OJK Siap Ciptakan Kondisi Pasar Ideal
A
A
A
JAKARTA - Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sarjito mengemukakan, pihaknya akan mengupayakan kondisi pasar ideal sehingga perusahaan tertarik menerbitkan obligasi.
Menurutnya, prioritas OJK adalah menyederhanakan proses penawaran umum yang sekarang ini mewajibkan emiten menyampaikan kembali dokumen registrasi setiap kali menerbitkan obligasi.
"OJK juga akan menerapkan skema shelf registration untuk penerbitan efek. Dengan skema tersebut, emiten cukup menyampaikan surat pendaftaran satu kali untuk beberapa kali emisi dalam jangka waktu tertentu," ujarnya di Jakarta, Minggu (25/5/2014).
Sarjito menuturkan OJK telah menetapkan SMO-PMO proyek pasar obligasi pada 2014 hingga 2016, yang melibatkan lembaga lain, seperti Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Direktorat Jenderal Pajak, Badan Kebijakan Fiskal, Badan Regulasi Mandiri atau SRO (self-regulatory organization) dan Penilai Harga Efek Indonesia atau IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency).
Menurutnya, di bawah proyek tersebut akan dijalankan lima program pokok, di antaranya pengembangan platform perdagangan elektronik, harmonisasi peraturan, pengawasan dan kebijakan perpajakan.
"Selain itu, perjanjian Global Master Repo Agreement (GMRA) yang berlaku di seluruh dunia juga akan diterapkan di Indonesia. OJK telah membentuk tim khusus untuk mempersiapkan GMRA Indonesia Annexes, dan ketentuan yang tercakup dalam aneks ini dapat mengakomodasi semua produk efek selain obligasi pemerintah. OJK juga akan menetapkan regulasi mandiri dengan merujuk kepada GMRA Indonesia Annexes," jelasnya.
Sementara itu, Country Head PT CIMB Securities Indonesia, Harry Supoyo mengatakan, bahwa pasar obligasi di Indonesia akan berkembang pesat karena ditunjang kuatnya likuiditas dalam negeri maupun kesinambungan permintaan dari lembaga pendanaan dalam negeri dan regional.
"Tingginya permintaan dari investor membuat kami yakin bahwa perusahaan di Indonesia akan menerbitkan lebih banyak obligasi rupiah tahun ini. Mereka pun bisa menarik masuk dana dari pasar obligasi dengan mata uang setempat di negara-negara ASEAN, dengan dukungan kuat active cross-currency interest rate swap market di kawasan ini," tambahnya.
Menurutnya, prioritas OJK adalah menyederhanakan proses penawaran umum yang sekarang ini mewajibkan emiten menyampaikan kembali dokumen registrasi setiap kali menerbitkan obligasi.
"OJK juga akan menerapkan skema shelf registration untuk penerbitan efek. Dengan skema tersebut, emiten cukup menyampaikan surat pendaftaran satu kali untuk beberapa kali emisi dalam jangka waktu tertentu," ujarnya di Jakarta, Minggu (25/5/2014).
Sarjito menuturkan OJK telah menetapkan SMO-PMO proyek pasar obligasi pada 2014 hingga 2016, yang melibatkan lembaga lain, seperti Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Direktorat Jenderal Pajak, Badan Kebijakan Fiskal, Badan Regulasi Mandiri atau SRO (self-regulatory organization) dan Penilai Harga Efek Indonesia atau IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency).
Menurutnya, di bawah proyek tersebut akan dijalankan lima program pokok, di antaranya pengembangan platform perdagangan elektronik, harmonisasi peraturan, pengawasan dan kebijakan perpajakan.
"Selain itu, perjanjian Global Master Repo Agreement (GMRA) yang berlaku di seluruh dunia juga akan diterapkan di Indonesia. OJK telah membentuk tim khusus untuk mempersiapkan GMRA Indonesia Annexes, dan ketentuan yang tercakup dalam aneks ini dapat mengakomodasi semua produk efek selain obligasi pemerintah. OJK juga akan menetapkan regulasi mandiri dengan merujuk kepada GMRA Indonesia Annexes," jelasnya.
Sementara itu, Country Head PT CIMB Securities Indonesia, Harry Supoyo mengatakan, bahwa pasar obligasi di Indonesia akan berkembang pesat karena ditunjang kuatnya likuiditas dalam negeri maupun kesinambungan permintaan dari lembaga pendanaan dalam negeri dan regional.
"Tingginya permintaan dari investor membuat kami yakin bahwa perusahaan di Indonesia akan menerbitkan lebih banyak obligasi rupiah tahun ini. Mereka pun bisa menarik masuk dana dari pasar obligasi dengan mata uang setempat di negara-negara ASEAN, dengan dukungan kuat active cross-currency interest rate swap market di kawasan ini," tambahnya.
(dmd)