Industri furnitur dihadapi masalah alat produksi
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia belum bisa dikategorikan sebagai industri tangguh. Indonesia menduduki peringkat ke-13, sebagai negara pengekspor industri furnitur. Jumlah ini jauh di bawah kemampuan ekspor mebel. Kendala ini tampaknya bersumber dari dukungan alat-alat produksi.
Sekretaris Jenderal AMKRI (Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia), Abdul Sobur memaparkan, “Salah satu kendala yang dihadapi adalah dukungan alat-alat produksi yang belum merata dan canggih, padahal itu diperlukan untuk menopang terjadinya proses produksi yang lebih cepat dan efisien sehingga dapat bersaing dengan produsen di seluruh dunia,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (8/5/2014).
Industri furnitur Indonesia, dituntut bersaing secara global. Karena produktivitas yang tinggi, efisiensi dan efektivitas menjadi kata kuncinya.
Kebanyakan permesinan dalam industri furnitur di Indonesia dibeli sekitar 30 hingga 20 tahun yang lalu. Ini merupakan periode keemasan dari pertumbuhan dan perkembangan industri ini.
Abdul Sobur menambahkan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, seharusnya Indonesia bisa menjadi pemimpin untuk industri mebel dan kerajinan di Kawasan Regional ASEAN.
“Dengan ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar dan semakin kondusifnya iklim investasi di negeri ini, maka adanya rencana untuk meningkatkan target pertumbuhan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional mencapai USD5 miliar dalam empat tahun kedepan," paparnya.
Untuk itu, melalui pameran IFMAC 2014 menampilkan permesinan untuk industri kayu olahan dan furnitur.
Dia menjelaskan, pihaknya mendukung penuh penyelenggaraan iFMAC, karena pameran ini adalah pameran woodworking terlengkap menyajikan dan memenuhi kebutuhan informasi dan kemajuan teknologi dalam industri komponen furniture di Indonesia. "Otomatis dapat mendorong tumbuhnya inovasi, kreativitas para produsen mebel dan kerajinan nasional sehingga dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki nilai,” ujarrnya.
Pameran ini didukung oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Indonesia Sawmill and Woodworking Association (ISWA), Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara (APKJ), Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia.
Sekretaris Jenderal AMKRI (Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia), Abdul Sobur memaparkan, “Salah satu kendala yang dihadapi adalah dukungan alat-alat produksi yang belum merata dan canggih, padahal itu diperlukan untuk menopang terjadinya proses produksi yang lebih cepat dan efisien sehingga dapat bersaing dengan produsen di seluruh dunia,” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (8/5/2014).
Industri furnitur Indonesia, dituntut bersaing secara global. Karena produktivitas yang tinggi, efisiensi dan efektivitas menjadi kata kuncinya.
Kebanyakan permesinan dalam industri furnitur di Indonesia dibeli sekitar 30 hingga 20 tahun yang lalu. Ini merupakan periode keemasan dari pertumbuhan dan perkembangan industri ini.
Abdul Sobur menambahkan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, seharusnya Indonesia bisa menjadi pemimpin untuk industri mebel dan kerajinan di Kawasan Regional ASEAN.
“Dengan ketersediaan bahan baku hasil hutan yang melimpah, sumber daya manusia yang terampil dalam jumlah besar dan semakin kondusifnya iklim investasi di negeri ini, maka adanya rencana untuk meningkatkan target pertumbuhan ekspor produk mebel dan kerajinan nasional mencapai USD5 miliar dalam empat tahun kedepan," paparnya.
Untuk itu, melalui pameran IFMAC 2014 menampilkan permesinan untuk industri kayu olahan dan furnitur.
Dia menjelaskan, pihaknya mendukung penuh penyelenggaraan iFMAC, karena pameran ini adalah pameran woodworking terlengkap menyajikan dan memenuhi kebutuhan informasi dan kemajuan teknologi dalam industri komponen furniture di Indonesia. "Otomatis dapat mendorong tumbuhnya inovasi, kreativitas para produsen mebel dan kerajinan nasional sehingga dapat menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki nilai,” ujarrnya.
Pameran ini didukung oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (AMKRI), Indonesia Sawmill and Woodworking Association (ISWA), Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara (APKJ), Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dan Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia.
(dyt)