

Selain Alfamart, Carrefour dan Lottemart juga telah mengembangan pola kemitraan dengan peritel tradisional dengan beberapa program, seperti di Alfamart lewat outlet Binaan Alfamart (OBA).

Nono menuturkan, saat ini pola kemitraan OBA telah berkembang di Bali dan Nusa Tenggara Barat yang telah mencapai sekitar 200 outlet, yang banyak terkonsentrasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Dia mencontohkan, bimbingan teknis atau pelatihan dilakukan dalam hal pengelolaan produk-produk consumer good atau kebutuhan pokok, pengoperasinalisasi toko, cara me-manage produk yang akan dijual dan sebagainya.

Selain itu, bimbingan teknis juga masalah permodalan dalam memulai kegiatan usaha. Tidak hanya OBA, pihaknya juga menyiapkan alternatif kegiatan usaha bagi pemodal besar kisaran Rp300 juta sampai Rp400 juta untuk mengembangan sistem waralaba atau franchise tentunya dengan ketentuan berbeda.

Hadir pembicara lainnya Wayan Dwipayana dari Bank Mandiri yang lebih banyak memberikan pengetahuan dan teknis bagaimana kiat-kiat mendapat askses permodalan dari bank.

Pada prinsipnya, kata Dwipayana, perbankan seperti Bank Mandiri, sangat concern dengan kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat bermodal kecil hingga besar. Beberapa modal usaha yang bisa diaskses oleh pebisnis ritel pemula mulai dari Rp5 juta hingga Rp20 juta.

"Yang penting memenuhi persyaratan, seperti tidak pernah memiliki catatan negatif dalam kredit di bank, kami siap membantu permodalan termasuk bagi yang baru memulai usaha," katanya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0798 seconds (0.1#10.140)