BI: Jalan-jalan ke Luar Negeri Bebani Neraca Pembayaran
A
A
A
BANDUNG - Bagi yang hobi pelesiran ke luar negeri atau perjalanan dinas tidak penting, sebaiknya berpikir panjang. Terungkap biaya jalan-jalan ke luar negeri memberatkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Dalam hitungan statistik, perjalanan ke luar negeri akan dicatat dalam NPI sebagai uang keluar alias outflow.
Hal ini diungkapkan Asisten Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia (BI), Bayu Dwi Atmanto dalam kegiatan pelatihan wartawan BI di Holiday Inn Bandung, Jawa Barat. "Jalan-jalan ke luar negeri itu dihitung outflow. Ikut membebani NPI," ucapnya, Minggu (25/5/2014).
Selain itu, lanjut Bayu, masyarakat yang jalan-jalan menggunakan maskapai asing akan menambah beban NPI. "Beda dengan perjalanan ke luar negeri memakai maskapai domestik. Kalau pakai maskapai asing dianggap outflow, karena dianggap bukan penduduk. Tapi, kalau jalan-jalan ke Tokyo pakai maskapai seperti Garuda, itu enggak dihitung outflow," jelasnya.
Berdasarkan informasi, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I (Q1) 2014 surplus sebesar USD2,1 miliar atau sekitar Rp24,38 triliun. Hal ini dipengaruhi defisit transaksi berjalan yang turun dari USD4,3 miliar atau 2,12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada Q4 2013, menjadi USD4,2 miliar atau 2,06 persen dari PDB pada Q1 2014.
Di sisi lain, penurunan defisit neraca jasa juga mengalami penurunan yang disebabkan berkurangnya pengeluaran jasa transportasi. Hal ini seiring turunnya impor barang, dan pengeluaran jasa travel, mengikuti penurunan jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pasca-berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun.
Sementara surplus transaksi modal dan finansial pada Q1 2014 tercatat USD7,8 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Q4 2013 sebesar USD8,8 miliar. Ini dipengaruhi penempatan simpanan swasta di luar negeri seiring derasnya aliran masuk investasi portofolio.
Hal ini diungkapkan Asisten Direktur Departemen Statistik Bank Indonesia (BI), Bayu Dwi Atmanto dalam kegiatan pelatihan wartawan BI di Holiday Inn Bandung, Jawa Barat. "Jalan-jalan ke luar negeri itu dihitung outflow. Ikut membebani NPI," ucapnya, Minggu (25/5/2014).
Selain itu, lanjut Bayu, masyarakat yang jalan-jalan menggunakan maskapai asing akan menambah beban NPI. "Beda dengan perjalanan ke luar negeri memakai maskapai domestik. Kalau pakai maskapai asing dianggap outflow, karena dianggap bukan penduduk. Tapi, kalau jalan-jalan ke Tokyo pakai maskapai seperti Garuda, itu enggak dihitung outflow," jelasnya.
Berdasarkan informasi, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I (Q1) 2014 surplus sebesar USD2,1 miliar atau sekitar Rp24,38 triliun. Hal ini dipengaruhi defisit transaksi berjalan yang turun dari USD4,3 miliar atau 2,12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada Q4 2013, menjadi USD4,2 miliar atau 2,06 persen dari PDB pada Q1 2014.
Di sisi lain, penurunan defisit neraca jasa juga mengalami penurunan yang disebabkan berkurangnya pengeluaran jasa transportasi. Hal ini seiring turunnya impor barang, dan pengeluaran jasa travel, mengikuti penurunan jumlah penduduk Indonesia yang bepergian ke luar negeri pasca-berakhirnya musim haji dan masa liburan akhir tahun.
Sementara surplus transaksi modal dan finansial pada Q1 2014 tercatat USD7,8 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Q4 2013 sebesar USD8,8 miliar. Ini dipengaruhi penempatan simpanan swasta di luar negeri seiring derasnya aliran masuk investasi portofolio.
(dmd)