Obat Generik Non Merek Diproyeksi Dukung Kinerja INAF
A
A
A
JAKARTA - PT Indofarma Tbk (INAF) diproyeksi memiliki prospek cerah di masa mendatang didukung pertumbuhan ekspansi ke obat generik non merek yang mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada awal tahun ini.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hasan Barakwan mengatakan, selain dari ekspansi obat generik non merek, pelemahan nilai tukar rupiah dinilai dapat diimbangi oleh penurunan harga bahan baku juga mendorong kinerja perusahaan.
"Sehingga itu memungkinkan untuk memberikan dukungan marjin," kata dia dalam risetnya, Selasa (20/5/2014).
Hal ini sejalan dengan prospek industri farmasi tahun ini, yang diperkirakan makin membaik dibanding 2013. Tahun lalu, dia menilai, bukan tahun yang kuat karena kondisi ekonomi global tidak menentu akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Kendati demikian, industri farmasi mengalami pertumbuhan signifikan, dengan market moving annual total (MAT) kuartal III/2013 meningkat 13,7 persen dan obat generik naik 17 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, kinerja INAF pada tahun lalu kurang menggembirakan. Pasalnya, meski penjualan naik 16%, namun tidak mencapai target awal karena terbebani depresiasi rupiah dan meningkatnya upah minimum serta harga bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu, renovasi pabrik yang dimulai awal tahun lalu dan baru rampung pada akhir semester I/2013 mempengaruhi kinerja perusahaan, sehingga perseroan membukukan rugi Rp54,22 miliar sepanjang tahun lalu.
"Namun, kami berpandangan bahwa INAF dapat mengganti kerugian di tahun ini lantaran berencana meningkatkan fasilitas dan akan menuai keuntungan dari renovasi tahun lalu," ujar dia.
Dia memperkirakan, perseroan bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 7 persen menjadi 1,43 triliun pada tahun ini dibanding tahun lalu senilai Rp1,34 triliun. Tahun ini, INAF diproyeksi bisa mencatat laba bersih Rp26 miliar. Kinerja positif tersebut didukung kapasitas dan rata-rata harga jual yang lebih tinggi.
Sementara harga saham perseroan untuk 12 bulan diprediksi berada dalam kisaran Rp237-310 per lembar. Sore ini, harga saham INAF berada di level Rp180 per lembar atau turun 2 poin dibanding penutupan hari kemarin di level Rp182 per lembar.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hasan Barakwan mengatakan, selain dari ekspansi obat generik non merek, pelemahan nilai tukar rupiah dinilai dapat diimbangi oleh penurunan harga bahan baku juga mendorong kinerja perusahaan.
"Sehingga itu memungkinkan untuk memberikan dukungan marjin," kata dia dalam risetnya, Selasa (20/5/2014).
Hal ini sejalan dengan prospek industri farmasi tahun ini, yang diperkirakan makin membaik dibanding 2013. Tahun lalu, dia menilai, bukan tahun yang kuat karena kondisi ekonomi global tidak menentu akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Kendati demikian, industri farmasi mengalami pertumbuhan signifikan, dengan market moving annual total (MAT) kuartal III/2013 meningkat 13,7 persen dan obat generik naik 17 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, kinerja INAF pada tahun lalu kurang menggembirakan. Pasalnya, meski penjualan naik 16%, namun tidak mencapai target awal karena terbebani depresiasi rupiah dan meningkatnya upah minimum serta harga bahan bakar minyak (BBM).
Selain itu, renovasi pabrik yang dimulai awal tahun lalu dan baru rampung pada akhir semester I/2013 mempengaruhi kinerja perusahaan, sehingga perseroan membukukan rugi Rp54,22 miliar sepanjang tahun lalu.
"Namun, kami berpandangan bahwa INAF dapat mengganti kerugian di tahun ini lantaran berencana meningkatkan fasilitas dan akan menuai keuntungan dari renovasi tahun lalu," ujar dia.
Dia memperkirakan, perseroan bisa membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 7 persen menjadi 1,43 triliun pada tahun ini dibanding tahun lalu senilai Rp1,34 triliun. Tahun ini, INAF diproyeksi bisa mencatat laba bersih Rp26 miliar. Kinerja positif tersebut didukung kapasitas dan rata-rata harga jual yang lebih tinggi.
Sementara harga saham perseroan untuk 12 bulan diprediksi berada dalam kisaran Rp237-310 per lembar. Sore ini, harga saham INAF berada di level Rp180 per lembar atau turun 2 poin dibanding penutupan hari kemarin di level Rp182 per lembar.
(rna)